JAKARTA – Ketua Tim Pakar Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa cara untuk mengurangi angka penambahan kasus COVID-19, adalah dengan melakukan “Gerakan Kurva Landai”, yang melibatkan kepedulian semua orang untuk tidak tertular dan menulari virus SARS-Cov_2 atau corona jenis baru.
“Maka kita harus tau dan paham bahwa satu-satunya cara untuk melandaikan kurva adalah memastikan bahwa kita tidak menularkan (virus) dan orang lain tidak menularkan kepada kita dengan mengubah perilaku,” ujar Wiku dalam dialog yang mengambil tema “Gerakan Kurva Landai” di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (9/5).
Tentunya hal tersebut harus diimbangi dengan perubahan perilaku dan kesadaran masing-masing untuk melakukan anjuran protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, jaga jarak, menggunakan masker dan menjaga imunitas tubuh.
Wiku optimis apabila seluruh masyarakat melaksanakan “Gerakan Landai Kurva” maka Indonesia segera terbebas dari penularan virus corona jenis baru tersebut.
“Kalau kita semua melakukan hal yang sama, maka virus itu tidak akan mampu menulari antar manusia,” jelas Wiku.
Berbicara mengenai waktu dan siapa yang dapat mengendalikan kurva tersebut, menurut Wiku adalah semua orang
“Sebenarnya yang bisa melandaikan termasuk kapannya adalah kita semua. Kita harus bersama-sama bergerak,” tambah Wiku.
Menurut data yang dikumpulkan dalam platfrom data Bersatu Lawan COVID-19 maka didapatkan gambaran bahwa gejala yang paling umum apabila seseorang terinfeksi virus adalah adalah batuk, kemudian demam, sakit tenggorokan, gangguan pernafasan dan letih lesu.
“Batuk ini yang paling tinggi. Kemudian demam,” jelas Wiku.
Selain itu gambaran lainnya adalah faktor usia. Data yang selama ini diperoleh bahwa ternyata usia rentan adalah di atas 45 tahun. Kasus-kasus yang meninggal ada dalam parameter usia tersebut dengan prosentase hingga 85 persen, dan yang paling banyak di di atas 60 tahun.
Kemudian ada pula faktor komobiditas atau penyakit penyerta yang kemudian membuat seseorang mudah tertular dan memperparah keadaan adalah hipertensi, diabetes melitus, jantung, paru-obstruktif kronis. Sehingga dalam hal ini setiap orang harus berperan aktif untuk menjaga diri dan melindungi mereka yang memilki riwayat penyakit penyerta.
“Harus betul-betul berhati-hati. Anggota masyarakat lainnya harus turut melindugi bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta,” imbau Wiku.
Berdasarkan catatan sekitar 60 persen yang positif adalah berjenis kelamin laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Laki-laki menjadi kelompok paling rentan karena mobilitas tinggi daripada perempuan.
“Maka dari itu kita harus jaga jarak dan harus disampaikan (dengan data) seperti ini,” pungkas Wiku.