BANYUWANGI,Beritalima.com – Gempa bumi berkekuatan 5,7 Skala Richter mengguncang wilayah Banyuwangi, Kamis (25/9/2025). Pusat gempa berada di kedalaman 12 kilometer, tepatnya di koordinat 7.82 LS – 114.47 BT, di perairan selatan Banyuwangi. Getaran cukup terasa di sejumlah kecamatan, bahkan membuat sejumlah warga berhamburan keluar rumah karena panik.
Salah satu warga Desa Tampo, Tatang, mengaku sempat terkejut dengan guncangan tersebut.
“Lumayan kencang, sampai kursi dan lemari bergetar. Kami semua langsung keluar rumah karena takut ada gempa susulan,” ujarnya.
Meski tidak menimbulkan kerusakan berarti, gempa ini meninggalkan rasa waswas di tengah masyarakat.
Namun bagi sebagian kalangan, peristiwa itu bukan hanya menyisakan kepanikan sesaat. Getaran bumi dianggap simbol bahwa negeri ini sedang berada dalam fase guncangan yang lebih besar, guncangan politik dan moral bangsa. Alam seolah-olah ikut membaca gejolak manusia dan negara.
Ketua Perkumpulan Pendopo Semar Nusantara, Uny Saputra, menilai peristiwa gempa itu bisa dimaknai sebagai peringatan keras.
“Alam kadang berbicara dengan caranya sendiri. Getaran bumi bisa menjadi simbol bahwa negara ini tengah rapuh, diguncang oleh masalah politik, korupsi, dan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemimpin,” tegasnya.
Pernyataan itu terasa relevan ketika publik dihadapkan pada kabar pemeriksaan Abdullah Azwar Anas, mantan Bupati Banyuwangi sekaligus eks Menpan, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Peristiwa ini menambah catatan panjang guncangan politik tanah air.
Getaran bumi dan getaran politik seakan menyatu, menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya diuji oleh alam, tetapi juga oleh perilaku para elitnya.
Menurut Uny Saputra, gempa bumi bisa hilang dalam hitungan detik, namun gempa moral dan politik bisa bertahan lebih lama jika tidak ada kesadaran kolektif untuk memperbaikinya.
“Kalau gempa alam kita bisa membangun kembali rumah yang roboh, tapi kalau moral pemimpin yang roboh, sulit bagi bangsa ini untuk berdiri tegak,” ujarnya.
Bagi Uny, masyarakat harus membaca simbol-simbol alam sebagai peringatan.
Gempa yang terjadi di Banyuwangi bukan hanya getaran tanah, melainkan pengingat bahwa negeri ini membutuhkan pemimpin yang bersih, jujur, dan berpihak pada rakyat. Tanpa itu, guncangan politik dan moral akan lebih mematikan daripada gempa bumi yang dirasakan oleh rakyat di akar rumput.(Rony//B5)






