SURABAYA, beritalima.com | Menghadapi era revolusi industri 4.0 yang berkaitan dengan digitalisasi di segala sektor, anak-anak harus ditanamkan pendidikan karakter dan sosial yang kuat sejak dini. Pola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) harus mengandung nilai-nilai seperti membangun kreativitas, inovasi, wirausaha dan kolaborasi.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak saat menjadi pembicara Seminar Nasional ‘Mewujudkan PAUD Unggul, Mandiri dan Islami di Era Revolusi Industri 4.0’ di Graha Wiyata Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, Jalan Ketintang Wiyata Surabaya, Jum’at (5/7).
Emil mengatakan, untuk menumbuhkan inovasi, anak-anak harus didorong untuk berkreasi dan mengeluarkan ide baru. Inovasi ini bisa tumbuh ketika anak mulai mengenal dunia digital.
“Inovasi ini bisa ditumbuhkan bila anak diberikan kebebasan berkreasi, mereka bisa menjadi kreatif sehingga lahirlah inovasi,” katanya.
Selain inovasi, anak-anak sedari kecil harus didorong memiliki jiwa wirausaha (entrepreneur). Dengan memiliki jiwa ini, mereka akan menjadi pribadi yang berani mencoba, berani mengambil resiko dan yang paling penting belajar bangkit dari kegagalan.
“Jangan sampai anak kecil ketika mendapat nilai jelek langsung merasa hidupnya gagal, ini banyak terjadi. Mereka harus diajari bangkit dari kegagalan, kalau nilainya jelek ya mereka harus belajar lebih giat. Mereka juga harus menjadi problem solver dari masalah yang mereka hadapi,” katanya.
Anak-anak ini, lanjut Emil, juga harus diajari bagaimana berkolaborasi dan bekerjasama. Era digital dimana anak-anak sering memakai gadget menyebabkan mereka menjadi pribadi yang cenderung egois, individualis, tidak peduli terhadap lingkungan dan kurang bersosialisasi. Padahal, untuk mencapai kesuksesasan, orang harus mau bekerjasama dengan yang lain.
“Dalam konteks menyiapkan sumber daya manusia di era 4.0 ini bukan kompetensi, tapi hal yang berbau adventure seperti inovasi, entrepreneur, kreativitas dll yang harus kita tumbuhkan,” ujarnya.
Menurutnya, di era digital seperti saat ini orang tua tidak bisa sepenuhnya melarang anak menggunakan gadget. Orang tua diharapkan mampu melindungi anak dari ancaman gadget tanpa harus menghalangi manfaat yang ditawarkan.
“Misalnya orang tua bisa membuat aturan berapa lama anak-anak bisa menggunakan gadget, kemudian mengawasi situs apa yang mereka boleh akses,” katanya.
Walaupun memperbolehkan anak-anak menggunakan gadget, menurut Emil yang penting adalah membuat anak tetap berinteraksi di dunia nyata, seperti bermain dengan teman sebaya.
Ke depan, menghadapi era revolusi industri 4.0 ini Pemprov Jatim akan mengembangkan metode pembelajaran bagi anak-anak terutama PAUD. Selain itu, Pemprov juga akan menyelaraskan kebijakan pendidikan PAUD sampai dengan level kab/kota dan desa.
“Kami mengapresiasi Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang menyelenggarakan seminar semacam ini sebagai upaya melengkapi keterbatasan pemerintah dalam menjangkau keseluruhan PAUD. Ke depan kami berencana bermitra dengan NA dalam mengembangkan metode pembelajaran augmented reality. Ini menjadi bagian kita dalam menyiapkan anak didik di era 4.0,” pungkasnya.
Seminar nasional ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah. Peserta seminar ini berasal dari seluruh kab/kota di Provinsi Jatim. (rr)