SURABAYA, beritalima.com | Kemunculan kelompok remaja yang membawa senjata tajam (sajam) kini sudah tidak bermunculan di Kota Surabaya. Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak dibawah umur atau 17 tahun kebawah yang sedang menunjukkan eksistensinya dengan memicu persaingan antar kelompok remaja lain.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, dalam persaingan tersebut, para remaja saling mempertontonkan sajam yang mereka miliki untuk saling menakut-menakuti. Beruntungnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama TNI/Polri, serta seluruh elemen masyarakat langsung bertindak cepat dengan melakukan patroli gabungan untuk menertibkan kelompok tersebut.
“Anak-anak yang dibawah 17 tahun kebawah yang paling banyak. Juga ada (pelajar) SMK begitu 17-18 tahun, itu dia mencari eksistensi dirinya dengan menunjukkan senjata tajam. Tapi dengan operasi besar-besaran, saya matur nuwun (terima kasih) kepada seluruh warga Surabaya, Alhamdulilah warga sudah menjaga Kota Surabaya. Setiap perkampungan dijaga, setiap wilayahnya dijaga, ayo dijaga terus Kota Surabaya ini agar tetap aman dan nyaman,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Jumat (9/12/2022).
Dengan gotong-royong pelaksanaan patroli penertiban kelompok remaja bersajam inilah, kelompok tersebut mulai tak bermunculan di malam hari. Para remaja yang terjaring tersebut akan dilakukan pendataan untuk didaftarkan dalam Sekolah Wawasan Kebangsaan yang akan dimulai pada awal Januari 2023 mendatang. Disana, para remaja akan diberikan materi pendidikan kebangsaan oleh TNI/Polri, serta diberikan penguatan pada pendidikan keagamaan.
“Anak-anak yang biasanya keliling membawa senjata tajam sudah tidak tampak lagi di Surabaya. Untuk anak-anak yang sudah terjaring oleh Pak Kapolrestabes (Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan) akan didata, siapa yang terjaring. Pak Kapolrestabes dan Pak Kapolres Tanjung Perak (AKBP Anton Elfrino Trisanto) sangat luar biasa,” ujar dia.
“Cyber crime mereka tahu bahwa ada akun-akun yang namanya palsu tapi dia tahu siapa yang sebenarnya. Jumlah anggotanya berapa dan didatangi semua oleh Pak Kapolrestabes maupun Kapolres Tanjuk Perak,” imbuh dia.
Para remaja yang menggunakan akun-akun palsu dan terlibat dalam ajakan kelompok remaja bersajam itu langsung dikunjungi untuk dilakukan pendataan. Selain itu, mereka juga diajak berbincang mengenai alasan mengapa ikut dalam kelompok-kelompok tersebut. Sebab, Wali Kota Eri Cahyadi mengaku bahwa faktor utama para remaja mengikuti kelompok tersebut adalah kurangnya kasih sayang dari orang tua.
“Karena rata-rata orang tuanya tidak pernah perhatian kepada putra putrinya. Jadi, lek moleh bengi gak tau ditakoni teko ndi (pulang malam tidak pernah ditanyakan dari mana), terus kadang-kadang karena kehidupan faktor ekonominya,” ungkap dia.
Karenanya, melalui Sekolah Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan itu, para remaja akan dibagi dalam setiap gelombang. Pada kegiatan pembelajaran pagi hari, para remaja akan ditumbuhkan rasa cinta kebangsaan melalui pendidikan militer. Sedangkan pada pembelajaran malam hari, para remaja itu akan mendapat pendidikan keagamaan.
“Satu gelombang mungkin 100, kita akan koordinasi dengan TNI/Polri. Saya menghimbau kepada orang tua yang ada di kota Surabaya tolong putra putrinya diberikan penguatan karakter untuk membentuk akhlakul karimah, dibentuk rasa kebangsaan dan rasa guyub untuk saling tolong menolong,” pungkasnya. (*)