Palabuhanratu, beritalima.com| – Kawasan Geopark atau Taman Bumi Ciletuh Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, layak dikunjungi karena menyimpan banyak pesona. Karena, di kawasan seluas 126 ribu hektar berada di delapan kecamatan (Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Waluran, Ciracap, dan Suradedan) 74 desa/kelurahan ini, kita bisa berwisata secara lengkap (bahari, budaya, kuliner hingga keartifan lokalnya).
Sendi Permadi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, saat berbicara dalam “Forum Penguatan Tata Kelola Amenitas Dan Aksesibilitas Pariwisata Di Kawasan Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (UGGP)”, diskusi kolaborasi Kementerian Pariwisata dan Pemkab Sukabumi menekankan untuk “meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkualitas dan berkelanjutan melalui pengembangan agroindustri dan pariwisata” di Palabuhanratu baru-baru ini.
Ini artinya, Pemkab Sukabumi melihat begitu banyak potensi di Geopark Ciletuh Palabuhanratu yang bisa dioptimalkan untuk kemajuan daerah dan masyarakatnya. Masuknya Ciletuh Palabuhanratu dalam jaringan geopark internasional (UGGP), menjadikan kawasan ini dikenal luas ke seantero dunia.
Pihak UGGP telah memberikan citra positif secara berkala setiap empat tahun (2018 dan 2022), dan pada 2026 pun akan dilakukan pemuktahiran penilaian yang telah dimulai prosesnya pada 2025. Dua orang tim UGGP pada 30 Juni hingga 4 Juli 2025 akan datang ke Ciletuh Palabuhanratu untuk melakukan penilaiannya.
Namun tantangan membangun serta merawat geopark di Sukabumi ini juga lumayan berat. Salah satunya adalah ancaman bencana alam, seperti yang terjadi longsor pada Desember 2024 dan Maret 2025 sehingga memutus jalur transportasi darat dari Palabuhanratu ke Ciletuh. Kini, proses pemulihan sarana jalan sudah berangsur selesai.
Hal lain, seperti dikatakan Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata, yang diwakili Bambang Cahyo Murdoko, Asisten Deputi Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas Pariwisata Wilayah I, “tantangan ke depan bukan hanya tentang memenuhi rekomendasi UNESCO, tapi bagaimana kita membangun model destinasi yang tangguh, berkelanjutan, dan inklusif.”
Karena, sambung Bambang, yang terpenting adalah juga untuk kemajuan kawasan dan kesejahteraan masyarakat Sukabumi secara berkelanjutan.” Keikutsertaan masyarakat setempat mutlak dibutuhkan, karena mereka lah yang setiap hari berada di geopark ini, Jadi, masyarakat pun harus memahami bagaimana menjaga geoparknya agar tetap lestari, aman dan nyaman dikunjungi oleh siapapun (wusatawan) yang datang.
Untuk amenitas (sarana penginapan), di Palabuhanratu telah ada banyak hotel O(salah satunya hotel legenda Samudera Beach yang telah berdiri sejak 1966), homestay serta vila. Di puncak Ciletuh, telah ada Hotel Laska (bintang empat). Sedangkan di dekatnya pantai Ciletuh, telah banyak vila dan homestay.
Untuk atraksi wisata? Nah ini yang perlu diperbanyak dan disosialisasikan lebih luas dan jauh hari sebelumnya agar para wisatawan bisa mengetahui aka nada atraksi (events) menarik apa yang akan digelar di Geopark Ciletuh Palabuhanratu.
Jurnalis: Abriyanto

