SIDOARJO, beritalima.com | Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (Ipemi) Jawa Timur, merayakan ulang tahun ke-4, di hotel Sofia.
Kegiatan dengan tema “Funtastic Four Celebration” ini, dijadikan ajang silaturahim antar pengusaha muslimah Indonesia dan memberikan penghargaan kepada empat tokoh.
“Acara ini juga untuk memberikan penghargaan kepada empat tokoh inspiratif. Ya ibu Fatma Syaifullah Yusuf, ibu Arumi Emil Dardak, ibu Deny dan ibu Ika. Mereka dari awal berdiri hingga saat ini mensupport kegiatan Ipemi. Kita juga memberikan bimbingan kepada bunda Ipemi Jatim, khususnya orang tua tunggal yang berkegiatan di bidang usaha demi mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, anak-anak maupun keluarganya,” kata ketua Ipemi Jatim, Miming Merina S.sos.SH.MM.
Menurutnya lagi, pihaknya bangga atas prestasi Ipemi Jatim yang berprestasi dengan menyabet juara empat kali berturut-turut terbaik secara nasional maupun internasional.
“Juga bu Fatma yang mendapatkan penghargaan sebagai pembina Ipemi terbaik seluruh Indonesia. Dari berbagai prestasi tersebut, kami mengharapkan Ipemi dapat berkembang di 38 kabupaten/kota di Jatim dan dukungan dari instansi pemerintah maupun swasta terhadap kegiatan Ipemi. Diantaranya dapat mencetak seribu pengusaha muslimah baru setiap tahunnya. Kami mengharapkan anggota startup dapat bergerak menjadi menengah dan yang menengah menuju yang mandiri. Semoga keluarga Ipemi dapat mandiri dalam berbisnis,” tuturnya.
Bambang Haryo, sebagai keynote speaker dalam acara ini mengkritisi birokrasi dalam pengurusan ijin usaha makanan minuman yang harus memiliki ijin sertifikasi pirt waktu pengurusan sebulan dan pengurusan sertifikasi halal hampir setahun dari MUI dan pakaian harus memiliki sertifikasi SNI perlu waktu tiga bulan untuk pengurusan yang prosesnya tak sesuai program Presiden Jokowi yang hanya tiga jam perijinan langsung jadi.
Hal lain yang menjadi kritikan disampaikan Hj Rahmawati, ketua DPD Iwapi Jatim, yang menyampaikan permasalahan dialami para pengusaha muslimah. Diantaranya kesulitan mendapatkan dana kredit usaha rakyat (KUR) di Jatim. Juga sarana buka lapak di Jatim sulit karena tak ada sosialisasi dari dinas terkait serta sertifikasi halal untuk makanan, minuman serta pakaian berlabel SNI, dianggap menghambat perkembangan Ipemi.
“Saya melihat perbankan tidak peduli terhadap kita (pengusaha UKM). Padahal resiko KUR UMKM hanya 0,001 persen, sedangkan KUR pengusaha infrastruktur sekitar 3-9 persen. Ini membuktikan ibu-ibu UMK jauh lebih hebat. UMKM penumbuh ekonomi seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kredit usaha UMKM aktif di Jatim sebesar 57 persen. Mestinya perbankan lebih memperhatikan UMKM. Nanti saya akan datangkan dirut bank Mandiri dan BRI ke Jatim untuk bertemu dengan para ibu pengusaha muslimah,” kata Bambang Haryo.
Sementara itu permasalahan buka lapak online, tak hanya sebagai tempat berjualan tapi juga menjadi tempat berproduksi sekaligus menjadi tempat pemasaran produk. Sehingga tak lagi usaha di rumah. Apalagi dihubungkan dengan tari remo, ludruk, usaha ini akan laku keras dan dikenal masyarakat lokal maupun mancanegara. [red]