JAKARTA, Beritalima.com– Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menyoroti nasib Tim Bulutangkis Indonesia yang terpaksa mundur dari All England 2021. Ada indikasi perlakuan tidak adil dari panitia Badmintan World Federation (BWF).
“Partai Gelora prihatin atas kejadian yang menimpa kontingen Indonesia dalam ajang All England 2021, tetapi kami tetap bangga. Event ini tidak lengkap dan kurang gegap gempita tanpa kehadiran atlet-atlet dari Indonesia,” kata Ketua bidang Gaya Hidup, Hobi dan Olahraga (Gahora) Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Gelora Indonesia, Kumalasari Kartini, Sabtu (20/3).
Seperti diketahui, seluruh wakil Indonesia yang siap bertanding pada babak penyisihan partai utama terpaksa mundur karena satu pesawat dengan penumpang yang terbukti positif setelah tes Covid-19. Namun, tunggal putri Turki, Neslihan Yigit tetap bisa bermain meski berada di pesawat yang sama dengan Indonesia. Baru setelah diprotes Indonesia, Neslihan Yigit dipaksa mundur juga.
Selain itu, ada juga tujuh kasus positif dari India, Thailand dan Denmark. Tak seperti Indonesia, tiga negara itu tetap bisa ambil bagian. “Sepertinya memang ada upaya penjegalan kepada atlet-atlet Tim Bulutangkis Indonesia. Kuat dugaan, Indonesia sengaja dikalahkan, Indonesia tim terkuat,” kata dia. ujar Mala, sapaan akrab
Menurut Mala, demikian Kumalasari akrab disapa, penerapan aturan baru oleh BWF terkait masa pandemi Covid-19 dalam ajang All England 2021 itu memang tak bisa dielakkan. Namun, penerapan aturan ini harus dilakukan secara obyektif, bukan subyektif.
Karena itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olahraga Indonesia (KOI) dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) diharapkan menyelidiki secara tuntas insiden ini. “Segera ambil langkah, apabila memang terjadi kesengajaan dan ketidakadilan pada kontingen Indonesia,” kata dia.
Jika dalam penyelidikan ditemukan indikasi kesengajaan Tim Bulutangkis Indonesia, lanjut Mala, PBSI bisa melayangkan nota protes secara resmi kepada BWF selaku asosiasi dunia yang menaungi olahraga bulutangkis.
“Kementerian Luar Negeri bisa memanggil Dubes Inggris di Indonesia untuk melakukan protes dan tindakan lebih lanjut. Tapi selidiki dulu, kalau memang ada kesengajaan, baru panggil Dubes Inggris,” kata Mala.
Menpora, Zainuddin Amail menyatakan, Kemenpora sudah menjalin komunikasi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Inggris. Amali juga berharap PBSI aktif mempertanyakan keputusan panitia All England 2021 ke BWF.
Amali tak rela Indonesia dipaksa mundur karena ada alasan lain yang tak diungkapkan. Apalagi, Indonesia adalah salah satu tim kuat di kejuaraan All England.
“Muncul kabar karena memang indonesia ini dikenal senagai negara yang punya kekuatan cabor bulutangkis. Kemudian ada cara yang tidak fair ke tim kita. Kami sedang menunggu itu,” kata Amali dalam keterangannya, Kamis (18/3).
Ada enam wakil Indonesia yang bertanding di hari pertama, Rabu (17/3/2021). Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menjadi wakil Indonesia pertama yang tampil. Ganda putra Merah-Putih ini berhasil mengalahkan Matthew Clare/Ethan Van Leeuwen dari Inggris dengan skor 21-12, 19-21, 21-9.
Di sektor tunggal putra Indonesia ada Jonatan Christie. Dia berhasil ke babak kedua usai menyingkirkan tunggal putra Thailand, Kunlavut Vitidsarn, dengan skor 21-13, 24-22.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga lolos ke babak kedua. Dia mengatasi perlawanan sengit Ben Lane/Sean Vendy dari Inggris lewat rubber game 21-18, 19-21, 21-19.
Seharusnya masih ada tiga wakil Indonesia yang bertanding di hari yang sama pada ajang All England 2021, yaitu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Godwin Olofua/Anuoluwapo Juwon Opeyori, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti vs Dhruv Kapila/Jakkampudi Meghana, dan Anthony Sinisuka Ginting vs Thomas Rouxel. Tapi Fajar/Rian, Praveen/Melati, dan Ginting gagal tampil karena dinyatakan kalah Walk Out (WO). (akhir)