Gubernur Jawa Tengah: Di Masa Pandemi Kita Butuh Persatuan Indonesia

  • Whatsapp

beritalima.com | Pusat Kajian Politik dan Keamanan Indonesia (Puspolkam Indonesia) adalah lembaga kajian dan penelitian yang berfokus pada isu politik dan keamanan Indonesia. Kami mengadakan Diskusi secara virtual ini untuk membahas bagaimana agar pemerintah dan masyarakat dapat bergotong royong di masa pandemi. Pernyataan ini disampaikan Direktur Eksekutif Puspolkam Indonesia Broery Pater Tjaja dalam sambutannya pada Webinar yang diadakan Puspolkam pada hari Minggu (31/5).

“Kami sangat berterimakasih atas kesediaan Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo dan Sekretaris Daerah Jawa Timur Bapak Heru Tjahjono yang bersedia berbagi pengalaman terkait penanganan pandemi, sekaligus bisa menjadi mitra bagi Puspolkam kedepannya,” kata Broery.

Puspolkam Indonesia mengadakan webinar dengan tema ‘Strategi Pemerintah Daerah dalam Menanggulangi Pandemi COVID-19’. Para narasumber yang hadir antara lain Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Timur yang diwakilkan oleh Sekretaris Daerah Jawa Timur, Heri Tjahjono.

Ketua Dewan Pembina Puspolkam Indonesia Firman Jaya Daeli dalam pengantar diskusi menyampaikan bahwa diskusi yang diadakan Puspolkam kali ini merupakan sebuah kajian tematik yang berintikan pada gotong-royong pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah bersama masyarakat dalam menanggulangi dampak sosial ekonomi akibat pandemi COVID-19.

“Hal yang paling dibutuhkan di saat ini adalah etik atau nilai kemanusiaan, keadaban, nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai kebersamaan, solidaritas nasional, juga sistem nilai kerakyatan yang berkaitan dengan keadilan sosial. Ini merupakan bagian dari Pancasila yang merupakan ideologi, dasar, dan falsafah bangsa,” kata Firman.

Firman mengatakan bahwa Puspolkam Indonesia secara khusus memperingati Hari Lahirnya Pancasila melalui webinar ini.

“Dalam kaitan dengan peringatan lahirnya Pancasila, kami ingin mendengar pengalaman dan langkah-langkah strategis Pemda Jateng dan Jatim terkait bagaimana membangun kegotong-royongan ketika mengatasi pandemi dan dampaknya secara ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Tentunya hasil diskusi ini akan menjadi masukan yang baik bagi bangsa ini dan kita semua dalam menanggulangi dampak COVID19,” jelasnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai pembicara pertama mengungkapkan strategi Provinsi Jawa Tengah melakukan transisi menuju new normal. Ganjar mengungkapkan awalnya strategi penataan yang dilakukannya dianggap angin lalu.

“Ketika pertama kali saya menata pasar, bupati dan walikota tidak ada yang tertarik. Ketika Walikota Salatiga menata pasar dan muncul di headline kompas dan masuk di pemberitaan kurang lebih tiga hari berturut-turut, maka pada saat itu semua terinspirasi. Nah, inspirasi itulah yang mengedukasi. Oh, berarti pasar perlu ditata untuk menghindari resiko masyarakat terpapar,” kata Ganjar.

Ganjar mengungkapkan pembenahan menuju new normal pada sektor industri harus juga menjadi perhatian.

“Pabrik rokok di Jawa Tengah pun kami tata, jarak antar pekerja, dan pemasangan pembatas. Inilah pembenahan-pembenahan yang coba kita lakukan. Rumah ibadah pun demikian. Saya harapkan agar masyarakat yang di rumah bisa mengakses dan mendapatkan edukasi sehingga terjadi internalisasi nilai. Sehingga kalau September kurvanya sudah menurun dan mendekati dasar, kita sudah siap,” ujarnya.

Terkait persiapan new normal pada sektor pendidikan, Ganjar menyatakan bahwa sektor pendidikan justru relatif lebih siap dalam menyambut new normal.

