Gubes UNAIR: Kolaborasi Antar Sektor Perkuat Program Kesehatan Masyarakat

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Prof. Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S. resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar ke-533 Universitas Airlangga (UNAIR). Tepatnya pada Rabu (15/12/2021) di Aula Garuda Mukti, Kantor manajemen Kampus C UNAIR.

Dalam kesempatan pidatonya, beliau menyampaikan orasi ilmiah mengenai “Kekuatan Kolaborasi untuk Value Maksimal Program Kesehatan Masyarakat”.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) itu menjelaskan bahwa memahami bidang kerja keilmuan kesehatan masyarakat yang demikian luas, maka perlu adanya kolaborasi dalam menyelenggarakan program kesehatan, dan upaya penurunan kematian ibu dan bayi.

“Kematian ibu hamil dapat terjadi selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan (masa nifas), hal ini disebabkan karena proses penanganannya, bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera,” jelas Prof. Nyoman.

Selain itu, tambahnya, kematian ibu dan bayi merupakan salah satu goal dalam SDGs. Kematian ibu dan bayi, terangnya, adalah indikator kualitas pelayanan kesehatan, indikator kualitas hidup bahkan indikator kemakmuran suatu bangsa.

“Dalam siklus kehidupan, kelompok Ibu hamil, ibu nifas dan bayi adalah kelompok yang sangat rentan terhadap berbagai risiko atau masalah kesehatan. Terlebih di tengah pandemi Covid-19 ancaman tersebut menjadi semakin tinggi,” ungkap Prof. Nyoman.

Lebih lanjut, deteksi dini yang baik dilaksanakan secara kolaborasi antara sektor kesehatan dan non kesehatan termasuk masyarakat, adalah awal untuk pengelolaan kesehatan ibu hamil dan bayi yang semakin baik.
Bukti Empirik Kekuatan Kolaborasi.

Kekuatan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah kesehatan ibu dan bayi di Kota Surabaya melalui aktivitas pendampingan kolaboratif oleh sivitas akademika UNAIR. Dengan berbagai kekayaan intelektual yang dimiliki, yang melekat pada seluruh sivitas akademika termasuk alumni, merupakan kekuatan besar sebagai modal luar biasa untuk dapat mencegah kematian ibu dan bayi.

“Pada tahun 2014, Kota Surabaya memiliki jumlah kematian ibu yang tertinggi yaitu nomor 1 di Jawa Timur. Kondisi ini seperti anomali, karena di Kota Surabaya tersedia berbagai fasilitas Kesehatan, tenaga kesehatan, laboratorium medis, akses geografis menuju ke pelayanan kesehatan yang relatif mudah daripada kota lainnya di Jawa Timur,” ujar Prof. Nyoman.

Selain menjadi kontributor kematian ibu, tandasnya, Kota Surabaya juga menjadi kontributor kematian bayi nomor 6 di Jawa Timur pada tahun 2010-2013. Pada bulan Januari sampai September tahun 2021, lanjutnya, tercatat kematian ibu di Jawa Timur sebesar 1.127 kematian. Dari 1.127 kematian tersebut, 810 orang (72%) disebabkan terpapar Covid-19 dan sisanya adalah karena non Covid-19 yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi.

“Secara jumlah, kematian ibu di Jawa Timur sangat meningkat saat puncak pandemi Covid-19, namun di sisi lain ternyata posisi Kota Surabaya sebagai kontributor kematian ibu menurun sangat tajam. Pada 2014, Kota Surabaya sebagai kontributor nomor satu kematian ibu di Jawa Timur, namun pada tahun 2021 ternyata kota Surabaya mampu menggeser posisinya menjadi nomor 33,” papar Prof. Nyoman.

Demikian juga dalam hal kematian bayi, Kota Surabaya juga telah berhasil menggeser posisinya, dari 10 besar penyumbang kematian bayi, menjadi urutan ke-29 penyumbang kematian bayi di Jawa Timur pada tahun 2020.

“Banyak hal yang dilakukan dan yang paling menonjol adalah aktivitas kolaboratif dengan berbagai sektor dimana sivitas akademika UNAIR adalah salah satunya. Kembali hal ini menunjukkan kekuatan sebuah kolaborasi,” tandas Prof. Nyoman.

Geliat Airlangga dalam Pendampingan Kolaboratif
Melalui mottonya “Continuum of Care”, pada tahun 2018 sampai 2021 sivitas akademika melakukan “Pendampingan Kolaboratif” pada 724 ibu hamil di Kota Surabaya. Ibu hamil yang sudah melahirkan sejumlah 614 orang dan semua selamat meskipun mereka memiliki berbagai riwayat masalah kesehatan, termasuk preeklamsi. Sampai data ini dilaporkan terdapat 72 orang belum melahirkan dan mereka dalam pemantauan pendamping dalam kondisi sehat (data per bulan November tahun 2021).

“Sangat banyak yang bisa kita lakukan dengan kolaborasi karena kolaborasi justru mampu menciptakan kekuatan luar biasa yang melampaui kekuatan individu. Kolaborasi adalah fondasi yang sangat penting untuk pelaksanaan berbagai program Kesehatan Masyarakat untuk hasil yang semakin bernilai,” pungkasnya. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait