Posisi seperti itu membuat harga semen kini turun hingga 10 persen, ”Persaingan yang semakin ketat berdampak pada harga yang semakin tertekan,” ujar dia saat buka bersama para jurnalis, Kamis (23/6/2016).
Hal tersebut juga berpengaruh terhadap margin Semen Indonesia maupun industri semen tanah air. Tekanan itu berpotensi menarik EBITDA margin Semen Indonesia serta nasional dari 27,4 persen menjadi 20 persen pada 2015 untuk menuju standar dunia.
”Rata-rata EBITDA margin industri semen di Indonesia relatif lebih tinggi dibanding negara lain. Sebab, persaingan akan cenderung turun,” katanya. EBITDA margin Semen Indonesia di dalam negeri mencapai 35 persen pada 2014.
Sementara itu, di Vietnam EBITDA, margin Semen Indonesia hanya berkisar 18,7 persen. ”EBITDA margin di Indonesia cukup tinggi. Inilah faktor penarik pemain asing masuk,” lanjutnya.
Pendapatan terbesar Semen Indonesia pun masih ditopang Semen Gresik di angka 50 persen. Kapasitas produksi pun saat ini masih ditopang Semen Gresik dengan total produksi 14 juta ton.
Di Jawa Timur, Semen Gresik menjadi market leader dengan total market share 69 persen. Sementara itu, market share Semen Gresik secara nasional mencapai 22,8 persen. (Ganefo)