SURABAYA, Beritalima.com|
Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Mengenai makna dan esensi dari Hari Sumpah Pemuda, awak media berhasil mewawancarai salah satu tokoh pemuda pada Kamis (27/10/2023). Tokoh tersebut adalah Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga, Anang Jazuli.
Dalam kesempatan itu, Anang sebagai representasi pemuda menjelaskan bahwa Sumpah Pemuda merupakan proses rangkaian panjang gerakan pemuda sebelum kemerdekaan. Kala itu gerakan tersebut mulai dari tahun 1908.
“Dahulu para pemuda sudah melakukan gerakan namun masih bersifat kedaerahan. Misalnya Jong Java, Jong Sunda, Ikatan Mahasiswa Kedokteran. Mulai tahun 1908, Budi Utomo mulai berusaha mempersatukan gerakan tersebut hingga tercetusnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,” terang Anang.
Hal itu jika kekuatan pemuda bisa dikonsolidasikan tanpa melihat perbedaan akan membawa suatu perubahan yang besar.
Partisipasi Pemuda
Anang juga menjelaskan, pada tahun politik yang kian memanas, anak muda tidak boleh apatis mengenai hal tersebut. Berkaca pada Hari Sumpah Pemuda, sambungnya, sebagai mahasiswa seharusnya berperan tidak hanya sebagai objek politik, tetapi juga sebagai subjek politik.
“Anak muda tidak boleh hanya sekadar menjadi objek politik, artinya pemuda tidak hanya dikapitalisasi suaranya. Apalagi saat ini, Gen Z suaranya ada sekitar 22 sampai 25 persen untuk pemilu 2024,” tutur Presiden BEM Unair itu.
Anang melanjutkan, pemuda harus menyuarakan isu-isu yang berkaitan langsung tentang pemuda khususnya kepada peserta pemilu 2024. Mulai dari isu tentang lapangan pekerjaan, biaya pendidikan, industri kreatif, hingga kebebasan berpendapat.
Tantangan Pemuda Saat Ini
Pada akhir wawancara, Anang menerangkan, saat ini banyaknya populasi pemuda Indonesia membuatnya memiliki peluang besar untuk membawa perubahan yang besar bagi. Namun, sambungnya, terdapat tantangan yang harus diatasi bersama.
“Saat ini pemuda memiliki peluang yang besar untuk membawa perubahan pada bangsa ini. Namun, seringkali terjadi beberapa tantangan seperti egosentris dari suatu kalangan yang bisa menjadi penghambat. Oleh karena itu, kita harus menghadapi hal tersebut bersama-sama demi perubahan Indonesia yang lebih baik,” pungkas Anang. (Yul)