KUPANG, beritalima.com – Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat meminta agar Gereja dan Pemerintah terus bahu-membahu bersama pihak lainnya dan kolaborasi membangun program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat, menampaikan hal itu dalam sambutannya pada acara Pentahbisan dan Peresmian Gedung Kebaktian Jemaat GMIT Imanuel Oepura Kupang pada Minggu (31/10).
“Dalam pembangunan gedung gereja yang megah maka harus ada gerakan-gerakan kemanusiaan. Harus ada penggerak-penggerak dan program didalamnya yang juga bisa mensejahterakan jemaat dan masyarakatnya,” ujar Gubernur.
“Maka dari itu kita wajib untuk kerja secara kolaborasi. Pemerintah dan Gereja harus dalam kesatuan gerak. Ikut juga dalam desain pembangunan pada pertanian, peternakan, perikanan, pendidikan, pariwisata dan juga bidang-bidang lainnya. Ini juga manfaat besar untuk kita semua,” ungkap Gubernur.
Gubernur menjelaskan, salah satu upaya dalam mensejahterakan masyarakat NTT saat ini adalah penanganan stunting dan kemiskinan. Hal tersebut juga perlu untuk kerja sama dengan pihak Gereja.
“Gereja harus bisa membangun jemaat dan umatnya. Gereja dan Pemerintah harus dengan pola kerja dan strategi menyelamatkan masalah stunting dan kemiskinan di NTT. Kita mau generasi kita dan anak-anak kita bebas dari stunting. Generasi kita harus jadi orang-orang sehat, cerdas, hebat dan bisa membangun daerah ini,” tambah Gubernur.
Sementara itu, Ketua Sinode GMIT Pdt. Dr. Mery Kolimon M.Th mengatakan,
Gereja yang bertumbuh dan berbuah adalah gereja yang anggotanya saling peduli, juga turut memperhatikan pendidikan dan pembangunan bangsa.
“Kita bersyukur Jemaat GMIT Imanuel Oepura tetap konsisten memperhatikan Sekolah GMIT yang ada disini. Terima kasih untuk hal itu. Kalau kita lihat Sejarah GMIT, sebelum Gereja berdiri pun sekolah sudah lebih dulu ada. Sebelum ada pendeta, pun Guru Injil sudah ada. Hari Senin sampai Sabtu mereka mengajar, dan hari Minggu berkhotbah serta mengajarkan firman Tuhan. Jadi harapan kita jangan sampai gereja hanya gedung megah tanpa perhatikan pendidikan dan sekolah,” kata Pdt. Mery.
“Juga hendaknya anggota gereja saling terikat pada persaudaraan dan punya rasa peduli satu sama lain. Di GMIT Imanuel Oepura jemaatnya dari berbagai suku ada dari Timor, Alor, Sabu, Rote, Jawa, Kalimantan juga lainnya. Kita dipanggil menjadi saudara satu dengan yang lain. Apapun perbedaan kita hendaknya kita satukan untuk saling melayani sesama dan melayani Tuhan,” ujar beliau. (*/L. Ng. Mbuhang)