Aceh Utara, Beritalima – Mirisnya nasib seorang guru pengajian anak Desa Alue Papeuen, Kec. Tanah Jambo Aye, Kab. Aceh Utara. Sebut saja Ustazah Hamimah (58), wanita tunggal yang terpaksa harus meninggalkan rumahnya karena tak layak huni.
“Dua tahun dua bulan rumah itu saya tinggalkan, kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi saya huni,” ujarnya serak, saat dijumpai wartawan dikediaman rumah Geuchik Alue Papeuen, Usman Kaoy, Senin (03/07/17).
Bagi perempuan paruh baya ini, hidup hanya ingin dinikmati dengan kondisi sesederhana mungkin, namun, mengenai tempat tinggal merupakan harapan besarnya. Rumah idaman yang layak huni diidam-idamkannya, dengan alasan bisa terus mengejar ngaji anak-anak.
Sedikitnya, ia (Hamimah) memiliki 40 anak santri dan santriwati yang ia ajarkan pengajian Tajwid. Namun, karena kondisi rumah yang demikian, murid-muridnya berangsur berhenti belajar di rumahnya. “Saat kami mengaji, pas musim hujan atabnya bocor, al-quran anak-anak basah kena ciprakan air atab,” ujarnya.
Amatan wartawan, rumah Hamimah telah usang termakan usia, dimana atap-atap rumah sudah diterpa angin, dinding papan sembarang sudah mengeluarkan bubuk dan rentan keropos. Diperkirakan rumahnya hunian ustazah ini memiliki luas sekitar 7 x 6 meter persegi, memiliki satu kamar tidur, sebuah tempat duduk belajar ngaji yang dibuat dari batang pinang juga dapur mengalami rusak parah.
Demikian juga lantai tanah, di bagian dalam rumah lantai tersebut sudah tidak rata, sebagian besarnya berlobang-lobang. “Lobang itu karena air hujan yang mengendap. Sempat beli tanah timbun, tapi saya tidak kuat kerja, sehingga saya terpaksa meninggalkan rumah saya ini” lanjutnya.
Hamimah yang hidup sebatang kara itu, saat ini hanya menumpang hidup di rumah adiknya yang juga Geuchik desa setempat. Hamimah mengaku sedih, pasalnya rumah yang ditempati tersebut telah berkali-kali di Photo, agar dapat bantuan, namun semua itu hanyalah omong kosong.
Sementara itu, Usman selaku Geuchik setempat membenarkan, banyak pihak tertentu mendatangi rumah kakaknya itu untuk di Photo, dengan harapan mendapat bantuan, namun, hasilnya nihil.
“Kami selaku pemerintah desa, telah mendampingi pihak-pihak tertentu yang mendtangi rumah Kak Mah, meskipun saya Geuchik namun, terkadang lebih sulit jika harus mengutamakan kelurga sendiri, tapi hakikatnya, semua warga desa adalah tanggung jawab saya yang tidak ada perbedaan. Tapi tetap saja, tidak memungkinkan saya perioritaskan, hal ini saya hindari agar tidak menimbulkan fitnah,” terangnya, mendamping Hamimah.
“Saya juga sudah menyampaikan perihal ini kepada beberapa anggota Legeslatif, dengan harapan, melalui apirasinya bisa menyelamatkan rumah pengajian ini, namun apa boleh buat, belum ada yang terketuk hatinya,” tutup Usman Kaoy.
Kendati menumpang hidup, Hamimah tetap saja masih mengajarkan ngaji anak-anak di rumah Geuchik Usman. Dengan ijin Usman, kini puluhan anak masih mendapatkan ilmu pengajian tajwib yang rentan hilang termakan waktu bagi anak-anak daerah.
Efendi Noerdin