Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo optimis kondisi ekonomi Jatim Tahun 2017 akan berjalan sangat bagus. Di Tahun 2017, ia optimis pertumbuhan ekonomi Jatim diperkirakan tumbuh 5,6 – 5,7 persen. Pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi baik faktor internal seperti konsumsi, investasi, kebijakan pemerintah serta faktor ekspor impor. Tak hanya itu, pada Tahun 2017 ia melihat konsumsi masyarakat masih stabil. Faktor eksternal berupa kondisi aman dan nyaman turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jatim. Hal ini disampaikannya saat memberikan paparan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016 dan Outlook Perekonomian 2017 di Hotel Sangri-La Surabaya, Selasa (6/12).
Salah satu hal yang membuat ia optimis adalah masyarakat Jatim yang baik, punya sifat pekerja keras, open minded, serta rasionalitasnya baik. Selain itu, komunikasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah serta stabilitas politik yang sangat bagus turut menjadi faktor pertumbuhan ekonomi Jatim di 2017. “Saya jamin Jawa Timur iklimnya aman dan nyaman untuk investasi, jadi kepada para investor anda tepat berada di Jatim,” kata Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim.
Menurut Pakde Karwo, tantangan saat ini yakni pada sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Di sektor pertanian, mutasi lahan sekitar 1.100 hektar per tahun, untuk sektor industri impor bahan baku masih tinggi yakni sebesar 79,83 persen, serta tantangan di sektor perdagangan berupa biaya logistik yang masih tinggi.
“Jadi pasar dalam negeri kita harus diperkuat. 75 persen barang di Pelabuhan Tanjung Perak dibawa ke Ambon baliknya hanya 10 persen. Logistic dan connectivity kita menjadi fokus dalam perdagangan dalam negeri. Kebijakan seperti itu, harus dirombak total agar kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah khususnya untuk logistic dan connectivity itu benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat. Sehingga ongkos pengiriman barang antar provinsi tidak mahal dan harga jual barang di tempat atau daerah penerima barangpun bisa ditekan dan murah,” katanya.
Ia menambahkan, ekonomi kita masih didominasi konsumsi sebanyak 60 persen. Pada situasi sekarang sebaiknya ditumbuhkan lebih tinggi dari 60 persen. Kepada bupati walikota yang hadir, Pakde Karwo berpesan bahwa problem Jatim yang serius adalah 36,49 persen sektor pertanian hanya memperoleh share sebesar 14,18 persen. Ini harus dinaikkan jadi 17 persen di industri primer. “Bupati walikota harus melakukan upaya pada bidang pertanian. Kalau ingin membantu Jatim, daya beli harus dinaikkan sehingga konsumsi naik, industri jalan. Tolong bupati/walikota agar BPR di kab/kota melakukan loan agreement,” pesannya.
Di akhir, ia mengingatkan industri dalam negeri untuk memperbaiki packaging produk sehingga kalah dengan produk dari beberap negara. Tak hanya itu, masalah di industri pengolahan di Jatim yakni mesin rata-rata sudah kuno sehingga tidak bisa kompetisi di industri pengolahan. “Kalau ini tidak dilakukan kita dalam posisi yang tidak bagus. Saat ini impor mesin kita dari Singapore ngedrop 37 persen. Impor bahan baku dan penolong kita 79,83 persen. Maka kesempatan baik untuk memperbaiki mesin pada industri pengolahan,” katanya.
Ia melaporkan, Pertumbuhan ekonomi Jatim pada Triwulan IV Tahun 2016 ini diperkirakan antara 5,5 – 5,9 persen, dan pertumbuhan ekonomi Jatim sepanjang tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,6 persen. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti konsumsi, investasi, ekspor impor da kebijakan pemerintah. Indeks tendensi konsumen tercatat 107,35, yang berarti share konsumsi masih dominan (pada Triwulan III Tahun 2016 sebesar 59,97 persen.
Sementara itu, Benny Siswanto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur menyampaikan bahwa perekonomian global selama tahun 2016 belum menunjukkan momentum perbaikan sebagaimana perkiraan semula. Pelemahan perekonomian global masih terus berlangsung diikuti dengan harga komoditas yang masih rendah, serta volume perdagangan dan investasi global yang menurun. Fenomena ini semakin diperparah oleh isu proteksionisme perdagangan dunia serta pelemahan Global Value Chain sehingga ekonomi global diperkirakan tumbuh sekitar 3,0 persen di Tahun 2016, lebih rendah daripada Tahun 2015 sebesar 3,2 persen.
Di tengah dinamika ekonomi global tersebut, perekonomian nasional masih mampu tumbuh mengesankan dibandingkan dengan pencapaian negara berkembang lainnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2016 diperkirakan sebesar 5,0 persen, dengan inflasi yang terjaga pada level rendah di sekitar 3,0 – 3,2 persen. Tren permintaan domestik yang masih meningkat mampu mengkompensasi penurunan kinerja sektor eksternal.
Menurut Benny, sejalan dengan perekonomian nasional, pada tahun 2016 Provinsi Jawa Timur menunjukkan pertumbuhan ekonomi impresif dengan inflasi yang terjaga rendah. Ekonomi Jawa Timur di Tahun 2016 diproyeksikan tumbuh sebesar 5,61 persen, didorong oleh meningkatnya permintaan, baik permintaan masyarakat maupun permintaan negara mitra dagang Jawa Timur, serta tingginya realisasi belanja pemerintah daerah. Adapun inflasi diperkirakan terkendali di rentang 2,9 – 3,1 persen, terutama disebabkan oleh inflasi inti dan inflasi administered price yang relatif stabil.
Ia menambahkan, Bank Indonesia Jawa Timur berperan secara aktif dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Kegiatan pengendalian inflasi telah berjlan baik dan solid dengan berkoordinasi dengan 38 TPID kab/kota dan TPID Provinsi Jatim. Inovasi terus dilakukan oleh TPID Jatim, hal ini terbukti dengan dikukuhkannya TPID Jatim sebagai TPID terinovatif dengan program kerja unggulan berupa implementasi kerjasama antar daerah, berbagai kegiatan operasi pasar bahan makanan pokok dan bantuan ongkos angkut. Selain itu, TPID Jatim juga menjadi rujukan sejumlah provinsi lain.
Dalam acara ini diserahkan pula penghagaan Bank Indonesia bagi kalangan usaha, instansi atau perusahaan dalam kategori pelapor terbaik, responden survei terbaik, serta mitra informasi terbaik. (**).