“Saya sudah dua kali menampilkan di media sosial saya bahwa sekolahan relatif lebih siap. Caranya dengan membagi sekolahan menjadi 2 shift, yaitu kelas pagi dan kelas siang. Yang kedua, mata pelajarannya tidak terlalu padat. Yang ketiga, mereka atur dan desain ulang ruang kelasnya. Yang keempat, mereka menyiapkan sarana dan prasarana. Namun, orangtua murid sekarang masih ragu. Mereka takut kemudian nanti anaknya berkumpul dengan teman-temannya kemudian tertular dan lain sebagainya. Secara metodologi, hal-hal tersebut sudah betul. Kemudian jika kita uji coba, maka ini bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain. Dengan cara itu, akan bisa membantu masyarakat untuk paham dan sekolah lain akan meniru atau berinovasi” jelasnya.

Ganjar mengatakan bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah belum sempurna, masih ada kekurangan dan perlu diperbaharui setiap saat.

“Kami mengakui bahwa dalam implementasi setiap kebijakan tentu tidak sempurna dan kita akui itu. Tugas kita bersama adalah menciptakan kesempurnyaan dengan mengisi hal-hal yang belum sesuai, bukan kemudian membuat runyam,” kata Ganjar.

Ganjar juga menjelaskan pelaksanaan jaring pengaman sosial di provinsi Jawa Tengah.

“Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, kita kembali menemukan ternyata data kita tidak beres. Ternyata bantuan-bantuan yang sangat beragam itu sulit untuk dikelola. Ternyata kita butuh sistem yang baik, banyak data yang salah dan kurang tepat. Dari masalah-masalah tersebut kemudian saya bercermin ternyata Satu Data Indonesia (one map policy) itu penting. Perpresnya sudah ada tapi pelaksanaannya yang belum optimal, itulah yang kami kerjakan,” jelas Ganjar.

Ganjar mengatakan bahwa seluruh bantuan telah diturunkan, komunikasi sudah baik, masing-masing layer pemerintahan mengambil peran, bahkan sampai level desa.

“Dari jaring pengaman sosial ini tenyata ada yang tercecer dan tidak tercover. Maka saya pada saat jalan-jalan turun ke bawah, masuk ke kelompok mahasiswa. Mereka tidak pulang, KTP-nya tidak dari Jawa Tengah, mereka harus dibantu. Sama seperti warga Jateng yang di Jabodetabek dan kena PSBB, yang mau mengurusi siapa? Saya berpikirnya kita take over saja,” ujarnya.

Ganjar menyebutkan bahwa semua warga masyarakat yang berada di Jawa Tengah harus dibantu.

“Yang berada di Jawa Tengah, apapun sukumu, agamamu, KTP mu, tidak masalah, kita penuhi semua kebutuhannya. Di masa pandemi ini kita butuh persatuan Indonesia, kita butuhkan kemanusiaan yang adil dan beradab,” tegas Ganjar.

Sebagai pesan penutup dalam rangka menyongsong Hari Lahir Pancasila, Ganjar mengingatkan bahwa pandemi ini harus dijadikan bahan refleksi untuk melakukan lompatan ke depan.

“Momentum ini bisa kita jadikan refleksi agar kita bisa melakukan lompatan ke depan kerena sumber nilai-nilai Pancasila sebenarnya sudah ada. Kita punya nilai-nilai Kemanusiaan, Ketuhanan. Kita sebagai manusia cukup lengkap jika berpikir positif dan akan diberikan kekuatan oleh Tuhan untuk menjalani cobaan. Hubungan horizontalnya adalah bagimana mengimplementasikan kemanusiaan yang adil dan beradab dengan saling bantu sesama. Pandemi ini mengajarkan kepada kita banyak hal. Mari kita melewati pendemi dengan kebersamaan,” pungkasnya.

Kegiatan webinar ini dihadiri peserta berjumlah 250 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan webinar ini dipimpin oleh moderator Sahat Martin Philip Sinurat yang juga merupakan anggota Pembina Puspolkam Indonesia. Narasumber dan peserta terlihat antusias dan suasana webinar berlangsung cair dan santai.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait