Jakarta – Kehadiran grup musik Sound of Curly di industri musik jadi ikon semangat bagi musik Indonesia Timur. Dengan mengusung warna musik jazz, musikalitas mereka dalam mengemas karya jadi sajian musik Indonesia berkualitas yang layak dikonsumsi dunia. Sound of Curly didirikan oleh Henry Wairara bersama Selviana Wanma.
Henry Wairara, Founder Sound of Curly yang berada di Jakarta saat kami wawancarai pada Jumat (11/3/2022) mengatakan Sound of Curly berawal pada tahun 2006 saat mereka beraktivitas musik di gereja, mereka satu kumpulan anak-anak muda yang berangkat bermain dengan lagu-lagu rohani. Pada tahun 2007 grup mereka bertransformasi menjadi Sound of Curly.
Henry Wairara juga mengatakan, aktivitas panggung Sound of Curly sempat terhenti pada awal pandemi terjadi di Indonesia. Memanfaatkan situasi tersebut agar tidak vakum bermusik, mereka menggarap album lagu perdana, bertajuk “Terbaik Buat Ko”.
“Ada terkumpul 11 lagu sekuler untuk album tersebut. Meskipun begitu, kami tidak pernah meninggalkan layanan di gereja,” kata Henry Wairara.
Sound of Curly memiliki 11 personal. Adapun nama para personalnya, yaitu ; Julio Emmanuel Johan Wairara, Nobo Sasamu, Jimmy Bronx, Boy Soa-Soa, Marlon Lekatompessy, Iwan Ritiauw, Kenna Langgo, Ronny Pangkey, Daniel Alvaro, Yoram Jacobs, Eq Telecast, Petra Likumahua, Horas Siregar, Ricika Iwukaska, dan Dede Pardede.
Seperti dijelaskan oleh Henry Wairara, para personal Sound of Curly ada yang berasal dari Manado, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia Timur. Sejak berdiri, Sound of Curly telah berkolaborasi dengan para musisi nasional asal Indonesia Timur, seperti ; Frans Sisir Rumbino, Lio Wairara, Yopie Latul, Ruth Sahanaya, dan lainnya.
“Saya melihat potensi yang dimiliki mereka, sehingga saya lakukan pembinaan sampai Sound of Curly ada album. Nanti saya juga akan mengenjot mereka juga supaya ada album ke dua,” kata Henry Wairara.
Henry Wairara punya mimpi dan bercita-cita memiliki big band. Ia ingin Sound of Curly nantinya juga merekrut pemain orkestra dari potensi-potensi yang ada di Indonesia Timur.
Lebih lanjut Henry Wairara mengatakan, ia juga pernah jadi salah seorang manajer Persiram Raja Ampat, menangani 40 orang dalam tim klub sepakbola tersebut. Ia optimis dapat menangani dengan baik 15 personal Sound of Curly.
“Yang jadi tantangan bagi saya adalah soal mengatur jadwal berkumpul, karena para personal Sound of Curly juga punya kesibukan lainnya. Tapi saya akan terus memompa dan momotivasi mereka untuk selalu berkarya,” kata Henry Wairara.
Selain itu Henry Wairara juga mengatakan, ia ingin Sound of Curly menjadi teladan untuk anak-anak muda yang lain, terutama bagi generasi muda di Indonesia Timur, agar mengisi waktu dengan berkarya.
“Kami sangat membuka diri untuk bekerjasama dengan pihak pemerintah dan swasta untuk melestarikan kesenian musik Indonesia Timur. Target yang ingin saya capai, Sound of Curly dapat berbicara di belantika musik Indonesia dengan membawa warna musik Indonesia Timur,” kata Henry Wairara.
(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)