Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo mengusulkan empat hal guna memperkuat industri primer. Ini penting dilakukan agar para pemuda di tiap daerah khususnya pedesaan tidak pergi ke kota hanya untuk mencari pekerjaan.
“Tidak sedikit pemuda yang pergi ke kota untuk mencari kerja justru hanya menjadi pengangguran. Oleh sebab itu industri primer harus diperkuat, jadi jangan hanya mengirim pisang atau pohong saja ke distributor tapi upayakan sudah berupa keripik pisang atau olahan lainnya untuk memberi nilai lebih,” ungkap Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim saat membuka “Job Market Fair di Jawa Timur Tahun 2016” di Jatim Expo, Surabaya, Selasa (24/05).
Ia menjelaskan, upaya penguatan yang pertama yakni dengan memberi nilai tambah pada tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipekerjakan harus diberi gaji lebih lewat peningkatan produktivitas dan ketrampilan. Karenanya sekolah harus membuat kurikulum baru untuk mendidik tenaga terampil. “Disinilah tugas Gubernur yaitu ikut berinvestasi untuk membangun sarana pelatihan atau Balai Latihan Kerja (BLK),” terangnya.
Metode penguatan industri primer yang kedua lanjutnya, yakni memperbanyak pendidikan vokasional baik lewat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ataupun community collegue yaitu program setahun yang diberikan setelah lulus SMU. Walaupun kenyataannya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) justru ada pada jenjang pendidikan SMK sebesar 7,09%, diikuti SMA sebesar 6,55%. Ini disebabkan dari 2600 SMK yang ada di Jatim hanya 1100 yang akreditasinya bagus. “Seribu lima ratusan SMK yang akreditasinya jelek ialah SMK swasta yang tidak memiliki tempat pelatihan ketrampilan yang memadai,” imbuhnya.
Di sisi penyerapan tenaga kerja lanjutnya, masih didominasi pekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) yaitu sekitar 66,84%. Dicontohkan pekerja TKI dari Indonesia lulusan SD yang bekerja di Taiwan memiliki gaji Rp. 14 juta sama dengan pekerja Filipina lulusan sarjana. Jika para TKI lulusan SD tersebut memiliki ketrampilan dan kemampuan lebih tentu gajinya akan lebih tinggi. “Sekali lagi jumlah tenaga terampil harus ditambah dengan melakukan restrukturisasi pendidikan, dan dibutuhkan peran pemerintah untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Menurutnya, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Prov. Jatim harus fokus mengurusi BLK dan UPT Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja untuk mengatasi masalah kurangnya ketrampilan calon tenaga kerja. Dari jumlah 16 BLK yang ada hendaknya jumlahnya ditambah menjadi 30 BLK, bekerjama dengan Kementrian Tenaga Kerja RI. Dengan demikian jumlah tenaga terampil dan siap kerja yang dihasilkan bisa naik hingga 30 ribu orang. “Rencana ini harus menjadi program konkrit dan dianggarkan pada rencana anggaran tahun 2017,” tukasnya.
Metode selanjutnya yakni dengan melakukan hubungan industrial yang baik serta menyiapkan semua infrastruktur yang memadai. Jika keempat hal itu bisa terpenuhi maka industri primer akan berkembang baik, dan pada akhirnya bisa mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Indonesia dan Jatim khususnya. “Kondisi hubungan industrial di Jatim yang stabil, dan meningkatnya kualitas, produktivitas dan daya saing SDM nantinya akan berdampak pada perkembangan investasi di Jatim. Yang bermuara pada fluktuasi angka peluang dan kesempatan kerja di Jatim,” jelasnya.
Ia berharap, melalui “Job Market Fair di Jawa Timur Tahun 2016” mampu meningkatkan fungsi-fungsi pelayanan publik untuk mendukung upaya Penurunan Tingkat Pengangguran (TPT) di Jatim. Momentum itu juga sebagai upaya peningkatan sinergitas sekaligus menjalin komunikasi dan perluasan jaringan menuju Prov. Jatim lebih sejahtera dan berkeadilan. “Saya mendorong terjadinya replikasi pelayanan publik yang sudah dilakukan SKPD Provinsi oleh pemerintah Kab/Kota se Jatim,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Disnakertransduk Prov. Jatim Drs. Sukardo, M.Si menyampaikan, tahun 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jatim sempat naik signifikan menjadi 4,47% dari sebelumnya 4,19% di tahun 2014. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jatim di triwulan I tahun 2016 menunjukkan gejala positif, yakni TPT Jatim turun menjadi 4,14%. Dengan TPT per Pebruari 2016 sebesar 4,14% jumlah penganguran di Jatim turun menjadi 892 ribu orang. Selain itu, tahun 2015 jumlah tenaga kerja yang terkena PHK mencapai 7.260 orang. PHK tahun 2016 bulan Januari sampai dengan April sebanyak 2.450 orang.
“Melalui Job Market Fair tahun 2016 yang dilaksanakan tanggal 24 sampai 25 Mei 2016 ini diharapkan dapat membantu percepatan penempatan tenaga kerja. Selain itu untuk mempertemukan para pencari kerja dan penyedia kerja. Sehingga harapannya bisa mengurangi angka pengangguran di Jatim,” harap Sukardo.
Turut hadir Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Barenbang) Ketenagakerjaaan Kementrian Tenaga Kerja RI Sugiarto Sumas, Kepala Disnakertransduk Prov. Jabar, Jateng, Jogya, Bali serta Kadisnakertrand Kab/kota se Jatim, serta pejabat strukturan di lingkungan Setda Prov. Jatim. (**).