SURABAYA, beritalima.com | Waspadai menerima telepon atau pesan dari nomor handphone atau WhatsAap (WA) tidak dikenal/ tanpa nama. Penipuan melalui digital semakin marak terjadi, dan beragam modusnya.
Udin, warga Surabaya, Senin (28/12/2020) malam menerima WA dari nomor tanpa nama. Namun, foto di status nomor tersebut adalah foto teman Udin sewaktu SMA, yang baru posting di Facebook (FB) dan sempat dikoment oleh Udin. Karena itu, yakin kalau WA tersebut dari temannya yang bernama Antok, Udin membalas salamnya.
Selang beberapa menit, si Antok gadungan ini telepon WA Udin. Koment Udin di postingan Antok di FB dipakai modal untuk meyakinkan dan ngobrol akrab. Juga, status jabatan Antok sebagai Kalapas pun dia tandaskan.
Terus, dalam pembicaraan itu Antok gadungan mengaku punya bisnis dagangan camera foto dan iPhone, serta mengajak Udin kerjasama. Dia bilang selama ini sudah 7 kali melakukan transaksi dengan pelanggannya bernama Chandra Asiong di Semarang. Harga barangnya sangat murah. Canon EOS 6 D yang di pasaran di atas Rp 10 juta cuma dijual ke Asiong seharga Rp 2,5 juta per unit.
Antok pun mengirimkan foto-foto camera dan iPhone dagangannya itu ke Udin melalui WA. Udin tahu itu barang mahal, masih sangat murah jika hanya dijual Rp 3,5 juta.
“Barangnya ready Cak. Di gudang masih ada sekitar 100 unit lebih. Dan ini legal Cak, barang lelangan,” kata Antok pada Udin.
“Kali ini Asiong pesan lagi, tapi saya bilang kalau barangnya belum ada, karena saya ingin menaikkan harga, tapi gak enak kalau saya sendiri yang menaikkan. Karena itu, bagaimana kalau kita kerjasama? Nanti kalau Asiong mau Rp 3,5 juta, yang Rp 1 juta kali jumlah yang dipesan kita bagi berdua,” lanjut Antok.
“Kerjasama bagaimana?” tanya Udin.
“Nanti kalau Asiong menghubungi saya lagi, saya tetap bilang kalau barang belum ada, dan akan saya arahkan ke sampean,” ujar Antok.
“Jadi, kalau sampean mau, nanti nomor sampean tak berikan ke Asiong, biar Asiong menghubungi sampean, dan sampean tinggal jawab kalau punya barang tapi harganya net Rp 3,5 juta per unit. Nanti barangnya tetap dari saya,” terang Antok.
Antok meyakinkan Udin kalau barang itu benar ada di gudang. Dia pun memberikan alamat lengkap gudangnya di Malang.
Udin percaya. Pertama, karena temannya itu pejabat, dan kedua, ia tanpa mengeluarkan modal. Ia yakin ini rejeki tak terduga di akhir tahun. Ia juga merasa bahwa teman lamanya tersebut ingin berbagi rejeki dengannya.
“Kita lanjut besok ya Cak. Sekarang kan gak mungkin karena sudah malam,” ujar Antok mengakhiri telepon pukul setengah sebelas malam itu.
Besoknya, Selasa (29/12/2020), pukul 9.00, Antok kembali menghubungi Udin. Dia memberi petunjuk Udin tentang sistem pembayaran barang, jika Asiong setuju dengan harga yang dinaikan itu.
Tak lama kemudian, Asiong pun menghubungi Udin lewat tilpon WA. Singkat kata, Asiong setuju dengan harga Rp 3,5 juta per unit, dan dia pesan 50 unit.
Asiong pun setuju dengan sistem pembayaran yang diajukan Udin sebagaimana petunjuk dari Antok. Untuk itu, Udin mengirim 2 nomor rekening bank ke Asiong. Yang pertama, nomor rekening dari Antok atas nama Noviandini untuk pembayaran DP 50% dari total harga, dan yang kedua nomor rekening Udin untuk pembayaran pelunasannya di saat pengambilan barang.
Dengan cepat Asiong mengirim bukti transfer ke nomor rekening Noviandini sebesar Rp 87,5 juta, 50% dari total harga Rp 175 juta. Udin semakin percaya dan besar harapannya.
Udin pun langsung mengirim bukti transfer Asiong ke Antok. Ia juga menyampaikan pesan Asiong kalau anggota atau orang suruhannya langsung berangkat ke gudang tempat pengambilan barang dengan membawa uang pelunasan.
Dari sini Antok memperdayai yang sebenarnya. Dia bilang, tiba-tiba ada peraturan baru bahwa untuk mengeluarkan barang dari gudang tidak boleh dengan DP 50 persen.
“DP yang sudah ditransfer Asiong tidak memenuhi syarat untuk mengeluarkan barang Cak. Peraturan baru harus 70%, kurang sekitar Rp 37,5 juta,” tilpon Antok pada Udin.
“Ini saya sedang berusaha untuk memenuhi DP yang ditentukan supaya barang bisa dikeluarkan dari gudang. Sudah saya transfer tambahan uang saya Rp 10 juta tapi masih kurang. Sampean ada uang berapa tolong segera ditransferkan, biar barang bisa keluar dan segera dapat pelunasan,” kata Antok.
Tergiur keuntungan besar, Udin transfer tabungannya ke norek Noviandini. Pertama Rp 1 juta, berikutnya Rp 2 juta.
Antok mengatakan masih kurang. Dia mengajak sama-sama berusaha cari pinjaman.
Udin mulai sadar, jangan-jangan ini penipuan. Dan itu diungkapkan ke Antok. Antok sumpah-sumpah. Dia pun berani sumpah akan ketabrak mobil kalau sampai menipunya.
Masih juga curiga, Udin segera mencari nomor Antok, temannya yang sebenarnya. Dan begitu dapat, dia langsung tilpon, dan ternyata Antok yang sebenarnya ini tidak pernah menghubunginya apalagi mengajak bisnis.
“Itu penipuan. Sampean telah ditipu. Dia bukan saya. Akun saya dipalsu,” tegas Antok asli.
Udin lemas. Dia telah jadi korban penipuan digital. Setelah dia tidak menghiraukan lagi WA dan tilpun Antok palsu dan Asiong, foto-foto status nomor WA tersebut dihapus.
Udin langsung lapor ke polisi dan pihak bank. Diperoleh keterangan, ketiga nama yang disebut-sebut diduga kuat cuma 1 orang, yakni pemilik nomor rekening asal Siantar. (Gan)
Teks Foto: Bukti transfer Asiong yang diduga kuat hanya tipu daya.