Jakarta | beritalima.com – Memahami statement yang disampaikan Nanik S. Deyang Wakll Kepala Badan Gizi Nasional bidang Komunikasi Publik dan Investigasi mengingat betapa seriusnya pimpinan BGN mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.
Hal itu diucapkan Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, Guru Besar Ilmu Gizi IPB University saat press konference di Kantor Badan Gizi Nasional, Senin (22/9/2025).
Sejauh ini tentunya gangguan terkait dengan insiden keamanan pangan (keracunan) berdasarkan hasil pemeriksaan Lab Kesehatan Jawa Barat. Hampir tidak ada yang kaitannya dengan masalah fisik seperti pernah melihat rambut atau steples.
“Ternyata itu tidak ada, jadi itu pun kecil sebetulnya dan menurut saya yang penting sebenarnya bagaimana jangan sampai ada anak-anak, sasaran ibu hamil, ibu menyusui mengalami gejala gangguan kesehatan,” tandas Prof. Hardin dihadapan awak media.
Ditegaskan Prof. Hardin, insiden keamanan tadi, untuk menghindari jangan sampai ada gejala gangguan kesehatan. Apalagi gangguan kesehatan, gejalanya saja jangan sampai terjadi seperti terganggu makannya, kemudian aroma tidak sedap kwmudian mual dan muntah.
“Kalau sudah muntah, mual itu berarti sudah mulai pada gejala gangguan kesehatan. Nah saya lebih berpikir sebenarnya ke depan mas Predi ya, bagaimana guru-guru juga kita ajak kalau untuk sekolah memahami, hal hal yang sifatnya early warning gitu ya,” terangnya.
Diharapkan ada tanggung jawab sekolah, berkenan seperti kepala SPPG, itu kan harus dicoba dulu atau dimakan dulu sebelum didistribusikannya. Lanjutnya, setelah tiba di sekolah harusnya kepala sekolah sebelum mencoba, tentunya membuka dan melihat.
“Kalau dilatih sebenarnya kita bisa melihat dari mata kepala, apa gejala dari makanan tadi. Ini tampak tidak biasa gitu ya, dari kesegarannya, dari warnanya, paling kalau dicium, ya dengan aromanya , nah berarti ya usah lagi dicoba oleh kepala sekolah kan, dan kepala sekolah takutnya jadi kelinci percobaan. Itu sebenarnya SOP ya,” terangnya.
Menurut Prof. Hardin, SOP yang benar itu memang demikian, yang konon kabarnya ada kepala sekolah keberatan, barangkali perlu atur lebih lanjut. Dengan sistem, reward sistem dan saksi. “Supaya tidak dikritis di dua tempat ini tadi, begitu tadi guru kepala mencium aromata sedap, langsung koordinasi bagaimana caranya itu ya didistribusikan,” tambahnya.
“Saya kira prevention ke depan, begitu juga kalau misalnya nanti yang ibu hamil, ibu menyusui, kalau melibatkan kader mendistribusikan, kader pertama yang akan mendistribusikan itu juga mencicipi. Sebelum mencicipi, sebenarnya melihat menggunakan indramata, menggunakan aroma penciumannya,” tandasnya.
Lanjutnya ditegaskan Prof. Hardin, bagaimana memperkuat siatem pemantauan dan memperkuat sistem pengawasan. Belum ada panduan setiap satuan pelayanan pemenuhan makanan bergizi karena dalam pengawasan terdiri dari unsur sekolah, masyarakat, dan Pemerintah.
“Sehingga, paling tidak mereka sekali sebulan, itu ada meeting untuk mendistribusikan apa yang terjadi sebelumnya dan apa ke depannya. Setiap minggu mereka bisa bergiliran juga, sebagai pihak yang lebih independent. Satu lagi, program masyarakat, satu lagi program orang tua,” tambahnya.
Jurnalis : Dedy Mulyadi






