SURABAYA, Beritalima.com|
Stanford University dan Elsevier Report baru saja merilis daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Yang membanggakan, Guru Besar Universitas Airlangga Prof Dr. Moh Yasin M.Si berhasil masuk dalam Top 2% Scientist in the World: Single Year Impact 2020-2021.
Pemeringkatan itu dipublikasikan pada publikasi ilmiah berjudul Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standardized Citation Indicators. Pemeringkatan Top 2% Scientist in the World: Single Year Impact 2020-2021 didasarkan pada c-score, yaitu jumlah sitasi publikasi yang tidak termasuk sitasi oleh diri sendiri atau nonself-citation.
Prof Moh Yasin yang merupakan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR mengungkapkan, sebanyak 211 publikasi miliknya telah terbit pada jurnal terindeks Scopus. Publikasi ilmiah yang ia lalukan sejak tahun 2008 itu telah disitasi oleh artikel lain sebanyak 1.100 kali, dengan H-Index Scopus 16.
“Merupakan suatu kebanggaan bagi para peneliti bisa masuk Top 2 Persen, karena untuk masuk penghargaan tersebut sangat susah dan sangat ketat seleksinya,” terang Prof Yasin.
Topik penelitian yang dilakukan Prof Yasin sebagian besar berkaitan dengan optoelectronics dan fotonik, optik, dan enabling and strategic technologies. Penelitian terkait sensor fiber optic terbaru yang ia lakukan yaitu berkaitan dengan deteksi berbagai hal, mulai dari parameter fisika, kimia, maupun bidang medis ataupun food safety.
“(Penelitian tentang, Red) Pengujian bahan pengawet dan makanan. Serta aplikasi dalam bidang medis untuk mendeteksi kelainan detak jantung. Itu (penelitian, Red) yang terakhir,” sambungnya.
Prof Yasin berharap, penghargaan yang telah diberikan oleh Stanford University dan Elsevier Report tersebut dapat memacu para peneliti, terutama di Indonesia, untuk lebih berpacu dan meningkatkan hasil karyanya di level internasional.
Sebagai informasi, terdapat sebanyak 58 ilmuwan asal Indonesia yang masuk dalam daftar 2 persen ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Pemeringkatan itu dilakukan oleh tiga peneliti Stanford University, yaitu Prof John Ioannidis, Jeroen Baas, dan Kevin Boyack. (Yul)