SURABAYA, beritalima.com|
Prof Dr Muhammad Luthfi drg MKes dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga (Unair) dalam bidang ilmu Imunologi Molekuler Infeksi Rongga Mulut. Proses pengukuhan itu berlangsung pada Rabu (26/7/2023) di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen, Kampus MERR-C Unair.
Dalam sesi orasi, Prof Luthfi memaparkan hasil risetnya terkait masalah karies gigi pada anak usia dini. Ia mengungkap, prevalensi kasus tersebut mencapai 80 sampai 90 persen di berbagai negara berkembang.
Lebih lanjut, karies gigi merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans (S. mutans). Penderita karies gigi umumnya mengalami gejala nyeri, abses akut maupun kronis, demam, dan pembengkakan pada bibir sehingga nafsu makan menurun.
“Karies gigi pada anak usia dini adalah masalah kesehatan yang sangat serius karena bisa menular. Penyakit ini juga menjadi faktor infeksi dari berbagai penyakit sistemik,” tutur guru besar FKG ke-41 tersebut.
Di samping itu, Prof Luthfi menyebut berbagai upaya pencegahan karies gigi telah dilakukan.
“Misalnya, menggosok gigi yang benar, fluoridasi dengan topikal aplikasi, bahkan pembuatan vaksin yang sampai saat ini belum menunjukkan hasil maksimal,” ujarnya.
Temuan Neutrofil sebagai Marker Deteksi Karies Gigi
Persoalan inilah yang mendorong Prof Luthfi beralih pada identifikasi peran imunologi dari sel kekebalan tubuh bawaan, yakni sel neutrofil. Menurutnya, sel tersebut dapat melindungi atau mencegah infeksi akibat karies gigi. Selain itu, neutrofil sebagai komponen pertahanan utama terhadap mikroba berfungsi untuk mengatur aktivasi respon imun.
“Neutrofil memiliki peran yang penting dalam membunuh mikroba patogen melalui proses fagositosis, yang secara signifikan lebih efektif karena adanya proses opsonisasi oleh antibodi dan komplemen pada permukaan mikroba,” terang Prof Luthfi.
Ia juga menjelaskan, permukaan sel neutrofil mengandung reseptor spesifik yang mampu mengenali mikroba. Di antaranya, reseptor IgA atau FcαR (CD89) dan reseptor komplemen 1 (CR1, D35). Kedua reseptor itu, lanjutnya, berpotensi menjadi penanda deteksi karies gigi pada anak usia dini.
“Kualitas netrofil yang menurun memicu melemahnya fungsi fagositosis neutrofil yang terdeteksi melalui ekspresi CD35 dan CD89. Serta ekspresi CD63 dan CD66b pada permukaan netrofil saliva menyebabkan peningkatan S. mutans pada permukaan gigi mengalami demineralisasi,” terang guru besar Unair PTN-BH ke-289 itu.
Pada akhir, proses pengukuhan diakhiri dengan sesi testimoni dari putra Prof Luthfi. Kendati di sela-sela kesibukan menjadi akademisi, rupanya Prof Luthfi juga masih meluangkan waktu untuk hobinya berternak hewan. (Yul)