SURABAYA, beritalima.com| Setelah terbentuk, Benteng Lia, yaitu Barisan Penguatan Neng Lia yang dikomando oleh Yusuf Hidayat, menyelenggarakan silaturahmi temu ulama di Quds Royal, Rabu (5/2).
“Acara ini memang terbatas dan kami hanya mengundang 20 ulama. Latar belakang acara ini adalah kami ingin mendengar masukan dan nasehat para kiai. Tentunya adalah kiai yang memberikan respon positif terhadap hadirnya Ning Lia dalam Pilwali Surabaya”, ujar Gus Yusuf, yang juga ketua Baguss Bersatu, Barisan Gus dan Santri Bersatu kota Surabaya, dihadapan para kiai, diantaranya KH Ali Hanafiyah Akbar, Habib Zain Al Khaf, KH Abdul Mutholib, KH Abdul Cahiyi, KH Syaiful Islam, dan sebagainya.
“Saya sebagai ayah dari Lia, tentu merespon positif munculnya anak muda yang berani tampil dalam kancah politik yang dipandang sangat mahal oleh banyak pihak”, ujar KH Masykur Hasyim, ayahanda Lia. Mantan komandan Banser Jatim tersebut juga menjelaskan bahwa komunikasi terkait Pilwali Surabaya juga telah terbangun dengan KH Ali Badri dan KH Zainuddin Husni.
“Sebenarnya banyak kiai dan ulama yang merespon keberadaan Ning Lia ini. Namun kami berharap untuk langkah kongkrit awal adalah membentuk tim 9 Kiai yang mampu memberikan support positif dan arahan untuk langkah strategis Pilwali Surabaya ke depan”, ujar Yusuf.
Jika Habib Zain menjelaskan gambarannya mengenai kans Lia Istifhama sebagai pendamping Machfud Arifin, maka Baihaqi Sirajit, seorang pengamat politik yang saat itu hadir, menjelaskan memang penting sosok millenial yang bisa meraih suara signifikan grass root kota Surabaya.
“Harus diakui bahwa memang Ning Lia ini memenuhi variabel yang bisa diterima semua kalangan di kota Surabaya ini. Sosoknya merakyat dan bersahabat sehingga sampai sekarang kekuatan relawan dan simpatisannya terus bertambah meski semua tidak menampik bahwa memang ini figur yang sangat apa adanya”, ujar Baihaqi.
Lia Istifhama sendiri setelah mendengar pemaparan para kiai dan undangan yang hadir, menegaskan rasa syukurnya dalam proses Pilwali ini.
“Alhamdulillah, insya Allah sampai detik ini pun saya masih bisa menjaga diri bahwa saya tidak berambisi mengejar jabatan apapun. Bagi saya, jika kemudian Allah SWT mentakdirkan saya di balai kota, maka itu murni suara harapan warga Surabaya. Yang pasti, jika bicara program, saya pun sudah siap dengan nawa Tirta yang telah saya launching bulan 9 tahun 2019 lalu. Harapan saya, nawa Tirta bersifat seperti kebaikan yang terus mengalir dan bagaimana sebuah program memang mendatangkan kemaslahatan. Saya sendiri membayangkan, jika kemudian saya ada di balai kota, entah L1 atau L2, maka itu tugas saya untuk kemudian sering turun secara langsung, termasuk RT ke RT. Surabaya ini sudah maju, jadi yang perlu dibangun ke depan adalah selalu memonitor permasalahan di bawah. Intinya bagaimana majunya Surabaya lebih merata dan menyeluruh”, tandasnya.
Acara tersebut pun memutuskan KH Abdul Mutholib dari Wonorejo, Rungkut, sebagai ketua tim 9.
“Semoga dari tim 9 ini, dapat mengerucut siapa calon walikota yang akan bersanding dengan Ning Lia. Kami sebagai relawan sangat yakin, kalau orang ingin menang dalam Pilwali ini, maka harus gandengan dengan Ning Lia”, pungkas Yusuf, kader Nahdliyin yang sempat menjadi caleg Nasdem. (rr)