SURABAYA, Beritalima.com – Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak menghasilkan sampah plastik setiap harinya, yang tentunya sangat mengancam lingkungan.
Untuk itulah, dibutuhkan gerakan kreatif anak-anak muda untuk mengatasinya, dan itulah yang dilakukan tim mahasiswa Unesa, mengubah limbah plastik menjadi produk berdaya jual.
Tim mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengubah limbah plastik sekali pakai menjadi tas estetik dan fungsional.
Produk yang mereka hadirkan melalui Program Bootcamp Kewirausahaan 2025 itu ditampilkan dalam pameran ‘Student Impact Venture Showcase 2025’ di Rektorat Unesa, Kampus II Lidah Wetan, pada Rabu, 10 Desember 2025.
Inovasi tim yang diberi nama Revoplast itu diketuai Fajar Yulianto, mahasiswa Ekonomi 2023 dengan anggota yang terdiri dari Fitri Indah Wayuni, Marietha Jeanniary Mahayu Syalsabilla, Cindy Audya Ananta, Tika Ayu Septiyani, Farhan Nafis Al Farisi, dan Muhammad Abdurrosyid dari Prodi S-1 Ekonomi angkatan 2023; serta Shafwan Aprisa Putra, Muhammad Hamzah Nashirudin, dan Rais Akmal Daniswara dari Prodi S-1 Manajemen angkatan 2023.
Tim berslogan ‘Make Plastic More Worthy’ itu menghadirkan gagasan Revoplast yang berangkat dari keresahan mereka terhadap tumpukan limbah plastik yang kian menggunung di berbagai tempat, terutama kantong kresek yang sulit terurai dan hanya dipakai sekali lalu menjadi limbah.
“Dari situ saya dan teman-teman mulai berpikir bagaimana mengubah limbah yang tidak bernilai menjadi sesuatu yang bermanfaat dan punya nilai ekonomi,” ujarnya.
Dari kegelisahan itu, Revoplast dikembangkan dengan pendekatan upcycling, mengolah sampah plastik menjadi material baru yang lebih kuat dan bernilai. Kresek dan trashbag dikumpulkan, dibersihkan, lalu dipilah sesuai warna.
Bahan-bahan tersebut kemudian melalui proses pengepresan hingga berubah menjadi lembaran tebal dengan motif unik yang merupakan hasil alami dari kombinasi warna plastik.
Lembaran-lembaran itulah yang kemudian diolah menjadi tote bag, handbag, hingga slingbag. Tidak ada dua tas yang benar-benar sama; setiap motif muncul secara organik dan menjadi nilai artistik tersendiri.
“Kami ingin menunjukkan kalau sampah yang dianggap tidak berguna itu sebenarnya bisa disulap jadi produk yang keren dan punya nilai jual,” ucap Fajar.
Proses produksinya tidak singkat. Selain pemilahan dan pengepresan bertahap, tim juga perlu melakukan penguatan menggunakan kain keras, memasang furing, dan menambahkan aksesori pendukung.
Tantangan teknis kerap muncul, mulai dari suhu mesin press yang tidak stabil sampai lembaran plastik yang tidak seragam ketebalannya.
“Kadang ada bagian yang malah bolong atau motifnya nggak bisa maksimal. Itu bikin kami harus menyesuaikan desain dengan bahan yang ada,” tutur Fajar.
Kendati demikian, proses pengolahannya terus dikembangkan kualitasnya, sehingga tantangan seperti suhu mesin dan ketebalan plastik bisa diatasi.
Revoplast hadir dengan berbagai keunggulan. Selain tahan air dan memiliki karakter visual yang khas, produk ini juga dipasarkan dengan harga terjangkau tanpa mengurangi kualitas.
Lebih dari itu, Revoplast membawa misi keberlanjutan yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 12 (Responsible Consumption and Production) dan poin 13 (Climate Action).
“Kami menggunakan 100% plastik pascakonsumsi. Setiap produk membantu mengurangi beban TPA sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya daur ulang,” jelas Fajar.
Ke depan, Revoplast menargetkan diversifikasi produk ke berbagai lini seperti pouch, tas laptop, dan aksesori fashion lainnya. Tim juga merencanakan kolaborasi dengan desainer lokal, brand ramah lingkungan, serta toko wisata untuk memperluas pasar.
Di sisi produksi, mereka tengah menyiapkan peningkatan peralatan agar proses lebih efisien dan memperkuat pemasaran melalui e-commerce serta sistem reseller.
Tidak berhenti di situ, tim juga merancang skema closed-loop melalui program take-back product, sehingga tas Revoplast yang sudah tidak terpakai bisa didaur ulang kembali.
“Kami ingin membangun siklus produk yang berkelanjutan,” imbuh Fajar.
Harapannya, Revoplast tidak hanya menjadi produk layak jual, tetapi tumbuh menjadi gerakan sosial-lingkungan yang berpengaruh lebih luas.
“Kami terus mengembangkan Revoplast, bukan hanya untuk menghasilkan produk fashion, tetapi untuk membangun gerakan keberlanjutan yang memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat,” pungkasnya.(Yul)








