Jakarta, beritalima.com| – Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudin menilai kebijakan digitalisasi pendidikan jangan menjadi sentralistik dan mengurangi peran guru.
Ini terkait rencana Pemerintah membuka studio pusat di Jakarta untuk memproduksi materi pembelajaran digital secara nasional.
Ia menilai digitalisasi pendidikan melalui interactive flat panel atau papan interaktif digital memang perlu didorong, namun jangan sampai membuat produksi konten ajar menjadi terpusat dan mengabaikan peran guru dari berbagai daerah.
Menurut Hetifah, pendekatan yang terlalu sentralistik justru berpotensi mempersempit keragaman materi serta menghambat peningkatan kompetensi guru.
Ia menekankan digitalisasi harus dibangun dengan model partisipatif, di mana guru-guru daerah diberi ruang untuk berkontribusi dalam penyediaan dan produksi konten.
“Konten itu sebenarnya tidak harus terpusat. Sudah ada Rumah Pendidikan yang menjadi pusat pembuatan konten dan itu digunakan bukan hanya oleh siswa, tapi juga oleh guru dan orang tua. Rumah Pendidikan itu diperuntukkan bagi semua pemangku kepentingan,” ujar Hetifah kepada media di Kompleks Parlemen, Jakarta (20/11).
Hetifah menjelaskan, panel interaktif memungkinkan pembelajaran dilakukan secara kolektif di kelas, sementara konten khusus ponsel atau tablet membuka ruang belajar mandiri. Namun yang paling penting, sumber konten seharusnya dapat berasal dari mana saja, termasuk daerah, kemudian dikurasi studio pusat agar standar kualitasnya terjaga.
“Setiap guru bahkan bisa membuat konten untuk guru lain. Dari daerah pun bisa mengirimkan konten, nanti disesuaikan di studio pusat. Studio ini semacam full of resources,” jelas Politisi Golkar tersebut.
Model kolaboratif ini dinilai dapat menutup kesenjangan kualitas pengajaran, terutama di sekolah-sekolah yang kekurangan guru ahli pada mata pelajaran tertentu. Ia mencontohkan konten visual interaktif tentang cara kerja jantung sangat membantu siswa memahami materi tanpa bergantung penuh pada kemampuan guru mengajar.
Meski demikian, Hetifah mengingatkan keberhasilan digitalisasi sangat bergantung pada kesiapan pendidik. Panel digital tidak akan bermanfaat jika guru tidak mampu mengoperasikannya. “Panelnya harus sampai dengan baik, bisa dirawat, bisa digunakan. Harus disertai sarana prasarana lain seperti listrik dan internet,” sarannya.
Tidak hanya itu, revitalisasi ruang belajar juga menjadi syarat penting. Ruang kelas yang belum memadai akan membuat teknologi pembelajaran canggih tersebut tidak optimal.
Melalui kritik konstruktif ini, Hetifah menegaskan bahwa digitalisasi bukan semata soal perangkat canggih, tetapi tentang memperluas partisipasi, meningkatkan kompetensi guru, dan memastikan infrastruktur pendidikan benar-benar siap.
Pemerintah diminta tidak hanya membangun studio konten, tetapi juga membangun ekosistem pembelajaran digital yang inklusif dan berkelanjutan — sesuai kebutuhan nyata sekolah di seluruh Indonesia.
Jurnalis: rendy/abri








