JAKARTA, Beritalima.com– Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengusulkan konsep ‘Geloranomics’ sebagai narasi peta jalan dalam mengatasi krisisi berlarut saat ini.
Fokus konsep Geloranomics ini adalah mengusung keadilan lingkungan dan sosial dengan dua tema besar, yakni bumi dan manusia.
“Yang saya maksud Geloranomics ini ada dua tema besar yang kita perjuangkan, bumi dan manusia,” ungkap Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Gelora Indonesia, Muhammad Anis Matte dalam diskusi Kopi Gelora di Media Centre Gelora Jalan Taman Patra Kuningan, Jakarta Selatan, pekan ini.
Hadir dalam dikusi itu, pengamat politik dan filsafat Rocky Gerung selaku bintang tamu.
Diskusi ini juga diikuti secara virtual lebih 800 orang yang berasal dari jajaran fungsionaris DPN, MPN, MP, DPW, DPN dan DPC patai Gelora Indonesia.
Menurut Anis, bumi dan manusia pada dasarnya saling mengikat satu sama lain. Maknanya, pertumbuhan atau kesejahteraan.
Pertumbuhan ini menimbulkan persoalan dengan, adanya keadilan lingkungan dan sosial. Saat ini, lingkungan mengalami kerusakan parah akibat dar eksploitasi berlebihan yang dilakukan manusia, tanpa melibatkan ahli lingkungan.
Sementara distribusi pertumbuhan dari eksploitasi itu, hanya dinikmati segelitir orang dan tidak membawa dampak pada kesejahteraan bersama, sehingga terjadi kesenjangan antara si kaya dan miskin.
“Jadi, outputnya harus ada pertemuan yang seimbang antara bumi dan manusia. Pertama bumi adalah rumah kita, sehingga harus dirawat dan jaga. Kedua, pemberdayaan masyarakat,” ujar politisi senior tersebut.
Wakil Ketua DPR RI 2009-2014 Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) ini menegaskan, kemakmuran kolektif bisa tercapai asal kedua unsur pertumbuhan tersebut terpenuhi.
Partai Gelora, kata Anis, mengusulkan satu tema besar lagi dalam konsep ‘Geloranomics’, yakni kesejahteran sebagai sumber kemakmuran.
“Hal itu tercapai jika sumber pengetahuan dan teknologi digabungkan dalam hal menciptakan pertumbuhan. Pada waktu yang sama menjaga keselamatan bumi dan di lain waktu memberi ruang secara politik bagi seluruh masyarakat itu menjadi sejahtera bersama.”
Kemakmuran kolektif, lanjut Anis, bisa menjadi komponen utama dalam mensejahterahkan umat manusia dan proposal Indonesia untuk dunia, asalkan bisa menyatukan agama, demokrasi dan kebebasan.
“AS yang kapitalis sudah mulai mengarah kepada sosialis, sedangkan China yang sosialis mengarah ke kapitalis. Rusia meski kuat secara militer, tapi kelemahannya tidak punya proposal untuk ekonomi dunia. Dan Indonesia punya peluang dan bisa mengajukan proposal itu.”
Pengamat politik dan filsafat, Rocky Gerung menilai, pokok pikiran Anis tentang ‘Geloranomics’ dan Arah Baru Indonesia bisa menjadi Garis Besar Haluan Negara (GBHN), karena cara pandangnya jauh ke depan mengikuti perubahan-perubahan yang ada.
“Jadi, kalau nanti misalnya ada Sidang Istimewa, ini bisa jadi GBHN dan Anis bisa menerangkannya di MPR. Kenapa Covid-19 ada? Karena paru-paru bumi dirampas manusia dan pindah ke paru-paru manusia. Itu sudah sunnatulah, hukum sebab akibat. Agama sudah perintahkan berpikir itu berdoa untuk masa depan, baca-baca-bacalah, bukan kerja-kerja-kerja,” kata Rocky.
Rocky sepakat dengan cara berpikir Anis dalam memandang masa depan dunia dan Indonesia. Pikiran seperti itu tidak dimiliki partai lain maupun para ketua umumnya.
Mereka hanya berpikir bagaimana mengamankan kursi di parlemen dan mendapatkan kekuasaan.
“Itu bagian dari merawat ulang Indonesia dan ini menumbuhkan harapan baru buat masyarakat. Gelora punya pikiran alternatif, apa yang disebut menerobos kebekuan oleh Anis Matta,” kata dia.
Pakar filsafat lulusan Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarsa ini menegaskan, banyak pihak salah paham menilai sosok seorang Anis.
“Anis kan dulu dikenal sebagai ‘kanan’, ‘radikal’, segala macam.
“Begitu bikin partai, akhirnya orang melihat, lho kok jadi lain. Orang jadi kaget. Padahal sebetulnya saya kenal dari awal Anis Matta sebagai orang yang pikirannya tajam, selain kepandaian dalam agama dan kepiawaian ceramahnya. Itu yang tidak dilihat orang,” demikian Rocky Gerung. (akhir)