Ganjar Bukan Segalanya Buat PDIP, Jamil: Lebih Baik Bantu Puan Tingkatkan Elektabilitas

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang mempunyai elektabilitas tinggi dari berbagai lembaga survei beberapa bulan belakangan ini dinilai banyak pihak termasuk pengamat komunikasi politik, Muhammad Jamiluddin Ritonga menjadi aset PDIP.

Karena itu, kata Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (Fikom IISIP) Jakarta 1996-1999 tersebut ketika bincang-bincang dengan Beritalima.com di Jakarta, Kamis (27/5) siang, PDIP dinilai bakal rugi bila tidak mengusungnya pada Pilpres 2024.

Memang kalau PDIP tidak mencalonkan Ganjar pada pilpres 2024, ungkap pria yang akrab disapa Jamil ini, tentu akan berdampak buat partai ‘Banteng Moncong Putih’ tersebut. “Namun, perkiraan saya dampaknya tidak terlalu besar,” kata Jamil.

Kalau elektabilitas Ganjar masih 20 persen ke bawah, lanjut pengajar Isu dan Krisis Manajemen, Metode Penelitian Komunikasi dan Riset Kehumasan tersebut, peluang Gubernur Jawa Tengah itu menang pada Pilpres mendatang sebenarnya masih kecil. “Itupun dengan catatan, survei dilaksanakan objektif dan menerapkan prosedur survei dengan benar.”

Berbeda halnya kalau elektabilitas Ganjar di atas 30 persen, partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut bakal rugi besar bila tidak mengusungnya. Sebab, dengan elektabilitas setinggi itu peluangnya menang cukup besar.

“Jadi, dengan elektabilitas Ganjar saat ini, kiranya tidak terlalu beresiko bagi PDIP bila tidak mengusungnya. Apalagi di PDIP cukup banyak kader yang mumpuni yang elektabilitasnya masih bisa ditingkatkan. Waktu masih cukup buat PDIP untuk mempersiapkan kadernya menuju pilpres 2024,” jelas Jamil.

Apalagi, lanjut dia, PDIP mempunyai kader militan yang siap bergerak meningkatkan kandidat yang direstui Megawati. Para kader PDIP tersebut dapat bergerak baik di darat maupun di dunia maya.

Ganjar, ungkap Jamil, bisa saja mencari partai lain untuk mengusungnya pada pilpres 2024. Namun, kalau elektabilitasnya masih tetap seperti saat ini, tentu dia harus bersaing dengan calon lain yang punya elektabilitas relatif sama.

Ganjar akan bersaing dengan Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Salahudin Uno, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar. Mereka juga berupaya mendapat kepercayaan dari partai lain untuk diusung pada pilprea 2024.

Jadi, papar penulis buku ‘Perang Bush Memburu Osama’ yang sempat naik cetak ulang itu, memang tidak mudah buat Ganjar untuk pindah partai demi ambisinya ikut pilpres 2024. Apalagi dilihat dari daftar kekayaannya, amunisi Ganjar untuk maju Pilpres tampaknya sangat terbatas.

Dengan elektabilitas tidak luar biasa dan amunisi terbatas, kata bapak dua putra tersebut, tentu partai politik akan berpikir untuk mengusungnya. “Mana ada partai politik yang mau berkorban mengeluarkan materi untuk mengusung seseorang yang peluangnya menang tidak besar. Bisa tekor bandar.”

Karena itu, sangat riskan buat Ganjar meninggalkan partai yang telah melambungkan namanya hanya untuk mewujudkan ambisi maju pada Pilpres 2024.

“Lebih baik Ganjar membantu meningkatkan elektabilitas Puan Maharani. Anggap saja sebagai balas budi atas bantuan Puan mengantarkan dia dua periode menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait