Hari Raya Waisak 2566 BE Tahun 2022 Masih Beraroma Idulfitri dan Paskah

  • Whatsapp

Catatan: HM Yousri Nur Raja Agam

KEBERAGAMAN agama di Indonesia,  memang menarik untuk dikaji. Kendati berbeda-beda agama yang dianut penduduknya, namun kehidupan  masyarakat Indonesia,  terlihat rukun dan damai. Bahkan, boleh dikatakan “Beda, tetapi Mesra”.

Gambaran kehidupan rukun antarumat beragama di Indonesia, juga terwujud dalam toleransi para penganut agama. Kapanpun terjadi pergeseran atau beda pendapat, cepat terselesaikan. Pemerintah sudah siaga dengan adanya lembaga bernama FKUB (Forum Kerukunan antar Umat Beragama).

Hari Senin, 16 Mei 2022, adalah hari libur. Hari Raya Waisak 2566 BE, yakni Hari Raya umat Budha. Peringatan ke 2566 Kalender Budha atau Buddhist Era, disingkat BE. Di Indonesia kegiatan ritual ibadah Waisak, berlangsung di Candi Borobudur, Jawa Tengah dan di Candi Muaro,  Jambi, Sumatera. Di samping Vihara-vihara di seluruh pelosok tanahair.

Untuk menambah pengetahuan kita semua, beginilah penghitungan Kalender Buddha atau BE itu. Berbeda dengan penetapan tahun Masehi (M) yang dinyatakan sebagai hari kelahiran Masehi, atau Isa Almasih atau Nabi Isa Alaihi Salam. Lain pula dengan tahun baru Islam, yakni Hijrah (H). Diawali dengan perhitungan saat keberangkatan Nabi Muhammad dan rombongan Hijrah atau pindah dari Mekah ke Madinah.

Perhitungan Kalender Budha atau BE, dimulai sejak sang Buddha Gautama wafat. Juga disebut  paranibbana saat berusia 80 tahun. Jika dihitung
Buddha lahir tahun 634 SM (Sebelum Masehi), maka sang Buddha wafat pada tahun 544 SM. Jadi, tahun pertama BE, diawali sejak tahun 544 SM tersebut. Maka di tahun 2022 ini, sama dengan tahun 2566 BE.

Tahun Masehi berdasarkan perputaran matahari dan tahun Hijrah yang mengikuti peredaran  bulan.  Jumlah satu tahun adalah 12 bulan. Pada Kalender Budha atau BE, juga 12 bulan. Nama-nama bulannya, adalah Caitra, Vaisakha, Iyaistha, Asdha, Sravana, Bhaadrapada, Asvina, Karttika, Margasirsa, Pausa, Magha, dan Phalguna.

Jumlah hari dalam satu bulan, ada yang 29 hari dan ada juga yang 30 hari, sehingga jumlah hari dalam satu tahun 345 atau 346 hari, karena bulan ke-3 atau Iyaistha kadang berumur 29 hari, kadang 30 hari. Tetapi di tahun kabisat, jumlah bulan menjadi 13 bulan. Maka perhitungannya, jumlah hari dalam satu tahun kabisat berjumlah 385 atau 386 hari.

Nuansa Lebaran

Di tahun 2022, pada  bulan Mei, ada hal yang unik. Hari besar, cukup beragam. Diawali dengan peringatan Hari Buruh se Dunia pada tanggal 1 dan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2. Tepat pada hari tanggal 2 Mei tahun ini, juga bersamaan dengan 1 Syawal 1443 Hijrah, yang merupakan hari raya idulfitri, umat Islam.

Suasana idulfitri yang disebut lebaran itu, memang sangat istimewa bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Kemeriahan idulfitri disertai libur panjang. Tradisi “mudik”, silaturahim pulang ke desa atau daerah asal, bagi perantau di Kota besar, membuat suasana mengasyikkan. Ternyata hal ini,  juga dirasakan manfaatnya oleh umat non Muslim yang sama-sama bisa berlibur.

Bahkan  suasananya bertambah khidmat, karena di tanggal 15, bulan Mei ini, umat Budha juga merayakan Hari Raya Waisak 2566 BE. Waisak tahun ini memang cukup mengesankan. Sama dengan umat Islam, hari raya ini bagaikan kemenangan atas “berakhirnya” masa pandemi yang beralih ke endemi Covid-19. Wabah virus yang menjalar ke seluruh pelidok dunia selama  dua tahun lebih itu benar-benar mencekam.

Tidak hanya Umat Islam dan Budha yang berhari raya  P,ada tanggal 26 Mei Umat Kristiani memperingati diperingati Hari Kenaikan Isa Almasih. Agama Kristen, dalam penanggalan liturgi gereja, menetapkan saat penting yang dirayakan. Setiap tahunnya ada beberapa hari raya umat kristiani  Paskah sebagai rangkaian Wafat Isa Almasih, dirayakan sebulan yang lalu, 15 April 2022.

Nah, libur panjang “mudik lebaran” Umat Islam, masih terasa. Begitu pula dengan rangkaian prosesi  wafat Isa Almasih, Paskah dan Kenaikan Isa Almasih. Sehingga, nuansa perayaan Waisak di hari Senin, 16 Mei 2022 ini, terasa masih mengandung aroma kesibukan Idulfitri dan Paskah.

Memang, demikianlah Indonesia. Seirama dengan motto bangsa kita, Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu. Tidak hanya, di bidang agama, namun juga suku bangsa, etnis dan ras. Saling menghormati dan menjaga kebersamaan dan toleransi.

Kita tahu, seperti data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri mencatat, jumlah penduduk Indonesia 273,87 juta jiwa pada 31 Desember 2021. Angka tersebut bertambah 1,64 juta jiwa dibandingkan dengan posisi 30 Juni 2021 sebanyak 272,23 juta jiwa.

Dari jumlah itu, terdapat 238,09 juta jiwa atau 86,93% penduduk Indonesia yang beragama Islam pada akhir 2021. Selain itu, sebanyak 20,45 juta (7,47%) penduduk Indonesia yang memeluk agama Kristen, sebanyak 8,43 juta jiwa (3,08%) beragama Katolik, dan 4,67 juta (1,71%) beragama Hindu. Ditambah pula 2,03 juta jiwa atau 0,74 juta jiwa yang beragama Buddha, dan 73,63 ribu jiwa (0,03%) memeluk agama Konghucu, serta terdapat 126,51 ribu (0,05%) yang menganut aliran kepercayaan.

Hari Buruh dan Hardiknas

Kendati Hari Buruh dan Hari Pendidikan  Nasional (Hardiknas) jatuh tanggal 1 dan 2 Mei, bukan berarti  dilewatkan begitu saja. Upacara resminya “terpaksa” diundur. Sebab pada kala itu, sedang berlangsung libur lebaran. Di mana kantor-kantor,  perusahaan dan pabrik, serta dunia pendidikan  menghentikan aktivitasnya. Sehingga,  upacara Hardiknas,  diselenggarakan tanggal 13 Mei 2022 dan Hari Buruh atau Mey Day, pada tanggal 14 Mei 2022.

Tidak hanya itu, hari besar di bulan Mei 2022 ini, seminggu lagi ada peringatan hari bersejarah, yakni Hari Kebangkitan (Harkitnas) pada tanggal 20 Mei 2022.. Peringatan Harkitnas ini dikatakan dari jejak sejarah berdirinya organisasi Boedi Oetomo atau Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Harkitnas ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur.

Pada Keppres yang ditandatangani Presiden Soekarno itu, ada enam hari bersejarah yang dijadikan sebagai hari besar nasional, tetapi bukan hari libur. Ke enam hari bersejarah itu adalah:
Hari Pendidikan Nasional (2 Mei),
Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei),
Hari Angkatan Perang/TNI (5 Oktober),
Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober),
Hari Pahlawan (10 November),
Hari Ibu (22 Desember).

Nah, rangkaian hari raya, hari besar dan bersejarah itu, tentu tujuannya bukan sekedar perayaan atau hari libur. Tetapi jelas tujuannya untuk mengenang peristiwa atau tokoh dalam peristiwa bersejarah itu. Artinya, kita harus mengambil hikmah  dari latar belakang ditetapkannya hari bersejarah itu. Dengan demikian kita menjadikan hari bersejarah itu landasan berpijak untuk menghadapi masa depan. Sehingga kita harus ingat, apa yang dipesankan Bung Karno, dengan singkatan “Jas Merah” (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Pesan itu, agar kita berkaca diri melihat masa lalu untuk menetapkan masa depan.

Dan bagi warga Kota Surabaya, juga layak untuk mengenang sejarah peringatan  Hari Jadi atau Hari Ulang Tahun ke 729 Surabaya, tanggal 31 Mei 2022.
Dirgahayu Surabaya.

*) HM Yousri Nur Raja Agam– adalah Ketua FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) Provinsi Jawa Timur.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait