SURABAYA, beritalima.com – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus jadi ujung tombak dalam menekan angka pengangguran di Jawa Timur. Untuk itu, keberadaan SMK harus diperkuat dan ditingkatkan kualitasnya sehingga lulusannya siap diterima oleh pasar kerja.
Penyataan tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo saat menghadiri Dialog Interaktif pada Ngopi Bareng di JTV, Senin (9/10) malam.
Dijelaskannya, Jatim memiliki jumlah penduduk sebanyak 39 juta jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 20 juta angkatan kerja, sementara itu untuk jumlah pengangguran di Jatim sekitar 4,10 persen atau sekitar 882.000 orang.
Berbagai upaya, lanjut Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim, terus dilakukan Pemprov Jatim untuk memperkuat pendidikan vokasional. Caranya, antara lain, melakukan kerjasama dengan berbagai negara seperti Jerman dalam bidang mechatronic, dan negara Inggris dalam bidang kelistrikan.
Tak hanya itu, ada pula kerjasama dengan negara China dalam bidang alat alat pertanian dan sepeda listrik. Kerjasama dengan Belanda dan Australia di bidang pertanian, Korea dengan pembukaan kelas elektronik, serta kerjasama dengan Jepang di bidang perikanan dan kelautan.
“Kami serius untuk memberikan ruang pada sekolah kejuruan. Bahkan, pada tahun 2015 dilakukan moratorium pendirian SMA. Agar jumlah SMK dapat mencapai 70 : 30 untuk SMA,” ujarnya.
Pakde Karwo menyatakan, upaya lain juga dilakukan Pemprov Jatim dalam menekan pengangguran. Yakni setiap 3 bulan mengadakan ~job market~ atau membuka pasar kerja dengan menggandeng perusahaan besar. Keberadaan Job Market tersebut untuk menjembatani sekaligus untuk melihat kebutuhan masyarakat terhadap spesifikasi bidang pekerjaan apa saja yang dibutuhkan.
“Job Market ini merupakan peluang sekaligus menjadi tolak ukur bagi pemerintah untuk mengembangkan jenis bidang kejuruan apa saja yang dibutuhkan oleh pasar kerja,” tegasnya.
Menurutnya, 5-10 tahun ke depan lapangan pekerjaan sangat beragam. Akan tetapi, lapangan pekerjaan yang memiliki kreativitas dan inovasi menarik yang akan laku dan dicari oleh konsumen atau masyarakat.
“Peluang tersebut bisa dimanfaatkan oleh anak anak SMK yang memiliki beranekaragam keterampilan dan kompetensi sekaligus dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru,” tegasnya.
Pakde Karwo Bapaknya Vokasional
Narasumber lainnya yang hadir dalam kesempatan tersebut dari Kadin Jatim, yakni Nurul Indah Susanti S.Psi. M.Si, Psi. Ia menilai Jawa Timur beruntung memiliki Gubernur seperti Pakde Karwo. “Pakde Karwo adalah ahli dan bapaknya pendidikan vokasional,” terangnya.
Ia memandang, bahwa jenis kompetensi yang ada di sekolah kejuruan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Alasannya, industri tidak perlu membuka lowongan pekerjaan, melainkan bisa langsung mengambil lulusan SMK sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Nurul menilai, lulusan SMK juga harus memiliki kemampuan untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri tanpa bergantung kepada lapangan pekerjaan yang ada. Mereka harus dibekali dengan kemampuan untuk mampu berwirausaha
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Djoko Saryono M.Pd menyatakan, SMK harus memiliki relevansi terhadap dunia kerja. Siswa yang ada di SMK harus terus dicetak siap kerja sekaligus dapat mengisi lapangan pekerjaan yang ada.
Ia mencontohkan, bahwa ada lulusan jurusan IT yang sukses membuka kursus yang dinamakan Guling (Guru Keliling). Modelnya seperti tenaga kursus namun tempatnya keliling di daerah maupun rumah rumah penduduk. Contoh ini dapat diartikan ilmu yang dimiliki bisa diterapkan kepada masyarakat dengan modal keterampilan dan kompetensi.
“Itu salah satu bentuk kreativitas anak anak SMK yang sukses di IT dan memiliki kecerdasan,sehingga pada saat lulus dia langsung terjun kepada dunia usaha atau lapangan pekerjaannya,” tutupnya. (Rr)