SURABAYA, beritalima.com – Dunia usaha kuliner di Jawa Timur bisa menjadi andalan untuk mendatangkan wisatawan dan investor. Umumnya para investor yang ingin berinvestasi atau wisatawan yang berkunjung di suatu daerah, melihat beberapa hal yang mendukung untuk keperluannya. Salah satunya kuliner, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan investor.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Jatim Drs. H. Saifullah Yusuf saat membuka Seminar Survival Strategy for Food & Beverage Business di Ruang Konferensi IV Gedung Radius Prawiro lantai 10 Kampus UK Petra Surabaya, Selasa (16/5).
Ia mengatakan, daya tarik kuliner Jatim memang luar biasa. Berdasarkan data Apkrindo Jatim, pertumbuhan usaha kuliner cukup tinggi di tengah ekonomi global yang melambat, yakni sekitar 15-20 persen. “Pertumbuhan usaha kuliner tinggi sekali. Sehingga melihat potensi dunia kuliner ini harus diberikan perhatian khusus,” ujar Gus Ipul sapaan lekat Wagub Jatim.
Karena itu, Gus Ipul mengapresiasi kerjasama antara Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim dengan Continuing Education Center/CEC Universitas Kristen Petra Surabaya untuk mempersiapkan hadirnya pengusaha-pengusaha kuliner yang inovatif, kreatif, serta mampu melihat pasar dengan cermat.
“Saya senang Apkrindo Jatim bekerja sama dengan UK Petra. Kerjasama ini membuktikan bahwa Apkrindo telah mampu memperbaiki kualitas dalam rangka menghadirkan kuliner yang punya daya saing, dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.
Gus Ipul berharap, kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, dan akademi harus terus diperkokoh agar bisa jadi pemenang dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA.
Gus Ipul Paparkan Kiat Sajikan Kuliner yang Baik
Dalam kesempatan itu, Gus Ipul memaparkan kiat menyajikan kuliner yang baik di hadapan mahasiswa UK Petra Surabaya. Ia menjelaskan, pengusaha kuliner harus memperhatikan beberapa hal penting, antara lain transparansi, bahan baku, dan kemasan. Sebab, semakin sejahtera masyarakat, maka keinginan untuk memperoleh sajian yang menarik, berkualitas, sehat dan bermutu terus meningkat.
Dijelaskan, di era transparansi sekarang ini, penikmat kuliner ingin melihat proses, bahan baku dan cara pengolahan masakan lebih transparan. Semakin maju masyarakat, semakin ingin transparan dalam semua hal. Tidak hanya transparan di bidang pengelolaan keuangan, tetapi juga di semua bidang termasuk juga proses kuliner yang disajikan dan Ingin tahu di dalam dapur seperti.
“Kalau dilihat restoran di luar negeri, sudah menjadikan dapur transparan dari kaca. Jadi orang bisa lihat prosesnya hieginis atau tidak. Sehingga kita harus memastikan bahwa proses ini benar, sehat, dan terjamin. Kalau bisa dapur berada di depan, agar orang yang beli makanan bisa lihat dengan benar proses memasaknya. Sebab, kata kunci kuliner sukses itu di dapur,” pintanya.
Lebih lanjut disampaikannya, yang tidak kalah pentingnya dalam menyajikan kuliner yakni bahan baku. Bahan baku kuliner yang ada di Jatim tercukupi dari lokal, tidak bergantung impor. Kepada para pengusaha kuliner harus bisa memanfaatkan bahan baku yang dimiliki dengan inovasi dan kreativitas. Tujuannya adalah menghadirkan suatu makanan yang berbeda, istimewa, memiliki ciri khas tertentu.
Selain itu, kemasan menjadi hal yang menarik dalam menyajikan kuliner. Dengan kemasan yang baik dan menarik bisa mendongkrak penjualan kuliner
Sementara itu, Kepala CEC UK Petra Regina Jokom, S.E., M.Sc mengatakan, seminar ini diadakan dalam dua sesi dengan menghadirkan tiga pembicara. Sesi pertama diberi tajuk Creating Sustainable Food and Beverage Business. Dalam sesi ini dibahas oleh dua pembicara yakni Tjahjono Haryono, MBA selaku Ketua Umum DPD Apkrindo Jatim dan Mufid Wahyudi selaku Sekretaris Jendral Apkrindo Jatim.
Pada sesi kedua akan dibawakan oleh Serli Wijaya, Ph.D selaku Dosen Program Studi Manajemen Perhotelan UK Petra yang membawakan sesi bertajuk Culinary Tourism: Opportunity and Challenge in Surabaya.
Dengan diadakannya seminar ini, Regina berharap pengusaha Indonesia khususnya di bisnis makanan dan minuman tidak kalah bersaing dengan pebisnis dari luar negeri. Sebab era globalisasi menyebabkan pebisnis tidak hanya bertarung dengan pemain dalam negeri, tetapi juga dari luar Indonesia. (rr)