KUPANG, beritalima.com – Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) I Nyoman Ariawan Atmaja dan Sekda Kota Kupang Fahrensy P. Funay beserta rombongan melakukan pemantauan harga komoditas di Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang, Kamis (4/8/2022) petang.
Saat tiba di Pasar Naikoten, Kepala BI dan Sekda Kota Kupang beserta rombongan bertemu para pedagang di Pasar Inpres Naikoten untuk mengecek harga kebutuhan pokok.
Nyoman Ariawan terlihat berinteraksi dengan para pedagang di pasar. Dia menanyakan harga-harga beberapa komoditas di pasar tersebut
“Cabai merah besar berapa per kilogram?, cabai merah keriting berapa, bawang merah berapa per kilogram”, tanya Nyoman kepada para pedagang di pasar.
Menurut Yusti Kamlasi, salah satu pedagang mengatakan, saat ini harga cabai merah keriting dan cabai merah besar mencapai Rp100.000 per kilogram. Sebelumnya, pada bulan Juli, dia menjual cabai merah besar dan cabai merah keriting Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram.
Sedangkan cabai rawit dijual dengan harga Rp60.000 per kilogram, sebelumnya Rp80.000 per kilogram.
Cabai merah besar dan cabai merah keriting mengalami kenaikan harga karena stoknya kurang.
“Cabai merah besar dan cabai merah keriting sudah naik harga sejak bulan lalu. Saat ini stok cabai sudah berkurang. Kalau cabai merah besar dan cabai merah keriting disuplai dari kabupaten Kupang. Kalau cabai rawit disuplai dari Ujung Pandang, Provinsi Sulawesi Selatan”, kata Yusti Kamlasi.
Sementara itu, harga bawang merah masih stabil Rp30.000 per kilogram. Begitu juga telur ayam ras dan ayam pedaging harga masih stabil. “Daging ayam pedaging Rp26.000 hingga Rp28.000 per kilogram, telur ayam ras Rp60.000 per rak. Ayam pedaging yang sudah dikemas disuplai dari Surabaya”, kata ibu Ani.
Nyoman Ariawan Atmaja, usai memantau harga kebutuhan pokok di pasar tersebut mengatakan, kenaikan harga disebabkan karena faktor suplai barang. “Dari Bank Indonesia, kita melihat faktor-faktor ini lebih kepada suplai barang. Kami kemarin saat high level meeting sudah kami sampaikan kepada pak Wakil Wali Kota Kupang, bahwa syok di pasar ini karena suplai. Harapannya, tentu dari pemerintah daerah terutama Kota Kupang bagaimana mencari sumber-sumber suplai terutama daerah sporting seperti kabupaten Kupang, Rote Ndao dan daerah-daerah yang lainnya”, kata Nyoman Atmaja.
Terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas tersebut, Nyoman menyampaikan bagaimana mengatur pangsa, sehingga harga kembali normal, yaitu pertama suplainya ditambah, kedua menjaga harga sehingga cenderung turun, dan ketiga distribusi. “Ini sangat penting, kami berharap dari Dinas Perhubungan Kota Kota Kupang bekerjasama dengan seluruh PD Pasar dan juga sentra-sentra produksi bagaimana distribusi ini lancar”, ujarnya.
Kebijakan BI, lanjut Nyoman, dimana inflasi NTT 5,3 persen (year on year) pada akhir Juli 2022. “Padahal target kita adalah 4 persen atau 3,±1 persen jadi maksimal 4 persen. Ada dua strategis yang kita lakukan yaitu pertama, untuk komoditas penyebab inflasi kita akan suplai sehingga harganya turun. Strategi kedua, adalah komoditi deflasi kita suplai juga yang banyak sehingga deflasinya semakin dalam sehingga secara menyeluruh akan terjadi penurunan inflasi kita, dan harapannya tentu di bawah target 4 persen”, jelas Nyoman. (L. Ng. Mbuhang)