SURABAYA, Beritalima com-
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berencana menerapkan metode Talent DNA dalam sistem pendidikan di Jawa Timur.
Program yang digagas oleh pakar kepemimpinan nasional Ary Ginanjar Agustian ini dipercaya mampu memetakan potensi dan karakteristik siswa sejak dini, berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Menanggapi rencana tersebut, Ketua Komisi E DPRD provinsi Jatim Dr Sri Untari Bisowarno MAP menyambut baik rencana Gubernur Khofifah yang disampaikan dalam momentum Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan 158 Kepala Sekolah satuan pendidikan tingkat SMA, SMK, dan SLB di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
“Saya sangat mendukung jika Talent DNA benar-benar diterapkan secara sistemik di sekolah-sekolah kita. Ini terobosan penting karena memudahkan kita mengetahui karakter anak-anak secara cepat dan tepat. Apalagi sekarang sudah dibantu teknologi artificial intelligence,” ungkap Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim ini. Sabtu (17/5/2025).
Menurut Untari, sistem pendidikan nasional sudah terlalu lama menilai anak hanya berdasarkan nilai kognitif, padahal setiap anak memiliki keunikan dan kekuatan yang tidak selalu terukur dengan ujian standar.
Sebagaimana diketahui, Talent DNA adalah metode pemetaan potensi anak dengan alat ukur yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan.
Melalui metode ini, sekolah bisa mengidentifikasi gaya belajar, kekuatan dominan, potensi kepemimpinan, hingga risiko psikologis yang mungkin dihadapi seorang siswa.
Metode talent DNA ini dikembangkan oleh Ary Ginanjar dan telah diterapkan di beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan kepemimpinan nasional.
“Anak-anak kita sekarang hidup di era informasi yang begitu deras. Mereka rentan stres, bingung memilih arah hidup, bahkan tidak sedikit yang mengalami gangguan psikologis sejak usia sekolah. Dengan Talent DNA, kita bisa intervensi lebih dini,” sambung ketua Dekopin pusat ini.
Untuk itu, ketua koperasi SBW
yang juga penasihat fraksi PDI Perjuangan DPRD provinsi Jatim tersebut, menekankan bahwa guru Bimbingan Konseling (BK) dan kepala sekolah juga perlu mendapatkan pelatihan khusus agar bisa menindaklanjuti hasil pemetaan Talent DNA secara efektif.
“Talent DNA bisa membantu kita memahami karakter siswa. Tapi lebih dari itu, sekolah harus jadi ruang aman. Kepala sekolah, guru BK, dan seluruh tenaga pendidik harus bersinergi untuk mencegah perundungan,” tegasnya.
Selain itu, dalam pelantikan 158 kepala sekolah ini, Untari menyoroti sejumlah tantangan besar yang masih membayangi dunia pendidikan di Jawa Timur. Salah satunya adalah masih adanya lebih dari 500 sekolah negeri di tingkat SMA dan SMK yang belum memiliki kepala sekolah definitif.
“Dispendik Jatim harus segera melakukan rekrutmen atau open bidding untuk mengisi kekosongan ini. Kita butuh kepala sekolah yang siap bekerja, terbuka terhadap perubahan, dan paham bahwa dunia pendidikan sedang menghadapi tantangan besar,” tukasnya.
Untari juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah. Dia mengakui bahwa masih ada laporan praktik pungutan liar (pungli) yang mencoreng nama dunia pendidikan di Jatim.
“Kita tidak bisa menutup mata. Ada praktik pungli di beberapa sekolah. Maka kepala sekolah baru harus membangun kerja sama yang baik dengan komite sekolah. Semua harus transparan dan akuntabel. Kalau memang butuh partisipasi orang tua, harus dijelaskan dengan terbuka,” harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Untari mengingatkan para kepala sekolah yang baru dilantik agar memahami bahwa jabatan tersebut bukan sekadar posisi administratif, tetapi juga posisi strategis dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Jawa Timur.
“Jangan bekerja sendirian. Bangunlah tim yang kuat dengan guru, komite, dan wali murid. Jangan sampai kepala sekolah menjadi menara gading. Harus turun tangan langsung, tahu kondisi riil anak-anak, dan mau mendengar,” harapnya.
Karenanya, Untari mengajak semua pihak, mulai dari DPRD, eksekutif, dunia usaha, hingga masyarakat sipil untuk mendukung langkah-langkah progresif dalam dunia pendidikan.
Dengan dukungan terhadap program Talent DNA dan pelantikan ratusan kepala sekolah baru, Sri Untari menegaskan bahwa saat ini adalah momentum untuk memulai babak baru pendidikan Jawa Timur yang lebih berorientasi pada penemuan bakat dan penguatan karakter.
“Anak-anak kita bukan mesin nilai. Mereka adalah manusia dengan talenta luar biasa yang harus dikenali sejak dini. Kita butuh sistem yang bisa mendeteksi dan mengembangkan itu semua,” pungkasnya.(Yul)







