TARAKAN – BERITA LIMA – KALTARA
Pada kegiatan di Roudhatul Jannah, kunjungan ke panti asuhan ini sudah yang kedua kali di kegiatan “Sahur on The Road” kali ini. Wajah-wajah baru terbangun dari tidur terpancar dari anak-anak panti asuhan dan santri pondok pesantren Hidayatullah.
Pengurus pondok pesantren Hidayatullah, Hasbullah mengatakan, saat Ramadan, kegiatan untuk beramal saling berbagi banyak dilakukan. Namun, untuk sahur bareng baru kali ini dirasakan di pondok pesantren tersebut. “Kalau sahur bareng baru pertama kali ini, sebelum-sebelumnya tidak pernah,” ujar Hasbullah.
Pondok pesantren yang terletah di RT 11 RW 5, Kelurahan Gunung Lingkas tersebut memiliki 58 santri, mulai dari usai 4 hingga 15 tahun. Hasbullah menjelaskan, santri bukan hanya menimba ilmu agama, melainkan mengikuti sekolah formal seperti sekolah pada umumnya. “Tahfiz Quran untuk anak usia PAUD sudah kami ajari, minimal lulus PAUD mereka sudah menghafal setengahnya juz Amma,” jelasnya. Latarbelakang santri di pondok tersebut pun beragam, dari yatim piatu, dan anak yang sekadar di pondokkan untuk menimba ilmu agama.
Pemilik Lopecoffee, Shandy Santosa mengatakan, kegiatan sahur bersama ini sangat bermanfaat untuk berbagi bersama. “Tiap Ramadan selalu ada saja sumbangan yang kami berikan ke panti asuhan, namun untuk sahur seperti ini, baru bertama kali. Sungguh sangat baik kebersamaannya, karena langsung melihat anak-anak yatim piatu,” jelas Shandy.
Shandy pun merasa bahagia dapat berbagi bersama anak panti asuhan. Ia berharap apa yang telah ia berikan dapat menjadi berkah serta ia mengharapkan di tahun berikutnya kegiatan seperti ini terus diadakan. “Jangan sampai tahun-tahun berikutnya tidak dijalankan, ini program yang bagus,” pungkas Shandy.
Sementara itu, di kediaman Syamsul Banri, kegiatan sahur bersama kurang lebih dihadiri 10 anak baik yatim maupun piatu. Adapun menu makanan yang disajikannya, dibuat langsung dari tangan Syamsul. Dijelaskannya, ia sudah mulai sibuk untuk mempersiapkan segala bahan makanan untuk diolah menjadi makanan sejak pukul 24.00 atau oo.oo Wita.
Beraksi di dapur baik untuk tamu ataupun keluarga sudah lumrah dilakukan Syamsul. Ia sudah jago masak sejak di usia muda. Dalam prinsipnya, jago masak tidak hanya bisa dilakoni oleh perempuan, melainkan laki-laki juga bisa melakukan hal yang sama dan bahkan bisa lebih hebat dari perempuan. “Saya suka masak,” ujarnya.(****)