Genarasi Muda untuk Budaya Betawi Lestari

  • Whatsapp

By: Theodorus Budiarjo Lahama

beritalima.com – Untuk kondisi saat ini, banyak di antara generasi muda yang mulai melupakan kebudayaan. Oleh karena itu, perlu adanya peran anak muda yang bisa merawat dan melestarikan. Menurut Koentjaraningrat pada buku yang berjudul Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan, perlu adanya mentalitas pembangunan budaya dengan pembinaan dan pengasuhan pada generasi baru untuk masa yang akan datang sejak kecil.

Aditya Surya, penggiat seni Betawi dari Sanggar Kembang Kelapa, mengungkapkan awal terjun ke budaya Betawi, dimulai sejak usia masih balita. Ketika itu, pria yang akrab disapa bang Adit menceritakan, ikut kelompok kesenian Betawi dan mengikuti festival lenong. Keikhlasan hati adalah kunci Adit dalam menjalankan sanggar yang diturunkan oleh ayahnya. Adit mengungkapkan, ketika sang ayah mendirikan sanggar lebih berat dibandingkan dirinya, terutama faktor alat komunikasi yang terbatas saat itu. “Kalau sekarang kita enak, zaman sudah modern dan komunikasi mudah, ” ungkap anak bungsu dari dua bersaudara tersebut.

Setelah beberapa tahun berlalu, Adit mendirikan wadah untuk berkumpulnya penggiat budaya Betawi yang bernama Sanggar Kembang Kelapa. Aktifitas yang pada sanggar sangat beragam seperti latihan silat, gambang keromong , palang pintu, dll.

Walaupun banyak yang ia telah perbuat dalam mengiatkan kebudayaan Betawi, Adit mengaku belum mendapat perhatian dari pemerintah dan berharap ada penghargaan terkait kegiatan yang ia telah lakukan untuk budaya Betawi. “Penggiat budaya betawi bukanlah seperti pegawai negeri mendapatkan gaji tetap, semoga kami dapat diperhatikan, dibina, serta didanakan,” ujar Adit

Menurut Haryati Yunanto, penggiat seni serta budaya, menuturkan kegiatan kebudayaan dalam jangka kecil seperti sanggar harus mendapat perhatian, terutama dari pemerintah. Menurutnya, dengan kegiatan seperti Adit lakukan dapat menumbuhkan bibit unggul dalam rangka mengembangkan budaya bangsa. “Perlu adanya perhatian pemerintah, apalagi penggiat seni banyak bibit unggul dari seni budaya yang selama ini saya tanggani itu berasal dari kalangan muda,” tegas Haryati.

Dari semua hal-hal yang saya dapatkan, banyak pelajaran yang bermanfaat. Mengapreasi dan peduli akan budaya menjadi kunci untuk melestarikan budaya. Hati yang saya juga prihatin dan iba melihat pengamen ondel-ondel di jalanan. Tidak tersedia tempat apresiasi budaya seperti di Pusat Kebudayaan Salihara atau Taman Ismail Marzuki yang khusus menyediakan penggiat seni Betawi tampil dan menyalurkan energinya kepada anak muda. Semoga dengan semakin banyak anak muda yang peduli dengan budaya Betawi seperti Adit dapat menggerakan seni & budaya Indonesia menjadi lebih berwarna. Karena kalau bukan kita siapa lagi?!

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *