Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. H. Saifullah Yusuf mendorong kerjasama antara Jatim dan Australia dalam bidang standarisasi mutu produk, khususnya produk agro, makanan dan minuman. Kerjasama ini diharapkan dapat menyeimbangkan neraca perdagangan Jatim-Australia yang mengalami defisit.
“Kami ingin produk Jatim sejak dari awal atau di on farm, proses, hingga jadi bisa sesuai dengan standar Australia. Sehingga bisa diterima oleh pasar Australia” kata Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. H. Saifullah Yusuf saat menerima kunjungan kerja Wakil Menteri Perdagangan dan Investasi Australia, Mr. Keith Pitt di Hotel Sheraton Surabaya, Selasa (7/11).
Gus Ipul, sapaan akrab Wagub Jatim mengatakan, Australia memiliki standar yang ketat terkait produk impor yang bisa masuk ke negara tersebut, sehingga produk yang bisa masuk pasar Australia sangat berkualitas. Karena itu, kerjasama standarisasi mutu produk menjadi langkah tepat agar produk Jatim bisa diterima pasar Australia.
“Kami siap mengikuti dan memenuhi standar Australia. Jika produk Jatim bisa masuk pasar Australia, ini berdampak positif pada neraca perdagangan Jatim yang masih defisit dengan Australia” katanya.
Berdasarkan data BPS, dalam kurun waktu 2013-2017, kinerja perdagangan Jatim-Australia menunjukkan defisit bagi Jatim. Pada 2015, ekspor Jatim ke Australia mencapai 392,52 Juta US$, sedangkan impornya mencapai 555,48 Juta US$ (defisit -162,96 Juta US$), kemudian tahun 2016 ekspor Jatim mencapai 358,60 Juta US$, impornya mencapai 518,73 Juta US$ (defisit -160,13 Juta US$). Sementara sampai dengan September 2017, ekspor Jatim mencapai 282,22 Juta US$, impornya mencapai 720,86 atau defisit -438,64 Juta US$.
Dengan adanya standarisasi mutu, lanjut Gus Ipul, diharapkan makin banyak komoditi Jatim yang diekspor ke Australia. Adapun 10 komoditi utama non migas Jatim yang diekspor ke Australia adalah kayu, barang dari kayu, kertas karton, daging dan ikan olahan, berbagai barang buatan pabrik, mesin/peralatan listrik, besi dan baja, plastic dan barang dari plastic, perabot, penerangan rumah, alas kaki, serta produk industri farmasi.
Sementara dari kinerja investasi, Australia termasuk dalam 10 besar realisasi investasi PMA pada triwulan 3 Tahun 2017. Adapun realisasi PMA tersebut sebanyak 28 proyek dengan nilai US$ 17.794,4 ribu. Sementara negara yang paling besar investasi PMA di Jatim adalah Singapura.
Australia Siap Kerjasama Standarisasi Mutu Produk
Dalam kesempatan ini, Wakil Menteri Perdagangan dan Investasi Australia, Mr. Keith Pitt menyatakan siap untuk menindaklanjuti rencana kerjasama standarisasi mutu produk dengan Jatim. Menurutnya, Australia memiliki system standarisasi yang tinggi, setiap produk impor akan dilakukan riset pasar dan pengujian dengan seksama.
Dengan adanya kerjasama standarisasi mutu produk, diharapkan produk asal Jatim makin berkualitas sehingga bisa memenuhi standar di Australia. Keith juga menekankan pentingnya peningkatan teknik dan inovasi dalam pertanian agar produk semakin melimpah dan berkualitas.
“Jatim adalah pangsa pasar yang besar, dan banyak komoditi yang dibutuhkan oleh Australia. Kami harap kerjasama ini nantinya bisa lebih banyak lagi komoditi yang bisa kami impor dari Jatim” katanya.
Keith juga optimis kerjasama ini dapat segera diwujudkan, pasalnya Jatim memiliki pangsa pasar yang besar serta situasi dan kondisinya relative kondusif, khususnya di bidang politik. “Politik bisa mempengaruhi iklim bisnis, tapi di Jatim kondisinya sangat baik” pungkasnya. (rr)