Hamdi Muluk: Elite Harus Kedepankan Gagasan Berbasiskan Data

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Jika ingin masyarakat maju dan punya wawasan dalam berpolitik sehingga dapat hasil yang memuaskan, para elite harus mengedepankan adu gagasan dengan basis kepada data dan fakta, bukan menonjolkan kebohongan atau hoaks.

Hal itu dikatakan psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk dalam Diskusi Empat Pilar MPR RI di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (5/10).

Selain Hamdi, juga tampil sebagai pembicara anggota MPR RI dari Fraksi Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon serta anggota MPR RI serta Komarudin Watubun anggota MPR Fraksi PDIP.

Dengan menggunakan data dan fakta, kata guru besar Fakultas Psikologi Universitas tersebut, bakal menjauhkan bangsa ini dari godaan informasi yang tidak berbasis pada data dan fakta.

“Hoaks itu sesuatu yang tanpa data dan fakta. Hoaks merupakan informasi kabar burung. Jadi, masalah hoaks perlu diseriusi untuk dicegah,” ungkap laki-laki kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 31 Maret 1966 tersebut.

Soalnya, berita kabar barang tersebut bila dibiarkan dapat berdampak buruk buat masyarakat karena bisa memicu terjadinya kerusuhan atau keresahan di kalangan masyarakat.

Bahkan Hamdi menceriterakan kerusuhan di Rwanda (Afrika) yang menyebabkan disintegrasi bangsa. Hal itu dikarenakan hoaks disebarkan media. “Jadi jelas, hoaks bisa menimbulkan perpecahan dan konflik dalam suatu bangsa,” kata dia.

Untuk itu Hamdi mengajak semua pihak terutama elite untuk mendorong masyarakat dalam mengolah informasi harus berbasis data, fakta, dan ilmu pengetahuan karena ada sebagian masyarakat yang suka dengan gosip. “Acara gosip di TV kan disukai masyarakat. Untuk itu tugas kita mengedukasi masyarakat.”

Bila ada berita dan peristiwa harus dicek dan ricek serta validitasi agar duduk persoalannya menjadi jelas. Diakui, kejadian di kalangan masyarakat suka dibumbu-bumbui. Sebab masyarakat awam senang modus narasi. “Itu perlunya mendidik atau mengedukasi masyarakat.”

Dalam kasus yang dilakukan aktivis perempuan Ratna Sarumpaet yang sempat menjadi konsumsi publik, Hamdi menilai karena kasus itu sebelumnya tidak dilakukan verifikasi. “Seharusnya Ratna didorong melapor ke aparat hukum. Kalau belum diverifikasi, yang terbangun adalah narasi politik,” ucap dia.

Pada kesempatan serupa, Fadli Zon mengatakan, masalah hoaks adalah persoalan kita bersama. Untuk itu pemberantasannya harus dengan standar yang sama. “Tidak bisa menggunakan standar ganda.”

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengaku, dirinya juga menjadi korban hoaks. “Sedikitnya ada enam hoaksnya yang dilaporkan ke penegak hukum. Namun, dari enam laporan itu sampai saat ini tidak ada kejelasnnya,” kata Fadli.

Dikatakan Fadli, dirinya sudah melaporkan epada polisi. Fadli heran, dari sekian laporan itu dia tidak tahu sampai di mana prosesnya. Saya sudah melaporkan tetapi tidak ada kejelasan,” jelas Fadli.

Fadli heran dengan apa yang terjadi terhadap Ratna Sarumpaet yang begitu cepat prosesnya. Kurang dari 24 jam tuntas. “Seharusnya semua masalah diusut seperti itu,” ujar alumni London School of Economics and Political Science itu.

Terkait dengan kebohongan Ratna terhadap dia, Fadli mengaku, sebelumnya dia percaya kepada perempuan itu. Apalagi dia mengenal Ratna dalam berbagai perjuangan yang dilakukan terhadap nasib orang kecil seperti membela warga Kampung Aquarium Jakarta.

Menurut Fadli, sebagai wakil rakyat dirinya mempunyai kewajiban untuk menerima semua pengaduan masyarakat. “Kewajiban kita menerima aduan dari masyarakat.”

Saat disinggung soal verifikasi, dia mengaku tidak mempunyai alat untuk itu. Sebagai wakil rakyat, tugasnya adalah menyampaikan dan menerima aspirasi dari masyarakat.

Diakui, dirinya telah mendorong Ratna melapor polisi dan melakukan visum bila benar-benar dianiaya orang. Apa yang dilakukan selama ini menurut Fadli sebagai tindakan kemanusiaan.

Dirinya mencontohkan bagaimana Prabowo Subianto menolong TKI yang hendak dihukum mati di Malaysia. Langkah yang dilakukan itu berhasil sehingga mampu menyelamatkan warga Indonesia di negeri jiran. “Tak ada niat apapun kecuali membantu kemanusiaan.”

Atas sikap bohongnya Ratna , dirinya sangat menyesal. “Kita tak menyangka orang sekritis itu melakukan kebohongan. Saya adalah salah satu korban hoaks,” jelas dia.

Komarudin malah mengatakan masalah Ratna adalah persoalan biasa. Malah yang lebih penting adalah bagaimana anak bangsa ini peduli atas musibah bencana yang terjadi di Indonesia seperti di Lombok dan Sulawesi Tengah.

Masalah Ratna membesar menurut Komarudin karena ada orang-orang besar yang dibohongi. Karena yang membela kubu Prabowo Subianto membuat isunya menjadi ramai.

Dia malah tidak khawatir dengan masalah itu. “Sebenarnya Prabowo-Jokowi telah memberi teladan persatuan bagi bangsa Indonesia. Saat Asian Games, mereka berpelukan. Itu pesan perdamaian,” demikian Komarudin Watubun. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *