Guru Besar Ilmu Komunikasi Sebut Narsis Sebagai Kelalaian

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Beberapa waktu lalu pengguna media sosial Instagram ramai mengikuti tren “bagikan momen” yang berujung petaka. Pasalnya data-data yang diunggah dalam tren itu disalahgunakan oleh pihak tak bertanggungjawab. Sebut saja kasus penipuan online hingga pinjaman online dengan modal data-data pribadi korban sekelas tempat dan tanggal lahir saja.

Kejadian tersebut membuat Guru Besar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Dra. Rachmah Ida, M.Comms., Ph.D angkat bicara. Ia menyebut sikap narsistik dalam bersosial media sebagai kelalaian.

“Jadi memang betul media sosial itu dipakai ajang narsis. Karena kita menyimpan memori-memori masa lalu secara gratis menggunakan penyimpanan cloud. Dari situ konsekuensinya orang menggunakan data kita. Itu juga karena kita sendiri kan yang mengunggah data-data tersebut,” paparnya.

Prof Rachmah menjelaskan, media sosial dulunya diciptakan sebagai penghubung bagi penggunanya untuk membangun jejaring sosial. Namun belakangan fungsinya semakin variatif. Media sosial kini menjadi ruang dan ajang bagi individu untuk menunjukkan sisi lain dari kehidupan dan identitasnya.
Dari sana, pengguna media sosial dapat terbebas dari norma-norma yang mengekangnya di dunia nyata.

Selain itu, media sosial juga menjadi ruang eksistensi bagi seseorang untuk mendapatkan perhatian dari banyak orang.

“Kalau di dunia nyata itu kan ada norma-norma, sehingga mereka tidak bisa melanggar dan terkungkung oleh norma-norma. Lalu mereka pakai media sosial karena disana tidak ada yang mengawasi,” terangnya.

Menurut Dosen FISIP itu, tidak semua tren yang sedang ramai di sosial media perlu diikuti. Unggahan di media sosial juga sebisa mungkin hanya data-data aman yang dapat dibagikan.

Beberapa data yang Prof Rachmah himbau agar tidak dibagikan di antaranya nama ibu kandung, alamat rumah, tempat dan tanggal lahir. Sebab, data-data tersebut berhubungan dengan akun bank, sehingga sangat berisiko disalahgunakan.
Ia juga menyarankan agar berhati-hati dalam mengunggah foto wajah. Mengingat, saat ini banyak sistem keamanan yang menggunakan pengenalan wajah.

“Bisa saja foto kita dipakai untuk membuka kunci akun m-banking kita,” timpalnya.

Yang tak kalah penting, pencurian data dapat diminimalisir dengan menggunakan fitur privasi. Dimana hanya teman yang kita pilih saja yang dapat melihat atau mengakses foto-foto atau informasi tentang kita. Hal ini patut dilakukan, sebab seringkali kejahatan terjadi bukan dari teman, melainkan dari teman ke teman.

“Narsis boleh, narsis yang wajar yang tidak menunjukkan secara detail tentang siapa kita. Karena kita sendiri yang harus menjaga keamanan diri kita. Jadi, narsis boleh, tapi hati-hati,” tekannya. (Yul)

Caption:
GURU Besar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Dra. Rachmah Ida, M.Comms., Ph.D.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait