Kyai tidak mewariskan harta tapi ilmu. Melalui majelis Sholawat mempunyai nilai yang mulia. Sehingga meski seorang Kyai sudah wafat tapi makamnya masih dikunjungi dan dicari orang. Oleh karena itu kita harus bisa mencontoh dan meneladaninya. Hidup harus bermanfaat untuk orang lain. Jangan sampai ketika masih hidup sudah tidak diakui keberadaanya.
Hal itu diutarakan Wakil Gubernur Jatim Gus Ipul pada acara Haul Akbar ke-2 KH Abdulrochim Assadyly (Pendiri Majelis Maulid Wattalim), di PP Riyadul Jannah, JL Bangkon, Pendem, Kota Batu, Sabtu (10/9) malam
Menurutnya, majelis sholawat seperti ini sangat mulia karena merupakan pendidikan karakter yang membangun akhlaq umat, yang selalu mengajak berbuat kebaikan, sesuatu yang mempunyai nilai positif di masyarakat.
Sekarang ini, lanjutnya, cakrawala pengetahuan terbuka luas dalam genggaman, tapi pornografi juga banyak. “Kita tidak mungkin mengandalkan pendidikan di sekolah-sekolah yang hanya mendapatkan pendidikan agama seminggu sekali. Maka, melalui kegiatan/ majelis yang digelar PP Riyadul Jannah seperti ini diharapkan dapat menjadi obat,” harapnya.
“Saya akan berusaha mendatangi majelis seperti ini selagi ada kesempatan. Karena Kyai/ ulama yang satu terhubung dengan ulama yang lain. Hal itu bisa sambung karena nazab keilmuan atau karena nazab pernikahan. Kalau ditarik garis keatas Insya Allah akan sambung dengan garis keturunan rosulullah,” ujarnya.
Sementara itu, Gus Rofiul Hamid ketika menyampaikan riwayat almaghfurah ayahandanya tidak bisa menahan air matanya. Dikatakan, ketika masih hidup almarhum tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah, dan meninggalkan pesan agar tidak meninggalkan amalan 3-S, yaitu Sholat, Sholawat dan Shodaqoh. Maka, setiap malam minggu diselenggrakan istighosah dengan membaca Sholawat. Tahlil dan Manakib Kubro.
Majelis Maulid yang berlangsung hingga dini hari dihadiri sekitar 70 ribu jamaah asal kota Batu dan Malang raya, para tokoh agama, para ulama, dan Kyai, antara lain KH Basori Alwi. (**).