Halal Bi Halal Fatayat NU : Merawat Kebhinnekaan dan Menjaga NKRI

  • Whatsapp

JAKARTA, beritalima.com – Fatayat NU sebagai Badan Otonom NU, organisasi perempuan muda NU, berperan aktif dalam menanggapi perkembangan Bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan yang sangat krusial yang menguji keutuhan NKRI, yang tentunya kita semua harus segera hadir untuk ikut menangani.

Demikian hal itu disampaikan Ketua Umum PP Fatayat NU yang didampingi Sekretaris Umum Margaret A. Maemunah, dalam acara Halal Bi halal dan Silaturrahim Lintas Agama, dengan tema Merawat Kebhinekaan, Menjaga NKRI, Senin (24/7/2017) di Lt. 8, Gedung PBNU.
Pada kesempatan itu, Anggia mengatakan bahwa pada akhir tahun 2016, terjadi peristiwa terhebat di dunia terutama dalam dunia Islam. Dimana ribuan masa aksi, berkumpul dalam bingkai demo damai dalam menyikapi kasus penistaan agama.

Aksi damai yang berakhir dengan tidak ada kekerasan ini, melahirkan jurang pemisah antar pemeluk agama, terjadinya saling mencurigai antar umat beragama, merosotnya rasa toleransi, saling menuduh dan memudarnya saling menghormati antar ummat beragama bahkan di dalam sesama agama.
“Pekerjaan rumah yang besar bagi Indonesia adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap segala idiologi, falsafah, nilai dan budaya masyarakat Indonesia yang selama ini hidup dan menjadi perekat bangsa. Kemudian menumbuhkan kembali rasa saling percaya dan memperkuat kebhinekaan,” imbuh Anggia Ermarini kepada segenap undangan di ruang pertemun PBNU.

Selaim itu dikatakan Ketua Umum, Maka, Fatayat NU menolak segala bentuk kegiatan, aksi, gerakan serta pendidikan yang mengarah kepada terkikisnya rasa kebersamaan, kebhinekaan, keberagaman yang menghidupi bangsa kita selama ini. Prinsip yang di pegang oleh NU yaitu Tawasuth, Tasamuh dan Tawazun adalah nilai yang paling tepat untuk negara kita, untuk mejadi negara yang kuat dan bermartabat.

“Fatayat NU sebagai Banom Jamiyyah Nahdlatul Ulama, beranggotakan perempuan muda mempunyai peran yang sangat strategis di masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai keislaman, keindonesiaan dan nilai budaya di masyarakat setempat,” jelasnya.

Dengan demikiam melalui pendidikan keluarga, masyarakat lingkungan dan majelis taklim yang dimiliki oleh Fatayat NU di seluruh Indonesia, nilai-nilai tersebut bisa menjadi amunisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini didasarkan kepada gerakan yang pernah dilakukan oleh para pendahulu NU yakni seruan untuk mencintai tanah air yang berbunyi Hubbul Wathon minal iman atau Nasionalisme bagian dari Iman.

“Hubbul wathon minal iman lahir dari sebuah corak pemikiran nasionalis religus. Religiusitas NU berlandaskan fiqih dan tasawwuf. Interaksi antara pendekatan fiqih dan tasawuf melahirkan produk pemikiran NU khususnya Fatayat, bersikap tegas tetapi lentur. Nasionalisme yang dijunjung Fatayat NU bukan tanpa landasan, tokoh dan pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari, mengeluarkan fatwa yang menyatakan wajib hukumnya memerangi tentara sekutu termasuk Belanda dengan mengeluarkan resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945,” tegasnya.

Ditambahkan Ketua Umum Fatayat NU, Fatayat NU mengajak untuk saling percaya, bersama-sama memprotekai Empat Pilar Kebangsaan, yang terdiri dari UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan NKRI. Bersama-sama memperbaharui konsep jihad untuk bangsa. Fatayat NU mengusulkan kepada Kemendikbud untuk meninjau kembali kebijakan mengenai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah negeri dengan mengijinkan ormas-ormas pendukung pancasila bisa mengisi kegiatan ekstrakulikuler, seperti Remaja Muhammadiyah, IPNU IPPNU dan organisasi lainya.

“Fatayat NU mengecam tindakan represif yang dilakukan pihak keamanan Isreal kepada jamaah Masjid Al-Aqsha, hal ini termasuk dalam bentuk aksi kekerasan dan pelanggaran HAM termasuk pembunuhan terhadap jamaah yang berupaya menjalankan hak dan kewajibannya untuk melakukan ibadah di Masjid Al-Aqsa,” jelasnya.

Lebih lanjut usai sambutan Ketum PBNU Prof. DR. KH. Said Aqil Siraj yang menyampaikan tausyiahnya mengenai masuknya umat Islam dan berkembangnya umat Islam hingga orang China masuk Islam mendirikan Masjid di Kudus. Setelah itu Ketua Umum PBNU dan Ketua Umum PP Fatayat NU membubuhkan tandatangan ataa seruan aksi bersama merawat kebhinekaan dan menjaga NKRI. dedy mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *