SURABAYA, beritalima.com | Mahasiswa selama ini telah berulangkali membuktikan diri bahwa mereka adalah agen perubahan. Sebut saja gerakan mahasiswa Indonesia pada tahun 1908, 1928, 1945, 1966, 1974 hingga 1998 adalah ajang pembuktian bahwa mahasiswa memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengawal berbagai perubahan di negeri ini.
“Sejarah telah mencatat, bahwa peran mahasiswa dari masa kemasa sangatlah penting dalam mengawal berbagai perubahan negara dan bangsa. Tidak hanya di indonesia, tapi di seluruh dunia. Merekalah elan vital perubahan,” ucap Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Kongres Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) VIII di Islamic Center, Surabaya, Kamis (23/2).
Lebih dari itu, Adhy mengaku bangga mahasiswa Indonesia bisa mengukir jejaknya sendiri dalam pertumbuhan dunia. Pasalnya, di belahan dunia lain, gerakan seperti pencabutan apartheid tahun 1970-1980 di Afrika Selatan, penegakan demokrasi di Lapangan Tiananmen, Beijing, China tahun 1989, serta Black Lives Matter di Amerika yang digerakkan oleh mahasiswa.
“Hal ini juga membuktikan bahwa mahasiswa memiliki kepekaan yang tinggi terhadap berbagai ketidakadilan, kesenjangan, dan permasalahan yang sedang terjadi. Mahasiswa sebagai generasi muda, memang sudah seharusnya selalu berada di garda terdepan mengatasi berbagai ketimpangan yang ada di negaranya,” jelas Adhy.
Meski begitu, mantan Staf Ahli Kementerian Sosial Rai itu inhin menggarisbawahi bahwa ia berharap gerakan mahasiswa tidak semata-mata untuk memerangi sistem lama, tetapi lebih fokus pada membangun hal-hal baru yang lebih bermanfaat.
“Kalau kata filsuf Yunani Socrates, ” The secrets of chage is to focus of all your energy, not on fighting the old, but building the new.” Artinya, banyak yang akan cepat berubah, banyak pula yang akan usang. Maka fokus kepada menyiapkan energi untuk membangun hal-hal yang baru, yang lebih inovatif sesuai dengan kebutuhan aktual,” ujarnya.
Di samping itu, Adhy juga berpesan agar para mahasiswa tetap mampu menjaga marwahnya sebagai agen perubahan. Yang mana, perjalanan mereka harus tetap suci.
“Saya berharap agar para mahasiswa akan selalu kembali ke kitthah-nya sehingga ruh perjuangan mahasiswa tetaplah murni dan tidak ditunggangi oleh kepentingan golongan tertentu. Mahasiswa harus tetap istiqomah membersamai rakyat, menentang ketidakadilan dan ketimpangan,” terangnya.
“Disertai akhlak yang karimah, mahasiwa harus tetap konsisten sebagai agen perubahan, penjaga nilai-nilai kebangsaan, penjaga moral bangsa, kontrol sosial, dan selalu siap menjadi penerus generasi untuk kemajuan bangsa dan negaranya,” ungkap Adhy.
Sementara itu, Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah (LT) Hamdan Zoelva mengatakan bahwa dirinya bahagia bisa hadir dalam Kongres SEMMI ke-8 ini. Pasalnya, SEMMI telah lama mati suri sebelum dapat bangkit kembali.
“Dan saya harap diadakan Kongres ini di Surabaya bisa menginspirasi. Karena Surabaya bukan hanya Kota Pahlawan, tapi juga kota awal bersemainya nasionalisme dan kebangkitan Indonesia,” tuturnya.
Tak hanya itu, ia menekankan bahwa SEMMI harus bisa menghadapi perubahan zaman dan beradaptasi dengan cepat. Terlebih karena dunia telah memasuki Society 5.0.
“Ada tiga hal yang menjadi ciri perubahan di masyarakat ini. Yaitu kompetisi sangat cepat, efisiensi tinggi, dan pertumbuhan sangat cepat. Maka kita tidak bisa hanya jadi penikmat teknologi, tapi melahirkan inovasi dari teknologi. Kalau terlambat menyadari itu, Anda akan mengalami kemunduran,” imbuhnya.
Di akhir, ia berharap SEMMI dapat kembali melahirkan tokoh-tokoh hebat yang selama ini mengambil peran penting dalam pembangunan Indonesia.
“Hari ini, adinda-adinda hanya duduk biasa sebagai mahasiswa. Tapi beberapa tahun yang akan datang, bisa jadi presiden, menteri, pengusaha sukses, atau job creator luar biasa. Jadi teruslah berperan aktif dalam organisasi,” pesannya.
(red)