Catatan: Yousri Nur Raja Agam
HARI ini, tanggal 22 Maret. Diperingati sebagai Hari Air se Dunia. Tema pada tahun 2022 ini, adalah “Menjaga Sumber Air, Menjaga Sumber Kehidupan”.
Memang, kita semua tahu, bahwa air
adalah komponen utama kehidupan di muka bumi ini. Manusia beserta seluruh makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan kehidupannya sangat bergantung kepada air. Artinya, tiada kehidupan tanpa air.
Oleh, sebab itu, mari tingkatkan penghargaan terhadap air. Kita memelihara keberadaan air. Menjaga fungsi dan makna air secara mendalam. Jadi, kita tidak boleh memperlakukan air sembarangan. Tidak boleh semena-mena terhadap air di mana pun juga. Air adalah sumber kehidupan kita yang amat suci. Sehingga kita wajib menjaga keberadaan dan kelestariannya.
Kita wajib menjaga sumber air. Dengan menjaga sumber air, sama artinya dengan kita menjaga sumber kehidupan. Nah, dengan dasar itulah, maka kita,
“Menjaga Sumber Air, untuk Menjaga Sumber Kehidupan”.
Tentu, yang dimaksud dengan air di sini, lebih ditujukan kepada “Air tawar”. Air yang merupakan kebutuhan hidup kita se hari-hari.
Salah satu bentuk penjagaan air itu, adalah menjadikan sungai sebagai sumber yang harus kita jaga dan lestarikan. Jangan sekali-kali menodai dan mengotorinya. Apalagi, sebagai tempat sampah atau pembuangan limbah.
Peringatan Hari Air Sedunia mempunyai tujuan yang positif. Merupakan peringatan yang tujuannya menarik perhatian masyarakat internasional. Mengingatkan pentingnya air bersih dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sumber air bersih secara berkesinambungan.
Dari situs worldwaterday.org, juga mengungkap tema Hari Air se Dunia tahun 2022 ini mengusung ‘Groundwater – Making The Invisible Visible’ (‘Air Tanah – Membuat yang Tak Terlihat Menjadi Terlihat)
Memang, Hari Air Sedunia 2022 ini fokus pada air tanah yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan.
Beruntung masyarakat di Indonesia, dari ribuan pulau, hampir seluruhnya punya sumber air tawar. Ada yang berasal dari mata air pegunungan, sungai dan danau. Semua itu disebut air tanah. Awalnya, air tanah berasal dari hujan yang meresap ke dalam tanah lalu muncul menjadi mata air.
Air itu mengalir dari tempat yang tinggi atau hulu ke hilir. Melalui sungai di darat, sampai akhirnya di laut. Di samping ada pula yang diekstraksi ke permukaan dengan pompa.
Tidak sedikit, air tanah di bumi Nusantara ini, bahkan di mancanegara, juga menjadi panorama destinasi wisata. Mulai dari sumber mata air, sungai, danau dan Waduk, air mancur, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk tidak bisa hidup tanpa kehadiran air tanah. Bahkan sebagian besar daerah kering di dunia juga bergentung sepenuhnya pada sumberdaya alam. Air tanah memasok sebagian besar air yang digunakan oleh manusia. Baik untuk minum, sanitasi, produksi makanan, maupun proses industri.
Hari Air se Dunia tahun 2022 adalah untuk melindungi air dari eksploitasi berlebihan.
Penggunaan yang tak dikontrol tentu menimbulkan penipisan sumberdaya. Seksi itu, juga meningkatkan biaya ekstra dalam memprosesnya.
Oleh sebab itu, marilah kita gunakan air secara bijak dan berkelanjutan. Dengan air kita akan bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim yang sekarang menjadi topik persoalan global.
Memang tiap tahun, tema Hari Air Dunia akan selalu berganti. Tahun 2021, temanya “Valuing Water atau menghargai air”.
Nilai air, bukanlah sekadar harganya. Air memiliki nilai yang sangat besar dan kompleks bagi kehidupan. Mulai dari rumah tangga, budaya, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan keutuhan, serta lingkungan alam semesta.
Awalnya, kegiatan peringatan Hari Air se Dunia ini secara resmi diumumkan pada acara Sidang Umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) pada tanggal 22 Desember 1992 di Kota Rio de Janeiro, Brazil. Waktu itu, PBB bersama anggotanya termasuk Indonesia, memutuskan Hari Air Dunia jatuh pada tanggal 22 Maret dan mulai diperingati sejak tahun 1993.
Tujuan utamanya adalah untuk merayakan air dan meningkatkan kesadaran lebih dari 2,5 miliar orang yang hidup tanpa akses ke air bersih. Ini merupakan aksi untuk mengatasi krisis air global. Fokusnya untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6, yaitu air dan sanitasi untuk semua pada tahun 2030.
Di Indonesia, sekitar 80 persen Sumber Daya Air belum termanfaatkan. Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) mengungkapkan, dari total potensi sumber daya air 4,9 triliun meter kubik per tahun, Indonesia baru bisa mengelola sekitar 791,3 miliar meter kubik.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan memang pemanfaatan sumber daya air di Indonesia masih rendah. Padahal air sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup masyarakat. Indonesia memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar.
Secara rinci Menteri Basuki, menyebut, sektor pertanian, air baku bagi masyarakat perkotaan dan industri, pembangkit listrik, hingga pariwisata. Untuk sektor energi saja, potensi sumber daya air tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan total kapasitas 75 gigawatt (GW). Masalahnya pemanfaatan air ini masih sangat rendah.
Ada risiko yang cukup besar jika potensi sumber daya air ini tidak dikelola. Misalnya dapat mengakibatkan banjir dan longsor pada saat musim hujan dan kekeringan saat terjadi musim kemarau. Jadi, kita harus tetap waspada dan siaga dalam menghadapi berbagai bencana yang terjadi. Dalam hal ini, peran bendungan sebagai penampung air pada musim penghujan dan menyuplai air pada musim kemarau perlu dioptimalkan.
Proyek ini meliputi pembangunan lanjutan 16 bendungan dari 49 bendungan baru.
Kita punya 230 bendungan yang mencukupi bagi 11 persen layanan lahan irigasi seluas 7,2 juta ha. Air irigasi dari bendungan dapat mengairi lahan sawah sepanjang tahun,” ujar Basuki. Dengan pasokan air yang cukup untuk mengaliri sawah, pola tanam padi bisa meningkat rata-rata dua kali dalam satu tahun, sehingga produksi beras nasional meningkat.
Bagi Jawa Timur, Sungai Brantas merupakan sumber daya air terbesar yang menggerakkan semua lini. Sungai Beantas arah Kali Brantas ini merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa, setelah Bengawan Solo. Penduduk yang tinggal di wilayah Sungai Brantas mencapai 15,2 juta orang atau 43% dari penduduk Jatim.
Sepanjang aliran Sungai Brantas terdapat bendungan yang berfungsi untuk mengendalikan potensi sumber daya air, yakni:;Bendungan Sengguruh, Bendungan Sutami, Bendungan Lahor, Bendungan Selorejo, Bendungan Wlingi, Bendungan Bening, BendunganBening dan Bendungan Serut.
Nah, sesuai dengan tema Hari Air se Dunia tahun 2022, maka kita wajib menjaga sumber air sebagai sumber kehidupan. Kira tahu, bahwa sumber mata air Sungai Brantas disebut “Sumber Brantas” terletak di kawasan konservasi “Arboretum” Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
Sumber mata air di kawasan konservasi Arboretum Sumber Brantas, ini juga disebut sebagai “Titik Nol” Sungai Brantas.
Arboretum, arti sesungguhnya adalah, tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk penelitian atau pendidikan. Di kawasan ini dulu ada sekitar 200 mata air, meliput Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Namun sangat disayangjan, jumlah dan debit mata air itu terus berkurang.
Di kawasan “Titik Nol” Sumber Brantas ini juga ada sebanyak 3.200 pohon dari 37 jenis berbeda hidup di sekitar mata air sumber Brantas itu. Beberapa jenis pohon di lahan 12 hektar itu termasuk tanaman yang dilindungi. Seperti, Kayu Manis, Cempaka, Damar, Pohon Kenanga, Sikat Botol (Kalistemon), Kayu Putih (Malalenca Kajuputi), Pohon Kukrup (Engelhardia Spicata) dan Pinus.
Untuk mencegah terus menurunnya jumlah mata air dan pohon-pohon itu, oada Gari Air se Dunia 2022 ini, marilah kita tingkatkan penjagaan terhadap sumber mata air di Sumber Brantas ini. Dengan menjaga sumber air, sana artinya dengan kita menjaga sumber kehidupan.
Selamat Hari Air se Dunia 22 Maret 2022. (*)