Kabupaten Malang, beritalima.com | Ratusan masyarakat dan suporter Aremania berbondong-bondong mendatangi Stadion Kanjuruhan untuk melakukan tabur bunga dan doa bersama di depan pintu masuk gate 13.
Meski harus tertahan sekitar satu jam lebih, karena ada tinjauan Presiden Joko Widodo ke Stadion Kanjuruhan, Kepanjen Kabupaten Malang Jawa Timur warga masyarakat dan suporter Aremania tetap memilih untuk melakukan tabur bunga Rabu.
Gate 13 merupakan salah satu pintu gerbang menuju tribun yang tertutup saat Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu, dan banyak korban bergelimpangan.
Salah satu Pedagang di Ruko Kanjuruhan, Awang mengatakan, paska tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu, banyak masyarakat yang berduyun-duyung mendatangi Stadion Kanjuruhan.
“Sejak awal tragedi di stadion Kanjuruhan sampai sekarang itu masyarakat terus berdatangan untuk tabur bunga di bawah monumen singa tegar jawara,” katanya, saat ditemui awak media, Rabu (5/10/2022).
Selain itu, lanjut Awang, masyarakat dan suporter Aremania juga mendatangi gate 13 untuk melakukan tabur bunga yang dilanjutkan dengan pembacaan doa.
“Setiap hari banyak berdatangan untuk tabur bunga dan kirim doa di depan pintu gate 13. Rencannaya doa bersama dan tahlil itu dilaksanakan sampai 7 hari,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu supporter yang turut hadir dalam doa bersama, Dirham (17) mengatakan, bahwa salah satu rekannya turut menjadi korban di antara 131 korban meninggal dunia dalam peristiwa memilukan itu.
“Saya bersama teman-teman datang kesini, ada satu teman yang meninggal. Ini kami doa bersama untuk dia, dan semua korban yang meninggal dalam peristiwa itu,” katanya.
Dirham menceritakan kejadian yang dialaminya, saat itu tidak disangka bahwa aparat keamanan akan menembakan gas air mata ke arah tribun gate 13.
“Saya tidak mengira kalau mau menembak ke atas (ke arah tribun). Saya kira mau nembak (gas air mata) ke bawah (area sentel ban). Ya akhirnya sama teman-teman berpencar (menyelamatkan diri),” jelasnya.
Dirham menjelaskan, sebenarnya suporter yang turun ke lapangan saat itu sebenarnya ingin memeluk pemain, dan bertanya kenapa tim kebanggaannya bisa kalah.
“Saya pikir saat itu enggak rusuh, supporter ini ingin memeluk pemain. Mungkin aparatnya salah sangka,” tegasnya.
Dirham berharap, agar peristiwa itu dapat diusut tuntas, dan kedepannya aparat keamanan bisa lebih berperikemanusiaan. Hal tersebut merujuk pada video yang beredar di media sosial, yang memperlihatkan seorang aparat menendang supporter yang sedang berjalan.
“Terus memiliki kemanusiaan lah sedikit, kan ada di video (beredar) yang jalan biasa terus ditendang, dipukul itu seperti gak ada harga dirinya. Di tribun kondusif kenapa ditembak gas air mata, di tribun gak ada yang ricuh, tau tau ditembakin,” tukasnya.
Redaksi.