KUPANG, beritalima.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya meletakan batu pertama pembangunan Rumah Susun (Rusun) bagi mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira Kupang di kampus Penfui, Rabu (17/5).
“ Rumah susun bagi mahasiswa U,nwira Kupang hendaknya menjadi tempat pembentukan dan pengembangan nilai-nilai kebangsaan bersasarkan ideologi pancasila. Mereka yang sudah tempat ini dapat menjadi corong dan duta pembawa nilai-nilai positif tersebut kepada masyarakat,” kata Gubernur.
Menurut Gubernur, Rusun tidak boleh sekadar menjadi tempat penampungan mahasiswa dengan kriteria tertentu. Rusun ini harus memiliki ciri khas tertentu.Mesti diatur sedemikian rupa, sehingga mereka yang tinggal di sini menjadi lebih tertib, disiplin, pintar dan tepat waktu dalam menyelesaikan kuliahnya. Dikatakannya, harus ada pembatasan waktu bagi para mahasiswa yang menetap di Rusun ini sehingga tidak bermental santai dan tidak menjadi mahasiswa abadi.
Mereka juga mesti memiliki semangat solidaritas satu sama lain.Direktur Jenderal (Dirjen) Penyediaan Perumahan Kementerian PU Pera (KemenPU Pera), Syarif Burhanudin mengungkapkan, rusun Unwira merupakan satu dari 16 Rusun yang dibangun oleh Kementerian PU Pera bagi lembaga pendidikan di Tahun 2017.Daya tampung Rusun ini memang tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah mahasiswa Unwira yang mencapai sekitar 7000-an orang.
Pembangunan Rusunini menjadi semacam modal awal bagi pihak Universitas untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. “ Prinsip pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada pihak universitas.
Yang paling utama, penetapan biaya bagi mahasiwa yang tinggal di rusun ini harus lebih rendah dari harga kos-kosan yang ada di sekitar. Pungutan tersebut nantinya dapat menjadi modal bagi pihak univesitas untuk perluasan rusun ini,” jelas Syarif.
Ditambahkannya, Rusun tersebut dapat langsung dimanfaatkan setelah proses pengerjaannya selesai pada akhir Oktober 2017, tanpa menunggu proses serah terima gedung.Ketua Komisi V DPR RI, Fary J. Francis mengharapkan agar pihak universitas khususnya fakultas teknik Unwira, dapat membantu proses pengawasan pembangunan gedung yang telah diusulkan sejak 3 tahun lalu tersebut.
” Pihak Universitas dapat melaporkan kepada kami apabila pengerjaan gedung ini tidak sesuai dengan rancangan awalnya. Tentu kita sangat berharap agar Rusun ini nantinya memiliki satu kekhususan terutama dalam pembentukan karakter bagi para penghuninya.
Para alumni dari rusun ini diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat,” begitu harap Fary kepada pihak Unwira.
Menanggapi hal tersebut, Rektor Unwira, Pater Yulius Yasinto, SVD mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi NTT dan DPR RI yang telah memperjuangkan pembamgunan rusun ituRI” Rusun ini merupakan hadiah terindah bagi Unwira di usianya yang ke-35 tahun.
Rusun ini akan menjadi tempat pembentukan dan pembinaan sumberdayamanusia NTT yang berkualitas untuk mendukung pembangunan dan tegaknya NKRI,” kata Pater Yulius.Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Provinsi NTT, Suhartini Welo dalam laporannya menjelaskan Rusun Unwira tersebut merupakan salah satu dari tiga Rusun yang dibangun KemenPU Pera bagi lembaga pendidikan di NTT.
” Dua lainnya adalah Rusun bagi siswa SMA Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo dan Pesantren Walisongo Ende. Rusun Unwira ini sudah dilelang sejak akhir tahun 2016 dan kontraknya ditandatangani pada 21 Februari 2017.
Kami mohon maaf karena acara peletakan batu pertamanya baru terjadi setelah pengerjaan proyek sudah mencapai hampir 30 %. Rusun ini nantinya dilengkapidengan fasilitas meubeler, instalasi listrik dan instalasi air,” jelas Suhartini.Pembangunan Rusun Unwira ini menelan biaya Rp 12.153.629.000, yang bersumber dari APBN Murni TA 2017.
Waktu pelaksanaan kerja mencakup 250
hari kalender yang dimulai pada 21 Februari 2017. Rusun ini terdiri dari dua tingkat dengan tiga lantai. Terdapat 37 kamar dengan masing – masing kamar dapat dihuni oleh empat orang.
Sehingga total mahasiswa yang akan menempatiRusun tersebut mencapai 148 orang. (L. Ng. Mbuhang)