SURABAYA, beritalima.com|
Tidak ada satu manusia pun yang bermimpi, apalagi berharap mendapatkan anak yang dikemudikan hari menderita kelumpuhan. Masa kanak-kanak yang penuh tawa dan canda, harus berakhir diatas pembaringan.
Namun peristiwa tersebut dialami oleh seorang warga Sampang, Madura yang tinggal di kontrakan jalan Sidotopo Kidul 26 Surabaya.
“Waktu sekolah SD, usia 13 tahun, di bully teman-temannya, mau dimasukkan ke lubang pembuatan semen. Karena ketakutan, kemudian kejang-kejang,” terang sang ibu, Rohmah dalam bahasa Madura.
Anak ke 3 dari 4 bersaudara pasangan Achmad Ju’i dan Rohmah ini, tidak mampu menggerakkan tangannya, apalagi badannya. Untuk duduk saja harus dibopong oleh orang lain. Meskipun usianya saat ini sudah menginjak ke angka 20 tahun, Syukron tidak bisa berbuat apa-apa. Belakangan, Syukron malah agak susah menelan. Sungguh memprihatinkan.
Achmad Ju’i tidak memiliki pekerjaan tetap, sementara Rohmah menjual gorengan di depan rumah kontrakannya, terkadang juga disambi menjadi tukang pijat.
“Ketika di Sampang keluarga ini sempat mendapat bantuan sebagai Keluarga PKH. Namun ketika merantau ke Surabaya, bantuan dari pemerintah pusat sudah tidak didapatkan lagi. Sebenarnya, kita sudah berusaha untuk melobi pemerintah kota, tetapi sampai saat ini masih belum berhasil. Jadi kondisi ekonomi yang serba kekurangan ini, semakin memprihatinkan,” terang Eka, salah satu tetangga yang menjadi kader Surabaya hebat.
Sementara itu, sekretaris IPSM (Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat) mengungkapkan bahwa pihaknya ketika mendapatkan laporan dari Eka, sesegera mungkin melakukan koordinasi dengan Hason Sitorus, seorang pemerhati yang memiliki kegemaran untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Pensiunan PNS Pemkot Surabaya ini memberikan kursi roda 3in1. Kursi roda yang bisa dirubah-rubah sesuai kebutuhan pasien.
Dalam sambutannya saat serah terima kursi roda tersebut, Hason menyampaikan himbauan agar para pemangku kebijakan bisa bersikap lebih manusiawi dalam menghadapi masalah sosial di lingkungan wilayah kekuasaannya.
“Karena bukan warga Surabaya, sehingga keluarga Syukron kesulitan meminta bantuan. Tolong dipikirkan dari sisi kemanusiaan. Mereka ini meskipun bukan warga Surabaya, tetapi punya nyawa, mereka membutuhkan pertolongan. Apa kita tega membiarkan orang lain sengsara di depan mata kita?,” sergahnya.
Menurut Hason, seyogyanya sebagai sesama umat Allah SWT, jangan memandang bahwa hanya warga Surabaya saja yang membutuhkan pertolongan. Ketika kita menemukan orang yang benar-benar membutuhkan uluran tangan kita, sudah sepantasnya kan kita bersama-sama memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” sambung pemilik Hotel Kita ini.
Sementara itu, sekretaris IPSM meminta kepada seluruh masyarakat, jika mereka melihat, menemukan warga yang membutuhkan bantuan, membutuhkan pertolongan karena sakit, karena tidak bisa sekolah, karena kecelakaan atau ada sebab-sebab lain yang benar-benar urgent, segeralah menghubungi petugas IPSM.
“IPSM siap membantu 24 jam sehari. Jangan abaikan penderitaan orang lain, mari kita miliki kepedulian terhadap lingkungan, terhadap permasalahan sosial di sekitar kita. Apa yang kita lakukan, sangat berarti bagi keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Kita juga akan salurkan bantuan sembako untuk keluarga ini,” pungkasnya.(Yul)