Hari Jadi Ke-825 Trenggalek, Diharap Jadi Momentum Perubahan dan Pendewasaan

  • Whatsapp

TRENGGALEK, beritalima.com

Tepat pada tanggal 31 Agustus 2019, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek menggelar prosesi hari jadi (Harjad) yang ke-825. Dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, ditiap peringatan harjad selalu ada ritual yang dilakukan oleh birokrasi serta warga masyarakat. Baik itu mengenai tradisi ziarah makam leluhur, jamasan (memandikan) maupun kirab pusaka milik Pemkab Trenggalek.

Dalam memaknai itu, salah satu anggota DPRD Kabupaten Trenggalek yang baru dilantik beberapa waktu lalu, Samsul Anam mengatakan bahwa ritual hari jadi merupakan salah satu prosesi sakral dan juga sebagai sarana edukasi generasi muda dalam memahami sejarah maupun menghargai jasa para pendahulu yang berhasil menjadi leader pembangunan di Trenggalek.

“Prosesi ritual dalam rangkaian hari jadi itu tetap bermakna sakral dan tentunya bisa menjadi sarana mendidik generasi penerus dalam menghargai jasa para pahlawan yang telah banyak berbuat demi kemajuan Trenggalek, jadikan Hari Jadi ke-825 Trenggalek sebagai momentum perubahan dan pendewasaan bersama,” ungkapnya pada beritaliam.com, Sabtu (31/8/2019) usai peringatan Harjad di pendopo hari ini.

Dengan kaitan kegiatan Harjad tersebut, sebelum dilakukan jamasan atau memandikan pusaka, masih sesuai keterangan politisi asal PKB ini, akan lebih dulu diawali dengan serah terima pusaka dari Bupati Trenggalek kepada mpu (tokoh) yang akan melakukan ritual jamasan, serta dilanjutkan dengan doa bersama dalam serangkaian upacara.

“Ada dua pusaka yang menjadi ikon di Trenggalek, yaitu Tombak Korowelang dan payung Tunggul Nogo. Kedua pusaka itu tiap tahun akan di jamas atau dimandikan beserta pusaka-pusaka lain yang masih tersisa. Selain untuk melestarikan warisan budaya, ritual jamasan ini juga sebagai sarana pembersihan pusaka dari debu maupun kotoran-kotoran yang menempel. Nantinya, pusaka-pusaka itu akan dibawa ke Kamulan karena menurut catatan beberapa bukti sejarah merupakan cikal-bakal dari Trenggalek,” urainya.

Menurut Samsul yang juga Ketua sementara DPRD Kabupaten Trenggalek itu, ritual pembersihan pusaka dilakukan dengan cara digosok berulang-ulang menggunakan jeruk nipis agar debu, karat dan sisa kotoran minyak yang menempel bisa larut, selanjutnya kedua pusaka dibasuh menggunakan air bunga setaman dan dikeringkan sebelum kemudian dilumuri dengan minyak khusus pusaka.

“Ini rutin dilakukan setiap tahun sebagai bentuk pelestarian budaya dan sarana edukasi sejarah. Bukan berarti mengarah pada kemusyrikan atau lain sebagainya. Karena pada intinya adalah membersihkan atau merawat pusaka yang merupakan milik kita bersama sebagai masyarakat Trenggalek ,” jelasnya.

Setelah dilakukan prosesi jamasan, imbuh pria murah senyum itu, pusaka-pusaka dan beberapa panji Trenggalek dibawa ke Desa Kamulan, Kecamatan Durenan yang berada di perbatasan Trenggalek-Tulungagung. Dimulai dari Desa Kamulan karena merupakan cikal-bakal dari berdirinya Kabupaten Trenggalek.

Samsul Anam juga menegaskan, nilai-nilai sejarah berdirinya Trenggalek perlu dipelajari dan disampaikan pula kepada kaum muda agar semangat membangun Trenggalek tetap terpatri di jiwa mereka sehingga akan menumbuhkan kreatifitas dan mengembangkan potensi masing-masing.

“Sejarah Trenggalek itu komplek dan perlu juga diketahui oleh kaum muda di sini agar ada semangat untuk berkreasi dan menunjukkan kemampuan di bidangnya masing-masing sehingga Trenggalek terwakili nama besarnya,” sambungnya.

Untuk itu, masih kata dia, dampak sosial bagi warga Trenggalek termasuk menumbuhkan kecintaan kepada daerah yang telah menjadi tempat lahir dan berkehidupannya. Selain juga guna mendorong rasa kebersamaan sesama warga yang berimplikasi kepada rasa persatuan dan kesatuan daerah.

“Dengan terus dilestarikannya gelaran acara hari jadi, diharap ada banyak implikasi nilai sosial positif bagi warga. Karena hal itu akan selalu mengingatkan mereka bahwa Trenggalek merupakan tempat lahir dan besar mereka sehingga nanti bisa terlahir emosional kultur sebagai pemilik Trenggalek,” harap Samsul.

Hal ini bisa dilihat juga dari antusiasme masyarakat yang berbondong-bondong dari segala lapisan serta usia untuk mengikuti seluruh tahapan prosesi peringatan Harjad ke-825 di Pendopo Manggala Praja Nugraha Kabupaten Trenggalek. Ribuan orang dari seluruh pelosok wilayah rela berpanas-panasan sejak pagi di seputaran alun-alun guna menunggu dimulainya acara yang dikemas sebagaimana adat keraton di Jawa.(her)

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *