Hebatnya Indonesia menjadi salah satu penghasil obat herbal terbesar didunia

  • Whatsapp

oleh :
MUCHAMMAD YUSUF A.P.KomAk.S.H.S.CPHCEP.CHCMP.
HCMP.AHCM

SURABAYA- beritalima.com| Indonesia memiliki potensi besar dalam tanaman obat dan herbal, produk tanaman obat seperti kencur, jahe dan lainnya begitu melimpah di Indonesia, buka Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti. Menurutnya, seluruh bagian tanaman mulai dari daun, buah, dan umbi bahkan akar memiliki kegunaan bagi manusia.

Ekspor tanaman obat dalam berbagai bentuk seperti aroma rempah-rempah juga memiliki berbagai tujuan ekspor, contohnya yang tertinggi seperti ke negara Thailand. Permintaan akan terus meningkat seiring melandanya Pandemi Covid-19 di dunia, karena adanya jumlah peningkatan daya tahan tubuh dan pengobatan mandiri. Tentu, tanaman obat herbal menjadi salah satu alternatif yang dipilih oleh masyarakat.

KANDUNGAN OBAT HERBAL

Berkat kandungan antioksidan yang cukup tinggi, obat herbal sering dikonsumsi untuk memelihara kesehatan dan mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker, demensia, diabetes, dan aterosklerosis (timbunan plak kolesterol) Ada juga obat herbal yang memiliki sifat antiradang, antibakteri, antijamur, dan antinyeri.

Alasan kenapa memilih obat herbal

Secara umum, obat-obatan herbalmemiliki harga yang lebih terjangkau. Hal ini dikarenakan bahan-bahannya berasal dari tanaman-tanaman yang mudah didapatkan di sekitar kita. Kemudahan mendapatkan bahan baku dan pengolahannya yang relatif lebih sederhana membuat harga obat herbal relatif terjangkau.

Bagaimana Cara konsumsi kombinasi obat herbal dan obat kimia

Menurut Prof. Dr. Purwantyastuti, Sp.F(K) seorang ahli pengobatan, penggunaan obat kimia dan obat herbal tergantung dari kandungan dari obat tersebut. Penggunaan obat kimia biasanya didampingi dengan saran dan resep dokter. Penggunaan secara bersamaan dengan obat herbal juga tentu harus sepengetahuan dari dokter. Konsumsi Herbal dan obat kimia secara bersamaan memang perlu ekstra hati-hati. Cara paling mudah, adalah membekali diri dengan pengetahuan yang cukup, agar senyawa aktif di dalam Herbaldan obat kimia tersebut bersinergi, sehingga pengobatan menjadi lebih optimal.

Pada saat obat farmasi dan Herbal yang berbahan sama digunakan berbarengan, ada potensi terjadinya dampak tambahan yang bisa menguntungkan namun bisa pula merugikan. Interaksi negatif bisa muncul karena ada beberapa jenis Herbal yang benar-benar bertentangan dengan obat-obat tertentu. 

Interaksi obat Herbal dan obat Kimia

Herbal dan obat kimia sebenarnya memiliki khasiat yang sama. Namun, bekerja dengan cara yang berbeda. Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan meredam gejala sakit, Herbal (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau rebusan) umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan baik.

Interaksi Herbal dan obat kimia dapat terjadi, karena Herbal dan obat kimia mengandung senyawa aktif yang sama-sama mempengaruhi tubuh. Jika Herbal dan obat kimia ini dikonsumsi secara bersamaan, ada 3 interaksi yang mungkin timbul yaitu efeknya semakin kuat, menjadi berkurang, atau malah hilang sama sekali. Cukup sulit menentukan mana yang paling baik, karena efek yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit dan kondisi tubuh pasien. Interaksi yang menguntungkan juga akan terjadi jika Herbal yang dikonsumsi berefek mengurangi efek samping obat.

Cara aman dalam kombinasi obat

Jika akan mengkombinasikan Herbal dengan obat kimia, ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli Herbal, sinse, atau dokter yang mendalami Herbal. Mereka ini tergabung dalam Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT), sebagai organisasi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Agar aman dan efektif, waktu mengkonsumsi juga harus diperhatikan. Menurut Dr Dalimartha (yang menjabat Ketua II PDPKT), sebaiknya minum Herbal dua jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi obat dokter. “Selama waktu itu, biasanya proses mencerna obat sudah selesai sehingga interaksi yang tidak diinginkan bisa dihindari, dan efektivitas Herbal yang dikonsumsi tetap terjaga.

Berikut ini kombinasi obat herbal dan kimia yang cocok dan tidak cocok untuk konsumsi :

Pasangan Serasi

1. Obat Umum

Jika digunakan dalam jangka panjang, obat-obat kimia berpotensi mengganggu fungsi hati. Untuk menghindarinya, konsumsilah temulawak atau milk thistle (Sylibum marianum). Kedua Herbal ini terbukti secara ilmiah tidak berinteraksi dengan obat kimia, namun membantu regenerasi sel-sel hati.

2. Obat Pembunuh Virus

Ada beberapa jenis Herbal yang meningkatkan sistem imun dan meningkatkan khasiat obat antiviral. Contohnya, echinacea (Echinacea angustifolia, E. Purpurea, E. Pallida), dan meniran (Phyllanthus niruri). Meskipun demikian, jangan mengkonsumsi echinacea dan meniran berbarengan, karena justru dapat mengganggu sistem imun.

3. Obat Alergi

Untuk meredakan gejala alergi dengan cepat, kita dapat minum antihistamin. Herbal yang dapat dikombinasikan adalah bawang putih, yang bisa digunakan dalam masakan dalam jumlah yang diperbanyak.

Pasangan Tidak Serasi

1. Obat Umum

Herbal yang mengandung tanin dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap obat-obatan yang mengandung codein, ephedrine, dan theophyline. Hindari konsumsi daun jambu biji, teh, dan herbal yang rasanya sepat.

2. Obat Pengencer Darah

Jika mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin dan warfarin, hindari bawang putih, jahe, ginseng, pegagan (Centella asiatica), dan nanas. Selain itu waspadai kandungan dan shen (Salvia miltiorrhiza) dan dang qui (Angelica sinensis) yang kerap terdapat dalam ramuan sinse. Herbal tersebut bersifat melancarkan peredaran darah sehingga jika dikonsumsi bersama aspirin atau warfarin bisa menyebabkan perdarahan organ.

3. Obat Jantung

Herbal yang dapat mempengaruhi kerja obat jantung, di antaranya jenis pencahar seperti ginseng, buah senna (Senna folium), licorice (Glycrrhiza glabra), dan ma huang (Herbal ephedrae). Herbal-Herbal ini dapat menganggu ritme denyut jantung.

Ajari anak mengenal obat herbal sejak dini

Untuk itulah orang tua perlu mengenalkan jenis tanaman herbal dan khasiatnya bagi anak. Pengenalan sejak dini akan memberikan pengetahuan bahwa bukan hanya obat dari dokter yang menyembuhkan. Namun, melalui tanaman herbal yang ada di kebun dan dijual di pasar dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Pertama, anak bisa diberikan pengetahuan tanaman herbal melalui observasi langsung. Dengan melihat di kebun, dikenalkan bau, warna dan kegunaannya. Biarkan dia melihat dan mengenali tanaman-tanamannya. Seperti tanaman salam, sambiloto, kunyit, temulawak, jati belanda, cabe jawa, mengkudu atau pace, jambu biji dan jahe merah. Selain sembilan tanaman herbal tersebut, masih banyak tanaman lain yang mempunyai khasiat pencegahan dan penyembuhan.

Pemanfaatan tanaman herbal bisa dari umbi, daun, biji, batang, getah, bagian tanaman lainnya atau kombinasi dari bagian tanamannya. Mulai dari tanaman yang bisa untuk obat, bisa dimasak, bahkan untuk kecantikan. Seperti obat flu, batuk, sakit kepala dan memasak lotek, opor, sayur bening dan yang lainnya.

Kedua, tanyakan tanaman yang bentuknya disukai anak dan ajaklah untuk menanamnya bersama.Selain mengenalkan macam-macam tanaman herbal, anak juga diajarkan membudidayakan tanaman obat di pekarangan rumah.

Anak akan senang dan mengingat pernah menanam tanaman itu. Biarkan anak untuk menjaga tanaman yang telah ditanamnya dengan mengajarinya menyiram dan merawatnya agar tidak mati. Jika sudah besar dan sudah bisa diolah, ajak anak untuk mencabutnya dan memberikan padanya.

Ketiga, ajak anak untuk melihat proses membuat jamu yang dibuat oleh ibu atau dipenjual jamu dan mencicipinya. Terlebih dahulu kenalkan jamu yang sedikit manis untuk anak sehingga dia mau meminumnya. Contohnya, jamu kencur. Aromanya yang segar dan warnanya yang seperti susu memberikan rasa penasaran pada anak.

Orang tua harus mampu memberikan keyakinan pada anak bahwa tanaman herbal merupakan tanaman yang direkomendasikan keluarga. Selain mengajarkan, tentunya orang tua juga harus mau menggunakan tanaman herbal di keluarga sehingga anak terbiasa dengan adanya tanaman herbal dan pemanfaatannya di rumah. Dengan anak dikenalkan dengan tanaman herbal dengan cara di atas,  anak akan mau menyukai dan memanfaatkan tanaman herbal.

Bukti indonesia memiliki potensi produksi obat herbal terbesar di dunia

Direktur Utama Phapros, Hadi Kardokomenyampaikan bahwa berdasarkan data dari LIPI pada tahun 2020, Indonesia merupakan negara dengan megabiodiversitas terbesar keempat di dunia yang memiliki lebih dari 29.000 jenis tanaman, di mana 2.484 diantaranya adalah tanaman obat.

“Potensi pengembangan obat herbal di Indonesia didukung dengan perilaku masyarakat kita yang sebagian besar lebih memilih pengobatan secara tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan yang bisa diperoleh di alam sekitar daripada menggunakan obat kimia,” terangnya.

Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia ini juga sudah dimanfaatkan industri farmasi untuk membuat obat herbal fitofarmaka atau yang kini juga dikenal dengan sebutan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), yakni obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Salah satu industri yang sudah memanfaatkan obat bahan alam tersebut adalah PT Phapros, Tbk. Emiten berkode saham PEHA ini memiliki 2 dari 23 produk obat herbal fitofarmaka yang memiliki izin edar dari BPOM RI.

“Kami memiliki Tensigard yang diformulasikan sebagai anti hipertensi dengan komposisi ekstrak seledri (Apium graveolens) 75 persen dan ekstrak kumis kucing (Orthosiphon stamineus) 25 persen. Selain itu, ada pula X-Gra yang berfungsi meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh pada pria, memperbaiki kualitas sperma serta mengatasi masalah ejakulasi dini. Terbuat dari ekstrak Ganoderma lucidum (jamur Ling Zhi), ekstrak Eurycomae radix, ekstrak ginseng, ekstrak Retrofracti fructus (lada hitam) dan Royal jelly,” jelas Hadi.

Pengembangan obat herbal fitofarmaka masih sangat sedikit di Indonesia, hal ini tak lepas dari berbagai tantangan yang ada. Beberapa tantangan tersebut diantaranya adalah sumber daya alam tumbuhan yang belum dikelola secara optimal, biaya riset yang besar dan proses riset yang lama, dan harga jual produk herbal yang seringkali lebih mahal dari produk kimia.

“Namun, seiring dengan adanya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan dibentuknya satgas Percepatan Pengembangan dan Peningkatan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka oleh BPOM, hal ini diharapkan nantinya pengembangan obat fitofarmaka di Indonesia bisa kian terarah dan dapat dilakukan secara massif.
Dengan demikian dipastikan dapat mendongkrak sdm dan sumber pendapatan masyarakat indonesia.dilingkup tenaga kerja mulai pemilahan bahan baku dilanjutkan proses penjemuran bahan baku sampai proses produksi sekaligus pemasarannya

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait