Hari Bela Negara 2019, Sukamta: Terselip Secercah Harapan Indonesia Maju

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Sebagai anak bangsa, kita perlu merefleksi dan intropeksi persoalan serius dihadapi bangsa Indonesia mulai kriminalitas, narkotika, korupsi, ancaman komunis, sparatis, bencana alam, apatisme generasi muda sampai kepada masalah ekonomi.

Itu dikatakan anggota Komisi I DPR RI, Sukamta terkait dengan peringatan Hari Bela Negara 19 Desember 2019. “Kondisi negara mengkhawatirkan seperti saat ini terselip secercah harapan Indonesia akan maju,” ungkap Sukamta.

Wakil rakyat Dapil Yogyakarta itu di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (19/12) mengatakan, dalam momentum Bela Negara ini, kita harus tetap semangat dan optimis.

BPS mencatat, crime rate Indonesia 129 kasus per 100.000 penduduk, atau 336.652 kasus kriminal yang ditangani kepolisian. Itu angka tidak rendah. Kejahatan narkoba juga menujukkan tren meningkat. Tercatat 2015 lebih 600 kasus, 2016 lebih 800 kasus, 2017 lebih 900 kasus dan tahun lalu di atas 1000 kasus. Tahun ini diprediksi mengalami peningkatan.

Kondisi perekonomian cenderung stagnan, growth berada pada kisaran 5 persen. Itu cukup mengkhawatirkan. Sejatinya, negara berkembang sangat berpeluang untuk menggenjot growth-nya di atas 5 persen.

“Kita berharap, program bela negara punya dampak positif kepada Kualitas Sumber Daya Manusia. Negara dengan skor Human Development Index (HDI) tinggi biasanya juga memiliki program bela negara.

“Dengan dididik disiplin, jujur dan tidak mudah menyerah, Insya Allah kualitas manusia Indonesia akan terus membaik. Mudah-mudahan dengan memiliki semangat bela negara yang tinggi, insyaallah HDI kita akan meningkat.”

Tahun ini saja, kata politisi senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut,

laporan UNDP tercatat skor HDI Indonesia menjadi 0.707. Hal itu termasuk kelompok HDI tinggi. Dan, ini modal besar memajukan pembangunan sebuah bangsa, apalagi Indonesia memiliki peluang bonus demografi 2030.

Apa itu bela negara itu? Wakil Ketua Fraksi PKS bidang Polhukam tersebut mengatakan, pada dasarnya bela negara memiliki cakupan sangat luas. Kita berangkat kerja, berangkat sekolah-kuliah, berjualan, jika diniatkan selain untuk menghidupi keluarga juga untuk berbakti kepada ibu pertiwi secara sepenuh hati. Hakikatnya kita sedang melaksanakan bela negara.
Dalam UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN) juga diatur cakup dari program Pendidikan Kesadaran Bela Negara. Lebih khusus, bela negara dengan membentuk Komponen Pendukung (Komduk) dan Komponen Cadangan (Komcad) yang berfungsi menopang Komponen Utama yaitu TNI jika ada mobilisasi dikarenakan situasi darurat militer atau bahkan perang.

“Global McKinsey Institute memprediksi, Indonesia akan menjadi negara maju peringkat ketujuh dengan perekonomian terbesar melampaui Jerman dan Inggris 2030. Pada tahun itu, Indonesia diprediksi memiliki sekitar 113 juta orang tenaga terampil dan ahli serta 135 juta kelas menengah.

Ini akan mendrive Indonesia masuk kategori negara maju. Nah, dengan program bela negara tadi yang kita harapkan akan memiliki dampak positif terhadap HDI, mudah-mudahan ini sejalan dengan prediksi McKinsey tadi. “Yang penting kita harus selalu semangat dan optimis,” demikian Sukamta. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *