PALU, beritalima.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memimpin langsung gelaran Misi Dagang dan Investasi antara Jawa Timur dan Sulawesi Tengah bertema Meningkatkan Jejaring Konektivitas antara Pemprov Jatim dan Pemprov Sulawesi Tengah di Ballroom Hotel Best Western Plus Coco, Palu, Rabu (23/2).
Gubernur Khofifah memboyong sebanyak 40 pelaku usaha asal Jatim untuk menyuguhkan hasil usahanya dalam gelar misi dagang kali ini. Sebagai contoh Tenun Ikat ATBM Telaga Sari, Aneka Produk Kulit, Keramik dan Granit Tile, Batik Gedog Tuban, Batik Canting Wira, Makanan (creaker), produk-produk hortikultura, pupuk organik, cerutu, batik ciprat, olahan Rambak Tulungagung dan sebagainya.
Sementara dari Provinsi Sulawesi Tengah menghadirkan sebanyak 120 pelaku usaha. Diantaranya coklat Sulteng, Salhan Bawang Goreng, Kain Tenun Donggala, Kopi Sulteng.
Selain itu juga, produk-produk olahan Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng seperti Damar, Gum Rosin dan Terpentin, Teh Kelor, Minyak Nilam. Produk olahan Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulteng seperti abon ikan, abon ikan marlin. Produk umkm binaan Koperasi Relawan Merah Putih.
Untuk diketahui, hingga pukul 16.00 WITA, total transaksi yang tercatat dalam Misi Dagang mencapai Rp.104,91 M.
Mengamati kultur budaya antara Jatim dan Sulteng yang cenderung serupa, Khofifah mengatakan bahwa dirinya memiliki komitmen yang sama dengan Gubernur Sulawesi Tengah Rusdi Mastura untuk mendorong Kabupaten/Kota menuju kemandirian fiskal.
Kemandirian tersebut, kata Khofifah, bisa dilihat melalui perbandingan antara PAD dengan total penerimaan daerah. Oleh karenanya, penting untuk melakukan pembayaran pajak bagi perusahaan cabang di daerah cabang tersebut berdiri.
Masih dalam sambutannya, Khofifah menuturkan bahwa kekuatan perdagangan antara Jatim dengan Sulteng memiliki konektivitas dan sinergitas yang potensial. Bahkan Partnership transaksi dagang Jatim-Sulteng sangat produktif.
Berdasarkan Data BPS 2021, Produk Jatim diantara seluruh provinsi di Indonesia adalah produk yang diminati pelaku usaha, pedagang, masyarakat Sulawesi Tengah paling tinggi yaitu sebesar Rp 4,3 T. Sedangkan penjualan Sulawesi Tengah terhadap Jatim adalah sebesar Rp. 2,32 Triliun. Sehingga neraca perdagangan Jatim dengan Sulteng surplus 1,98 Triliun.
“Penting bagi Provinsi Jatim dan Sulteng untuk terus membangun sinergitas diikuti dengan MoU antar OPD di kedua provinsi agar kami bisa saling membangun penguatan antar provinsi,” tegas Khofifah.
Dengan berbagai penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) yang dilakukan dalam Misi Dagang kali ini, Khofifah memberikan referensi bagi Sulteng terkait pengolahan kehutanan sosial yang ada di Jatim. Seperti yang diketahui Integrated Area Developement (IAD) hanya ada 2 di Indonesia. Salah satunya ada di Sendura – Lumajang, Jatim.
“Oleh karena itu, Pak Gub dapat mengirim tim untuk studi banding ke Jatim agar bisa saling belajar mengolah lahan perhutanan sosial. Karena di Jatim, perhutanan sosial dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat. Dan produktivitasnya cukup tinggi,” jelas Khofifah.
Terkait pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Khofifah juga menyampaikan bahwa BPSDM Prov Jatim merupakan salah satu yang terpilih menjadi Coorporate University (Corpu) di Indonesia. Kembali, Khofifah menyampaikan bahwa pengembamgan SDM di Sulteng bisa dilakukan dengan mengakses secara daring.
“Jadi untuk pembelajaran tertentu tidak perlu mengirim orang ke Jatim untuk mengembangkan kualitas SDM. Bisa diikuti secara daring,” ujarnya
Misi dagang kali ini juga diikuti oleh organisasi pelaku usaha, yaitu KADIN, HIPMI dan IWAPI Jatim yang melakukan penandatanganan MoU dengan KADIN, HIPMI dan IWAPI Sulteng. Khofifah memastikan bahwa seluruh organisasi strategis memberikan penguatan. Harapannya kedua belah pihak ini secara resiprokal saling menguntungkan.
“Artinya dari seluruh MoU dan Perjanjian kerja sama yang dilakukan hari ini diharapkan kedua belah pihak saling menguatkan dan saling menguntungkan,” ujarnya
“Seperti contohnya banyak raw material dari Sulteng yang dikirim ke Jatim untuk dilakukan pengolahan . Karena industri manufaktur di Jatim sangat advance. Setelah itu di jual kembali ke Sulteng,” tambahnya
Khofifah melanjutkan, bahwa kekuatan perekonomian Jatim ada pada perdagangan antar Provinsi dan antar Pulau. Di tahun 2021 lalu, Jatim menjadi Provinsi tertinggi dalam perdagangan antar provinsi selama 10 tahun terakhir yakni sebesar Rp. 243 triliun.
“Inilah pentingnya untuk menemu kenali apa yang menjadi kekuatan masing-masing Provinsi beserta upaya penguatannya menjadi penting,” ujarnya.
Untuk komoditas Jatim yang diperdagangkan ke Sulteng adalah Kendaraan bermotor, semen, bahan pokok, makanan ringan, barang proyek, tumbuhan, kerajinan, tembakau, cerutu, rokok, biji nikel, air dalam botol tidak mengandung pemanis, selai, jeli buah, pasta dari buah.
Sedangkan komoditas utama milik Sulteng yang diperdagangkan ke Jatim adalah Biji nikel, cengkeh, kakao, tepung terigu, kacang kedele, Virgin Coconut Oil (VCO), tembakau, karet, kelapa, hasil laut, batu kecil, gravel (batu pecah).
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tengah Rusdi Mastura mengatakan kehadiran Gubernur Khofifah di Sulteng diharapkan mampu memotivasi bagi penguatan SDM maupun perekonomian di provinsi Sulawesi Tengah.
Rusdi menganalogikan Jawa gambaran ekonomi saat ini, Kalimantan sebentar lagi, dan Sulawesi akan datang. Oleh karena itu, Rusdi berkeinginan Jatim harus menjadi hub perekonomian menuju Indonesia Bagian Timur.
“Surabaya yang kami temui ketika keluar dari Palu. Saya yakin, Jatim adalah pintu gerbang perekonomian bagi Indonesia Timur. Saya kenal betul Surabaya dan Jawa Timur ini,” katanya
Dalam kesempatan tersebut juga turut dilaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Pemprov Jatim dan Pemprov Sulteng yang dilakukan oleh Gubernur Khofifah bersama dengan Gubernur Sulawesi Tengah Rusdi Mastura.
Selain itu juga ada penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jawa Timur dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sulteng, Dinas Koperasi dan UKM Prov. Jawa Timur dengan Dinas Koperasi dan UMKM Prov. Sulteng, BPSDM Prov. Jawa Timur dengan BPSDM Prov. Sulteng.
Selanjutnya ada BKD Prov. Jawa Timur dengan BKD Prov. Sulteng, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jawa Timur dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulteng, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Jawa Timur dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Sulteng, Dinas Kehutanan Prov. Jawa Timur dengan Dinas Kehutanan Prov. Sulteng
Ada pula Dinas Peternakan Prov. Jatim yang turut melakukan PKS dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Prov. Sulteng, Dinas Perkebunan Prov. Jawa Timur dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Prov. Sulteng, Dinas PMD Prov. Jawa Timur dengan Dinas PMD Prov. Sulteng.
Selain ke 10 OPD, ada pula organisasi lain yang melalukan PKS yakni IWAPI Jawa Timur dengan IWAPI Sulteng, HIPMI Jawa Timur dengan HIPMI Sulteng, KADIN Jawa Timur dengan KADIN Sulteng.
(red)