SURABAYA, beritalima.com | Dari 19 Kabupaten/Kota di Jatim yang akan menggelar Pilkada serentak, Pilwali Kota Surabaya paling menarik perhatian banyak pihak. Hampir semua partai politik juga memberikan perhatian khusus untuk mencari pengganti Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang sudah dua periode.
Hingga saat ini, yang hampir dipastikan maju sebagai Calon Walikota Surabaya, adalah Mantan Kapolda Jawa Timur, Machfud Arifin. Bahkan, Machfud sudah mendapatkan dukungan dari delapan Partai Politik yang memiliki kursi di DPRD Kota Surabaya. Kedelapan Partai tersebut PKB, PPP, Partai Nasdem, Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, Partai Gerindra, dan terakhir PKS.
Praktis, tinggal PDIP dan PSI yang belum menentukan arah dan dukungan pada gelaran Pilwali Surabaya 2020. Tetapi, santer kabar dari PDIP, Wisnu Sakti Buana yang saat ini menjabat sebagai Wakil Walikota Surabaya akan diusung melawan Machfud Arifin. Kabar itu semakin kuat, saat Armuji, tokoh senior PDIP yang juga Bakal Calon Walikota dari PDIP menyatakan mundur dari pencalonan. Hal itu, menambah besar peluang Wisnu untuk diusung oleh Partai yang dipimpin Megawati Soekarno Puteri.
Terkait dinamika tersebut pengamat politik dari Akurate Research & Consulting Indonesia (ARC Indonesia), Baihaki Siraj menjelaskan bila Pilwali Surabaya ini sangat menarik untuk dianalisa. ” Pilwali Surabaya ini unik, ditambah diinternal PDIP, semenjak mundurnya Armuji dari pencalonan, maka peluang Wisnu untuk diusung PDIP semakin besar,” tukas Baihaki saat dikonfirmasi. Kamis (09/07/2020).
Akan tetapi, kata Baihaki, bila PDIP benar-benar mengusung Wisnu sebagi Bakal Calon Walikota Surabaya, itu bukanlah perkara mudah melawan Machfud Arifin yang hingga saat ini mendapat dukungan dari mayoritas Partai Politik yang ada di Kota Surabaya. ” Pak Machfud lebih siap dari segi mesin politik, minimal lebih mudah menggerakkan struktur Partai Pendukung, dan itu kalau benar benar solid dan jalan pasti akan sangat membantu dalam meraup suara,” tandas Baihaki.
Itulah, yang menyebabkan, PDIP harus berhitung selektif dan cermat dalam menentukan Calon Wakil Walikota Surabaya bila mengusung Wisnu. Menurut Baihaki, kalau mau ideal dan bisa mendongkrak suara Wisnu, maka idealnya menggandeng toko perempuan sebagai wakilnya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, bila berkaca pada jumlah pemilih perempuan di Pileg dan Pilpres tahun 2019 itu sangat besar. Berdasar DPT Pileg dan Pilprss 2019 di Kota Surabaya sebanyak 2.034.889 pemilih. Dengan rincian laki-laki 995.005 pemilih dan perempuan 1.039.884 pemilih. ” Bila di persentasekan, laki- laki 49% dan pemilih
perempuan 51 %,” urainya.
Artinya potensi jumlah pemilih permpuan itu sangat besar. Dan biasanya tipe pemilih perempuan itu akan lebih mudah menerima pada calon yang sesama perempuan. ” Apalagi misalnya dalam Pilwali Surabaya calon yang perempuan hanya satu orang, itu potensi dipilihnya oleh sesama pemilih perempuan lebih besar,” ungkap Baihaki.
Paling tidak, kata Baihaki, calon dari unsur perempuan mencari dukungan dari pemilih perempuan diatas 50% pemilih perempuan itu hal yang lebih mudah dan realistis. ” Kalau baca itu, ya tokoh perempuan paling ideal digandeng Wisnu,” jelasnya.
Saat disinggung tokoh-tokoh perempuan yang layak untuk mendampingi Wisnu. Baihakai, menuturkan bahwa bila melihat pergerakan tokoh perempuan di Pilwali Surabaya ini, ada banyak, Lia Istifhama (Ning Lia), Siti Anggraenie Hapsari atau yang kerap disapa SAH, Dyah Katarina (Istri Bambang DH), dan Dwi Astutik (Muslimat NU).
Terkait peluangnya, kalau SAH itu jelas dia dari Demokrat, bahkan juga mendaftar sebagai calon ke Partai Demokrat, sedang Demokrat mendukung Machfud Arifin, sehingga sulit untuk bisa berpasangan. Bila Dyah Katarina, itu sesama kader PDIP, sehingga dari basis massa yang sama.
” Nah, Ning Lia ini kalau dalam analisa kami lebih ideal, beberapa survei kami juga popularitas dan elektabilitanya bagus, bahkan hingga saat ini relawannya jalan terus, sengga lebih memungkinkan untuk mendongkrak suara. Wisnu-Lia ini ideal,” pungkas Baihaki. (rr)