WONOSOBO, beritalima.com – Wonosobo identik dengan kota dingin, kota pegunungan, kota tiada hari tanpa hujan serta kota budaya. Tak salah sebutan tersebut pasalnya sebagai kota andalan Jawa Tengah dalam destinasi wisatanya dalam menarik para wisatawan lokal maupun manca negara.
Salah satu budaya unik khas daerah ini adalah pemakaian kemenyan selama ini hanya dikenal dalam ritual-ritual mistis. Namun, di daerah ini kemenyan digunakan sebagai bumbu linthingan bagi para penikmatnya.
“Melinthing tembakau tanpa bumbu kemenyan ibarat sayur tanpa bumbu. Bila memakai kemenyan, linthingan akan makin harum dan mantab” Kata Mbah Sastro sambil duduk santai di depan rumahnya.
Kenikmatannya, imbuh pria usia 60an tahun ini, sambil melepas lelah ditengah kesibukan bekerja kita dengan bersenda gurau bersama yang lain apalagi didukung dengan dinginnya udara kawasan ini.
Seperti diketahui bahwa di wilayah dingin ini, linthingan adalah campuran antara tembakau, cengkeh, kemenyan bahkan ada yang menggantinya dengan kelembak.
Linthingan sebagai budaya yang sudah turum temurun bagi masyarakat di daerah seputar gunung Sindoro -Sumbing akibatnya wilayah ini sebagai pengkonsumsi kemenyan terbesar di Jateng. Apalagi kota dingin ini juga sebagai penghasil tembakau walaupun masih dibawah Kabupaten Temanggung.
Budaya di masyarakat tersebut menjadi peluang usaha tersendiri bagi ribuan warga Wonosobo. Salah satunya Khafidz Faizal warga Manggisan.
“Memang budaya tersebut sudah berakar di kota ini sejak jaman dahulu dan menjadi peluang usaha tersendiri bagi kami.” Ungkap penyedia beragam jenis tembakau dan kemenyan ini.
“Tembakau dan Kemenyan yang ada beraneka jenis dan mutu, mulai dari kualitas terendah hingga kualitas terbaik. Bedanya pada tingkat keharumannya. Makin harum, kualitasnya makin baik.”jelasnya. “Kata penikmatnya makin harum linthingannya semakin mantap dan nikmat.” Imbuh jejaka ganteng ini.
Pedagang ramah ini menambahkan, bahkan pernah ada salah satu wisatawan dari Swiss dan Kanada jauh-jauh datang ke Wonosobo hanya untuk mencari dan mencoba kenikmatannya dan akhirnya membeli tembakau dan kemenyan dagangannya sebagai cinderamata.
Ketika disinggung tanggapan wisatawan manca negara tersebut. “Tingwe this very strong.” Tutupnya menirukan ucapan Mikhael dari Swiss. (Gus Edi)