SURABAYA, Beritalima.com|
Prof Dr Gondo Mastutik drh MKes melakukan penelitian berjudul Patologi Molekuler dalam Tata Laksana Keganasan pada Era Kedokteran Presisi. Penelitian itu ia sampaikan langsung dalam sidang terbuka pengukuhan guru besar pada Rabu (27/12/2023) di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C, Unair.
Dalam acara seremonial itu, ia resmi menyandang gelar guru besar dalam Bidang Ilmu Patologi Molekuler.
Patologi molekuler adalah cabang ilmu patologi anatomik yang mengkaji tentang patogenesis penyakit pada tingkat molekuler. Termasuk tingkat gen, hasil transkripsi gen, dan hasil translasi gen yaitu DNA, RNA, dan protein.
Patologi molekuler ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya lebih sensitif, mampu mendeteksi penyakit lebih dini, serta mampu meningkatkan perawatan dan kelangsungan hidup pasien.
“Pemeriksaan patologi molekuler menggunakan teknik molekuler. Teknik ini terus berkembang dengan adanya teknik-teknik baru seperti next generation sequencing, dan whole genome sequencing. Oleh karena itu, patologi molekuler mulai berkembang menjadi kedokteran presisi,” ungkapnya.
Terapi Target, Kedokteran Personal, dan Kedokteran Presisi
Dalam orasinya, Prof Gondo mengungkapkan bahwa ada banyak penyakit kanker yang lahir karena mutasi gen seseorang yang bersifat spesifik dan berbeda-beda.
Hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan dasar untuk menentukan terapi, memprediksi respons pengobatan, dan memprediksi hasil penyakit sehingga menjadi terapi target atau kedokteran personal.
Namun, orang-orang seringkali menggunakan istilah terapi target, kedokteran personal, dan kedokteran presisi secara bersamaan. Padahal ketiganya memiliki penekanan yang berbeda-beda.
Dalam hal ini, terapi target adalah metode pengobatan kanker yang menargetkan molekul. Lalu, kedokteran personal adalah metode pengobatan kanker yang berdasar pada karakteristik biologi spesifik pasien.
Di sisi lain, kedokteran presisi adalah metode yang rancangannya berdasar pada variasi genetik, perubahan molekuler, dan lingkungan antara individu. Hal ini memungkinkan setiap individu mempunyai pengobatan yang berbeda-beda, tergantung karakter biologis yang mereka miliki.
“Kedokteran presisi ini mempunyai cakupan lebih luas dari terapi target atau kedokteran personal,” ucap dosen Fakultas Kedokteran (FK) itu.
Tantangan dan Peluang
Lebih lanjut, Prof Gondo mengakui bahwa untuk mengimplementasikan pemeriksaan molekuler bukanlah pekerjaan yang mudah. Metode ini akan memakan waktu dan biaya yang cukup besar serta menurunkan kualitas hidup para penderita. Namun di sisi lain, pengobatan pasien menuju target sasaran masih memiliki beberapa kelemahan.
Ke depannya bidang ilmu kedokteran akan menghadapi era baru metode pengobatan yaitu era kedokteran presisi. Era baru ini cukup menjanjikan untuk mengatasi persoalan dalam pengobatan kanker dan tengah menjadi topik pembicaraan dalam dunia kedokteran.
“Kedokteran presisi ini merupakan metode pengobatan dan pencegahan kanker yang holistik, menyeluruh, dan tepat sasaran berdasarkan karakter biologi khusus dari masing masing orang. Pengobatan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi efek samping,” tukasnya. (Yul)