JAKARTA, Beritalima.com– Dai kondang, Abdullah Gimnastiar yang lebih dikenal dengan panggilan Aa Gym mengatakan, Indonesia adalah rumah kita yang harus dirawat seluruh anak bangsa.
Hal tersebut dikatakan dai kelahiran Bandung, 29 Januari 1962 tersebut dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang ditayangkan TV One, Selasa (4/12) malam.
Walau dalam beberapa hal kita memang berbeda sudut pandang, lanjut Aa Gym, tetapi rumah ini harus kita jaga dan kita rawat bersama. “Kalau hanya sekadar topeng-topeng saja, hal tersebut tak bisa mempersatukan kita, apalagi untuk merawat rumah Indonesia,” kata Aa Gym.
Dalam acara bertajuk ”Pasca Reuni 212: Menakar Elektabilitas Capres 2019″ seperti biasa, berbagai pihak, cendekiawan, pakar dan politisi dihadirkan. Aa Gym menyimpulkan, aksi 212 adalah aset bangsa, karunia Allah bagi siapa pun yang ingin mendapatkan hikmah di balik peristiwa tersebut.
”Kenapa orang mau berkumpul begitu, nabung, (datang) jauh jauh. Apa sih yang menyebabkan orang datang berbondong bondong…penuh dengan semangat, keteduhan, kasih sayang? kata Aa Gym mengawali pendapatnya.
Dia mengaku tidak hadir di Reuni 212 ini. Rupa rupanya, menurut Aa Gym, ada sesuatu yang ingin diungkapkan, tapi sulit. Di antaranya kepedihan mendengarkan berbagai tuduhan seperti radikal, intoleransi, anti Panca Sila, mau memisahkan (diri-red), teroris.
”Seakan-akan itu terhunjam kepada diri kami,” kata Aa Gym yang terus terang meneriakkan kepedihan hatinya sebagai anak bangsa yang juga sebagai umat Islam.
Walau kata-kata tersebut tidak dituduhkan langsung. Namun, seakan-akan… kenapa….Padahal kami itu begitu mencintai negeri ini. Saya rela mati demi bangsa ini tetap penuh keberkahan di jalan Allah.”
Menurut Aa Gym, mungkin ada yang sakit, tapi kemana harus berbicara. Ketika ada peluang, berkumpul seperti itu, maka berbondong bondonglah. Berbicara dengan perilaku. ”Kami itu bukan perusak negeri ini, rumput pun tidak ada yang dirusak. Kami bukan orang orang yang bengis dan kasar, senyum pun ditebar. Kami bukan ingin merusak yang kecil, maka kasih sayang pun bertebaran.”
Semua orang ingin menceritakan indahnya Islam yang selama ini dicurigai entah oleh siapa dan bagaimana. Berkumpullah perasaan perasaan ini. Ini tidak bisa direkayasa. Saya tidak menduga, dan panitia juga tak menduga sama sekali (besarnya jumlah yang hadir).
Bagi Aa Gym, kejadian (reuni 212) sangat menguntungkan bagi siapa pun yang mau mengambil hikmahnya. Bahkan bagi keluarga besar yang sedang berkuasa pun, kalau mau menyimak dengan bahasa hati, ini ada saudara saudara yang begini, ini ada input…
Siapa pun yang nanti jadi presiden, dia menyarankan, aksi 212 ini harus dirawat jadi momentum kebersamaan kita. Bahkan nanti Pak Ahok (mantan Gubernur DKI) diundang.
Di bagian lain komentarnya, Aa Gym seolah menjeritkan suara hatinya. ”Siapa sih yang mau menghancurkan negeri ini? Sakit hati ini, perih hati ini, robek hati ini kalau Islam selalu dikaitkan dengan kekerasan, terorisme,radikal, intoleran, anti Pancasila..” ”Siapa kami ini? Kami ini lahir di negeri ini….masya Allah, perih hati kalau mendengar kata kata itu.”
Kepada para Ulama, Aa Gym mengajak, marilah kita menjaga ucapan. Contoh bagaimana Nabi bicara dengan kelembutan, ada ketegasan… ”Mudah mudahan ketulusan menjaga negeri ini…dibarengi dengan kata kata terbaik, sikap terbaik…Allah ridho…mudah mudahan segala yang kita jalani ini benar benar semakin bisa membuat kita berbuat yang terbaik bagi negeri ini.
Aa Gym juga mengingatkan, Pilpres…politik itu penting, tapi bukan segala galanya. Jangan sampai kita kehilangan kejernihan berpikir, akal sehat dan akhlak, cara bicara, cara menulis, cara bersikap jadi tidak baik. Jangan pula karena Pilpres kita kehilangan ukhuwah, kehilangan persaudaraan kita.(akhir)